Bab. 1. Air Mata Dibalik Bahagiamu.

1203 Kata
Tepuk tangan meriah menggema di seluruh penjuru ballroom hotel bintang lima di Jakarta. Tempat di mana sedang berlangsungnya sebuah acara pertunangan putra konglomerat yang sangat terkenal di Indonesia. Putra Alvaro Atmaja dan Kinan yang bernama Kalvian Ameer Atmaja meminang putri tunggal dari pasangan Lusi Rahayu dan Lukman Widinata yang bernama Vira Rahayu. Kalvian dan Vira memutuskan bertunangan setelah berpacaran selama empat tahun. Dari sekian banyak tamu yang hadir, menyambut kegembiraan pertunangan dua keluarga kaya raya ini, ada satu wanita yang merasakan hal sebaliknya, dengan apa yang dirasakan orang lain. Wanita yang memakai dres hitam polos itu melangkah, mendekati kedua sejoli yang sedang berbahagia karena baru saja meresmikan hubungan keduanya dengan pertunangan. Wanita itu adalah Senja Malika Putri, wanita yang notabene keluarga dari Kinan dan Alvaro. Adik angkat Kalvian. Wanita yang dulunya adalah gadis kecil tanpa ayah dan ibu karena sebuah kecelakaan yang mengharuskan Senja, tak memiliki orang tua sejak balita. Dengan langkah percaya diri, Senja melangkah mendekat ke arah dua sejoli yang sedang berbahagia. Saat langkahnya mendekat, tiba-tiba dadanya bergemuruh hebat, jantungnya terasa nyeri dan hatinya sangat sakit seperti ditusuk ribuan duri. Rasanya sakit, benar-benar sakit. Senja sengaja memilih dress warna hitam sebagai bentuk gambaran rasa yang kini sedang dia rasakan. Mamanya sudah menyiapkan gaun cantik, kembaran dengan Kiara, namun dia tak memakainya. Dia ingin memberikan kode kepada kakaknya, kalau dia sangat terluka dengan langkah yang dia ambil. Sebelum menyapa kedua sejoli yang sedang berbahagia itu, Senja menarik nafas dalam, menghembuskan perlahan, hingga dia ada kekuatan untuk berbicara menyapa kedua orang yang sedang dimabuk cinta itu. Vira sudah tersenyum manis kala Senja mulai mendekat. "Hai, Senja!" "Hai, Kak Vira." Senja mengulurkan tangan kanannya yang langsung disambut hangat oleh Vira. "Selamat ya, Kak. Semoga pertunanganmu dengan Kak Kalvian ini lancar sampai ke hari pernikahan." Doa Senja tulus diiringi dengan senyuman. Senja memberikan doa terbaik dan tulus dari hati. Dia mencoba iklas dan akan segera mengubur rasa cintanya kepada sang Kakak. Jika bersama Vira Kalvian bahagia, tentu Senja akan mengundurkan diri secara sadar dari barisan wanita yang bermimpi ingin menjadi teman hidup sang Kakak. Kalvian dan Vira mengamini doa yang dipanjatkan Senja. Bahkan keduanya tak sungkan untuk menunjukkan keintiman di depan Senja. Hal itu membuat hati wanita itu semakin tersayat sembilu. Saat menyebut nama Kalvian, hati Senja terasa sangat sakit. Dulu, dia selalu berharap jika lelaki yang menjadi Kakak angkatnya ini akan membalas semua rasa yang dia punya. Sayangnya, Kalvian memilih menua bersama wanita yang dikencani sejak masuk kuliah. Senja bahkan pernah membuang rasa malunya untuk mengutarakan perasaannya, di ulang tahun ke sembilan belas. Namun tanggapan Kalvian malah membuat Senja semakin malu. Karena lelaki tampan itu tak menjawab pernyataan cintanya. Kalvian hanya tertawa dengan memberikan pelukan erat. Mungkin Kalvian menganggap semua yang diutarakan Senja adalah sebuah lelucon semata. Padahal, Senja sangat mencintai Kalvian dengan segenap rasa cinta yang dia punya. Setelah menyapa dan memberikan selamat kepada Kalvian dan Vira, Senja berjalan ke arah kedua orang tuanya yang sedang berbincang dengan tamu undangan. "Mah ...." sapa Senja. Kinan menoleh ke sumber suara, kemudian terseyum. Namun senyum di bibir Kinan hilang saat melihat raut wajah Senja yang tak biasa. Wajahnya terlihat pucat pasi. "Wajah kamu pucat, Sayang. Kamu sakit?" Kinan memegang kening Senja menggunakan punggung tangannya. Sementara Senja hanya diam saja kemudian menggelengkan kepala. "Ke kamar saja, Senja. Badan kamu panas banget loh!" Kinan semakin khawatir dengan keadaan putrinya. Alvaro ikut memegang kening putri angkatnya, "Iya, kamu sakit, Senja. Ke kamar saja untuk istirahat. Lagian acaranya sudah mau selesai, tinggal nentuin hari pernikahan kakak saja." Mendengar ucapan Papanya, Senja semakin merasakan sakit pada hatinya. Karena tidak ada harapan lagi untuk bersanding dengan lelaki pujaannya. "Mah, Pah, Senja baik-baik saja, cuma sedikit pusing." Senja mulai menenangkan kedua orang tuanya yang mulai panik. "Kamu tidak baik-baik saja, Senja. Tubuhnu suhunya naik. Kamu jangan ngeyel kalau di bilangin tuh nurut," ucap Kinan merasa gemas dengan sikap Senja. Tapi Senja malah tertawa mendengar omelan orang tuanya. Kinan semakin kesal karena Senja malah tertawa. "Antarkan Senja ke kamar, Ma! Biar aku yang menangani tamu," ucap Alvaro. Sedangkan di jarak yang tidak terlalu jauh, terlihat Kiara sedang asik berbincang dengan para sahabatnya. "Aku pamit sebentar ya, mau lihat keadaan Kakak aku dulu," pamit Kiara sambil mengakhiri obrolan yang masih seru. "Yah, baru juga sebentar, Key!" Teman-temannya mencoba bernegosiasi agar Kiara tak pergi. Kiara menatap ke sahabatnya, "Sebentar saja. Setelah ini, aku akan kembali." Tanpa mendengarkan protes dari para sahabatnya, Kiara meninggalkan mereka mencoba mengikuti langkah Mama juga Kakaknya. Setelah mendekat, Kiara mencoba bertanya dengan apa yang terjadi. "Ada apa, Mah?" tanya Kiara melihat wajah panik sang Mama. "Kakak kamu sakit, badannya panas. Bantu Mama antarkan dia ke kamar," jawab Kinan menatap sang putri. Kiara menoleh pada Senja, wajahnya memang terlihat pucat pasi. Kiara mendekat kemudian menempelkan punggung tangannya pada kening Senja. "Benar, tubuh Kakak panas," gumam Kiara dengan rasa khawatir. "Makanya, ayo bantu Mama antar Kakak ke kamar," ucap Kinan. Suara dari dua wanita itu membuat perhatian dua sejoli itu terusik. Keduanya seolah bertanya mengenai apa yang terjadi. Pandangan Senja tertuju pada mereka. Senja tersenyum tipis, menyembunyikan rasa sakit hatinya. Tuhan, kenapa rasanya sesakit ini?' Senja hanya bisa berkeluh dalam hati. Senja menggigit bibir bawahnya dan mengepalkan kedua tangannya hingga memutih. Sedangkan Kiara melirik ke arah kakaknya, mencoba membaca situasi yang terjadi. "Kak ...?" Panggilan Kiara tidak direspon sama sekali oleh Senja. Perhatian wanita itu tertuju pada pasangan yang sedang berbahagia. Senja semakin terluka oleh setiap hal yang dilakukan Kalvian kepada tunangannya. Kiara mencari akal agar Mamanya tak ikut mengantar ke kamar. Ada hal yang harus ia bicarakan berdua dengan sang Kakak. Maka, gadis manis itu mencari akal untuk menghentikan langkah Mamanya. "Ma, aku saja yang antar Kakak. Tamu masih banyak loh, nanti kalau ada hal urgent aku telepon," ucap Kiara sambil menarik pelan pergelangan tangan Mamanya. Kinan menatap Kiara seolah tak yakin dengan ucapan putrinya. "Iya, Ma. Aku hanya pusing. Istirahat sebentar nanti juga baikan," ucap Senja meyakinkan Kinan. Kinan menghembuskan nafas panjang. "Baiklah. Nanti kalau sudah selesai, Mama akan susul kalian." Kedua wanita cantik itu mengangguk, Kira menggandeng lengan Senja kemudian meneruskan langkah untuk ke kamar. Sepanjang perjalanan Senja dan Kiara menjadi pusat perhatian. Karena lift terletak tak jauh dari para tamu. Kecantikan keduanya mampu menghinoptis para kaun adam. Semua berharap bisa memiliki keturunan Alvaro. Setelah masuk ke dalam lift, Senja merebahkan kepalanya di pundak adiknya. "Aku pinjam pundakmu sebentar ya, Key!" Senja berucap dengan nada lirih. Kiara mengangguk kemudian merundukkan pandangannya, terlihat mata kakaknya terpejam. Tak sampai lima menit keduanya sudah sampai di lantai lima yang sengaja disewa keluarganya. Senja kembali membuka mata, kemudian melanjutkan melangkah menuju kamarnya. Wanita itu bergerak naik ke atas ranjang kemudian merebahkan tubuhnya. Senja berbalik arah agar tak berhadapan dengan adiknya. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya. Tak lama tangisnya pecah tanpa suara. Kiara menghela nafas panjang. Dia membaca satu hal yang masih abu-abu. Maka, gadis itu mulai memberanikan bertanya. "Kakak ...!" Kiara menggoyangkan badan Senja yang terlihat bergetar. "Hemm ...!" Senja hanya menjawab dengan bergumam lirih. Dengan mata terpejam. Kiara duduk di samping Senja dengan tatapan sendu. "Kakak apa yang sebenarnya terjadi? Ayo bicara, Kak! Mumpung hanya kita berdua. Jangan ada yang Kakak sembunyikan. Senja langsung membuka mata, dia meremas selimut, jantungnya berpacu lebih cepat. 'Apakah, Kiara tahu apa yang aku rasakan? Tuhan, bagaimana ini?'
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN