Bab 3

1432 Kata
Andara terkesiap melihat siapa yang mencibirnya, cewek itu mengulas senyum cantiknya. “Eh, Pak Adrian. Lagi apa, Pak?” Adrian memicingkan matanya, lalu pria itu memandang makanan siap saji yang terletak di hadapan mejanya. Andara mengangguk melihat pandangan Adrian. Cewek itu kemudian makan kembali tanpa mengganggu Adrian yang sama-sama sedang makan. Andara tipikal cewek yang akan diam jika sedang makan. Ia akan fokus pada makanan di hadapannya meskipun di sampingnya ada cowok yang dirinya sukai. Ia akan tetap menomorsatukan perutnya kemudian barulah soal hati. Adrian menatap kantung belanja Andara yang penuh dengan beberapa bungkus mi instan dan beberapa makanan siap saji lainnya. Apa cewek itu setiap hari mengkonsumsi makanan sampah setiap hari? Tapi kenapa bentuk badannya tetap bagus? Bahkan murid nakalnya itu begitu asyik melahap makanannya dengan suapan yang besar-besar tanpa malu memakannya, berbeda sekali dengan Kiandra. Tunangannya itu begitu menjaga sekali pola makannya. Bahkan setiap kali ia ajak untuk dinner, Kiandra selalu menolak dengan alasan makan di atas jam tujuh malam itu tidak baik untuk perutnya dan yang pasti akan merusak tubuh indahnya saja. Adrian yang sibuk dengan pikirannya seketika menatap horor Andara yang tersenyum malu, yang benar saja cewek di sampingnya itu bersendawa dengan bunyi yang cukup keras. “Ck, kamu jorok sekali,” Andara terkekeh begitu mendengar nada mencemooh dari perkataan Adrian. “Maaf, Pak. Hehe kelepasan. Ngomong-ngomong saya duluan yah, Pak,” pamit Andara lalu beranjak dari kursi yang ditempatinya sambil membawa kantong belanjaannya. Cewek itu melenggang begitu saja tanpa memperdulikan Adrian yang menatap tidak percaya. Ck, baru kali ini dirinya tidak dipedulikan oleh Andara. Biasanya murid nakalnya itu selalu mengejar-ngejarnya tapi tidak dengan hari ini, muridnya itu terlihat cuek kepadanya. Adrian yang tidak mau ambil pusing mengikuti langkah Andara yang pergi meninggalkan tempat tersebut. *** Andara bersama teman-teman sekelas lainnya kini sedang berada di lapangan olahraga, tidak seperti kebanyakan murid perempuan lainnya yang memakai seragam yang kedodoran. Andara dan Gadis, sahabatnya itu, selalu kompak jika memakai apa pun, lihat saja sekarang celana olahraga yang dipakai mereka berdua. Teman-teman cewek mereka akan kelihatan kebesaran di bagian bawahnya, tapi Andara dan Gadis. Mereka berdua malah membuat celana olahraga itu seperti celana jeans pada umumnya, yang mereka kecilkan sampai mata kaki menyerupai celana jeans untuk perempuan. Jangan lupakan kaos olahraga yang dipakai mereka berdua yang terlihat pendek dan kecil. Dan itu membuat teman-teman cowok mereka akan memuji dan menggodanya, karena kemolekan tubuh mereka berdua terlebih bagi cowok-cowok sekolahnya. Andara dan Gadis primadonanya di sekolah. Mereka berdua terkadang akan menurut jika ketahuan dan dimarahi oleh kepala sekolah, tapi keesokan harinya mereka akan mengulanginya lagi. Kali ini kelas Andara sedang berolahraga basket. Cewek yang rambutnya diikat ekor kuda itu tersenyum begitu mendengar teman-teman cowoknya yang memujinya. Andara senang dipuji. “Ann, shoot lagi dong bolanya!” teriak Sam, kapten basket di sekolahnya sekaligus teman sekelasnya. Cowok tampan dengan mata cokelat bening yang semenjak dirinya menjadi tim basket membuatnya semakin populer. “Iya Ann, shoot lagi dong!” kor anak-anak cowok yang lain. Andara membalikkan badannya menghadap teman-teman cowoknya sambil memegang bola basket. Teman-teman cowoknya kini sedang duduk di pinggir lapangan menyaksikan permainan Andara dan teman-teman ceweknya. Karena setiap pelajaran olahraga, cewek dan cowok pasti selalu dipisah. Kadang cewek duluan yang main kadang cowok duluan. “Enggak ah, pasti kalian ada maunya!” teriak cewek itu, dia tau pasti pikiran teman-temannya. Andara sangat tahu betul teman-teman cowoknya itu ingin dirinya mengangkat tangannya untuk melihat badannya. Meskipun sebenarnya ia tidak keberatan, tapi ia tidak mau terlihat seperti cewek murahan. “Enggak kok, Ann. Gue pengen tes kemampuan basket lo aja,” dusta Sam sambil menyeringai. Ucapan Sam membuat pipi tirus Andara merona. Teman-teman cewek Andara yang melihat itu semua hanya berdecak sebal. Well, Andara memang tidak banyak disukai oleh-oleh cewek-cewek di sekolahnya, baik itu seangkatan maupun adik kelas. Karena bagi mereka, gara-gara Andara, cowok-cowok yang disukainya malah menyukai Andara. “Mau gue ajarin?” Sam kini sudah berada di depan Andara. Tanpa menunggu jawaban Andara, Sam berdiri di belakangnya. Cowok itu memegang kedua tangan Andara yang sedang memegang bola basket seperti akan memeluk kemudian Sam mengangkat tangan Andara seperti akan melempar bola tersebut. Cowok itu benar-benar mengambil kesempatan dalam kesempitan. Terbukti ketika Sam memberitahu kepada Andara dengan wajah yang ia dekatkan dengan pipi Andara –terlebih cowok itu juga berbisik dengan begitu mesra–, membuat cewek-cewek yang menyukai Sam terpekik kaget. Sedangkan cowok-cowok yang menyukai Andara berdecak dengan sebal tidak terima. Andara hanya tersenyum menanggapi semua itu, karena dirinya memang menyukai menjadi tontonan. Begitu pun dengan Sam, cowok itu menikmati kebersamaannya dengan Andara cewek primadona di sekolahnya. “Coba, kaki elo jinjitin,” ucap suara serak Sam yang begitu menggoda di telinga Andara. Cewek itu menuruti perintah Sam. Teman-teman mereka yang melihatnya kambali bersorak. “Wuuuu... ambil kesempatan dalam kesempitan lo," seru teman Sam di ikuti sorakan yang lainnya. “Ehem...” Andara yang akan melempar bola seketika tersentak kaget, bola yang dipegangnya pun jatuh tergelincir. Sepasang mata hitam hazle milik Adrian menyorot Andara dan Sam dingin. Sam tersenyum sumir lalu berbisik di telinga Andara kemudian pergi, sedangkan Andara cewek itu tersenyum ceria seperti biasa. Adrian tidak sengaja melintasi lapangan olahraga, pria itu awalnya tidak tertarik melihat murid-muridnya yang sedang berolahraga hanya saja ia penasaran dengan murid cowoknya yang duduk di samping lapangan tidak seperti biasa –karena biasanya murid-murid cowoknya akan sibuk menendang bola ke sana kemari. Tapi lihatlah, gara-gara salah satu murid nakalnya itu semua berbeda. Murid cowok-cowoknya itu malah asyik menggoda Andara. Adrian seketika memicingkan matanya begitu ia melihat Andara berjinjit dengan cowok di belakang tubuhnya yang begitu rapat. Tanpa pikir panjang ia menghampiri murid nakalnya tersebut. “Tidak boleh berpacaran seperti itu dilingkungan sekolah.” “Eh?” Andara tidak mengerti dengan ucapan Adrian. “Kamu dan Sam tidak boleh seperti itu lagi, bagaimana kalau dicontoh oleh murid lain, ck. Memalukan.” "Bilang aja iri, lagi pula siapa juga yang pacaran, ih Bapak sok tahu!" Seru Andara jengkel kemudian berlalu dihadapan Adrian. *** Lagi-lagi Andara kesiangan. Kali ini ia harus menyalahkan Channing Tatum. Gara-gara ia begadang menonton film favoritnya, dirinya melupakan jam tidurnya. Ia tidak pernah tidur di atas jam sebelas malam dan kemarin malam dirinya tidur jam satu pagi. Maka wajar saja hari ini ia lagi-lagi kesiangan. Untung saja kali ini ia tidak perlu seperti kemarin yang harus memanjat. Karena rupanya pintu gerbang masih terbuka meskipun hanya sedikit dan lapangan pun sudah kosong. Dengan mengendap-endap, Andara berjalan menuju koridor lantai dua tempat kelasnya berada. Belum sampai dirinya menaiki anak tangga di hadapannya Adrian seolah menunggunya dengan kedua tangan ia silangkan di d**a dan juga wajah dinginnya seperti biasa. Seolah mengerti dengan arti tatapan mata Adrian, Andara mengikuti Adrian yang kini sudah berbalik berjalan menuju ruangannya. “Kamu tau kesalahanmu?” “Hmm... karena saya kesiangan, tapi ini semua gara-gara Channing Tatum kenapa dia begitu ganteng, Pak!” Adrian memandangnya tidak mengerti. “Lalu?” tanyanya dengan wajah datar, karena sampai sekarang pun ia masih tidak mengerti dengan perkataan murid nakalnya itu. “Yah, gara-gara film mereka. Saya nonton sampai malam, makanya saya kesiangan,” jelasnya tanpa merasa bersalah. Adrian menghela napasnya dengan berat begitu mendengarkan penjelasan Andara. “Lantas, kenapa kamu memakai rok berwarna putih Andara. Kamu tidak buta warna kan?” desisnya tajam. “Oh ini, rok abu-abu saya kotor Pak. Makanya saya pakai warna putih Pak. Daripada saya tidak masuk sekolah kan?” Adrian menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia lalu berjalan menuju lemari di samping meja kerjanya. Pria itu membuka lemari besar menampakkan sepatu, rok, serta sabuk yang tidak sesuai dengan ketertiban di sekolah. Karena ketika Adrian merazia murid-muridnya yang menyalahi aturan, barang-barang yang ia razia akan disimpan di dalam lemari. Satu lemari tersebut milik-milik siswa bermasalah seperti Andara. Hanya beberapa barang milik orang lain, selebihnya isi lemari tersebut milik Andara. Cewek itu begitu takjub melihat isi lemari tersebut yang kebanyakan milik-miliknya, seperti rok abu-abu yang pendek, sepatu-sepatunya yang berwarna-warni serta beberapa sabuknya. “Kali ini, saya mentolerir kamu untuk memakai rok pendek. Ambillah, lalu pakai. Saya tidak suka melihat yang tidak seragam,” desis Adrian yang membuka pintu lemari itu dengan lebar. Andara tersenyum senang ia mengambil rok yang telah digunting oleh Adrian selain itu rok kesukaannya dirazia oleh Adrian beberapa hari yang lalu. Ia mengambil kesempatan emas itu untuk memakai rok kesukaannya yang paling pendek. “Sekarang keluarlah, dan masuk ke kelas. Dan jangan lupa tutup pintunya,” Andara mengangguk. Setelah mengucapkan terima kasih, Andara lalu berjalan hendak menutup pintu. Cewek itu kemudian berbalik menatap wajah Adrian yang tiba-tiba saja berbeda, dengan senyuman jahil Andara berujar. "Ah Bapak udah kayak suami saya aja, pengertian sekali. Makasih loh, Pak." Adrian tidak menjawab dia hanya mendengus kesal. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN