Bagian Tujuh

1004 Kata
Di sebuah rumah mewah, sedang ada perkumpulan para wanita manja yang sedang menikmati libur nya. Hari ini, seperti biasa rumah caca menjadi markas kesayangan mereka. "Sekolah yuk" ucap ira,dan membuat sahabat-sahabat nya bingung menahan tawa. "Raa semalem lu abis mabok genjer yak?" ucap della, dan membuat ira sedikit bingung "Kaga del. Kenapa?" ucap ira "Apa mabok kecubung lu?" ucap alifa "Anjir,mabok gue murahan amad. Haha" ucap ira "Kalo lu gak mabok kenapa lu bilang sekolah yuk" ucap caca "Salah gue mau belajar, kita tuh boleh bandel tapi pendidikan yang pertama guys" ucap ira "Lah iya amad lu tobat" ucap della "Biasanya lu ama caca yang getol ngajak cabut" ucap widi "Anjir lu, ira yang ngajakin bukan gue" ucap caca "Salah bae gue mah" ucap ira "Iya iyalah lu salah, ini hari minggu t***l" ucap della, dan semua tertawa bahagia tapi di hati mereka ada kesedihan merindukan riska. "Ke mall yuk guys" ucap caca, dan sahabat-sahabatnya langsung bersemangat. "Ayuk" jawab mereka kompak "Gue sekalian mau liat keadaan mall gue" ucap caca "Lets goooo girls" ucap ira, dan mereka pun ke garasi dan memakai mobil masing masing. Dan mereka pun melaju dengan kecepatan tinggi. Setelah beberapa menit mereka sampai di mall yang megah, yang dipunyai oleh caca. "Makin sukses ca apapun yang dibangun elu!anjir dah" ucap widi "Hm biasa aja anjir" ucap caca "Tangan lu tangan apa ya" ucap ira "Tangan manusia lah" ucap caca santai "Anju gue tau kampret, kalo gak manusia ya kali iblis" ucap ira "Lah emang caca iblis ra. Haha" ucap alifa "Eh kemana dulu nih guys" ucap widya "SALOOONNN!!!!!" ucap della, ira, alifa, widi bebarengan. "Dasar cewe" ucap caca "Heloow nona, lu juga cewe" ucap della, dan lalu mereka berjalan menuju ketempat yang ingin datangi. Tentu banyak tatapan memuja ke arah mereka, siapa yang tidak terpesona melihat mereka "Mba gue mau warnain rambut deh" ucap ira "Yaallah lu mau warnain rambut lagi?" Ucap alifa "Iya" ucap ira "Lu baru 5 hari yang lalu ya ganti warna" ucap alifa "Bosen lip" ucap ira "Gue mau perawatan aja deh" ucap alifa "Terserah lu pada deh ah" ucap caca jutek, caca termasuk cewe yang tidak terlalu suka oleh bau salon, dan ia memilih menemani sahabatnya saja. "Gue mau ke atas dulu ya, mau ngecek" ucap caca, dan diangguki oleh sahabatnya. Caca pun keatas untuk mengecek kinerja para karyawan nya yang disalon ini. Tok Tok Tok "Iya masuk" seseorang dibalik pintu "Eh ibu caca, selamat siang dan selamat datang bu" ucap manager salon, lalu berdiri ketika melihat sosok yang datang ke ruangan nya "Sudah duduk" "Gimana perkembangan nya?" ucap caca to the point "Ya seperti yang nona lihat, salon ini maju begitu pesat. Bahkan artis-artis ibu kota memilih ke salon ini non" ucap manager "Tetap pertahankan kinerja yang baik, senyum ramah dan baik. Bila ada yang memakai pakain biasa kesalon ini, terima saja. Jangan memandang orang dari penampilan nya saja" ucap caca tegas, caca paling tidak suka orang-orang yang di rendahkan. "Baik non" ucap manager "Baik saya kebawah dulu" ucap caca, dan manager tersebut menunduk hormat. Caca pun keluar dari ruang manager tersebut. "Caa lu yakin gamau apa gitu" ucap lira "Kaga ra, gue duduk aja disofa itu. Kalo udahan dan gue ketiduran bangunin yak" ucap caca "Woo keboo dasar" ucap sahabatnya caca berbarengan. Sedangkan caca hanya tersenyum. "Mba hatihati sama mereka, rambutnya banyak kutu, udeh gitu palanya borokan" ucap caca, dan spontan membuat karyawan salon memandang kaget. "Kaga mba, jangan percaya. Awas lu caaa" ucap della geram. Dan caca memilih pergi untuk duduk disofa dan memainkan hapenya. "Eh caca" ucap seseorang, spontan membuat caca kaget dan melirik kearah yang memanggilnya. "Ketemu lagi kita sobat" ucapnya lagi. Dan caca meliriknya begitu sinis. "Oh caca ke salon, mampu juga ya buat bayar salon ini. Bukannya ini salon termahal yaa" ucap seseorang lagi. Ya mereka musuhnya caca, bukan si tapi mereka yang anggap musuh. Yaps, mereka gengnya rara. "Hm, ngomong ama gue mba?" ucap caca, dan membuat kesal gengnya rara. "Anak miskin kaya lu gak pantes ada disini, inikan salon orang kayaa" ucap putri "Masa? Yabodo" ucap caca "Apa lu lagi nglamar kerjaan disini ya?" ucap rara,sambil tertawa bareng teman2 nya "Iyuhh, pasti bakal penuh kuman deh" ucap nabila lenjeh. "Kalo lu tau, gue rasa lu yang malu si" ucap caca santai "Ah masasi?bukannya lu yang malu. Sok kaya, sekolah disekolah mahal, masuk mall terkenal, terus kesalon mahal. Eh taunya mau nglamar kerjaan" ucap rara sombong. "Lu...." baru caca mau ngomong "Maaf bu, ini ada telepon dari pak richard yang mengajak kerja sama di amerika" ucap seseorang, dan ya itu manager salon. Dan caca mengangkat telpon tersebut, dan berbicara logat amerika. Gengnya rara pun melongo, dan pengo. "Ini, makasih. Dan siapkan data2, besok bakal ada yang saya kirim ke amrik. Ohya kamu juga ikut ya" ucap caca kembut, namun terlihat ketegasan. "Baik bu" ucap manager tersebut. "Waiit, emang lu siapa sampe ini manggil lu ibu? Dan kerjasama ama amerika? Lu bisnis apa? Emang dia siapa yaa bu?" ucap rara panjang x lebar. "Bukannya dia anak miskin ya, dan gamampu apa2" ucap putri. "Miskin? Gamampu? Kalian salah besar. Bahkan ibu caca..." ucap manager tersebut, namun terpotong. "Kamu keatas" ucap caca "Baik bu, saya permisi " ucap manager,dan diangguki oleh caca. "Sok banget si lu" ucap rara "Heh? Yang sok ya gue. Apa urusan nya sama lu?" Ucap caca. Sebenernya mood nya sudah hancur, namun ia masih bisa menetralisirkan segalanya, karena ia tahu jika ia tidak bisa mengendalilan. "Kalo lu gak ada urusan, mending cabut" lanjut caca "Lah lu aja sono cabut" ucap putri "Lu gak salah ngusir gue?" Ucap caca dengan nada sedikit emosi "Lah salah nya dimana jalang?" Ucap rara "Bener loh kata putri, lu aja yang cabut" lanjut rara dengan tangan yang bersedikap di d**a nya. "Jalang?" Ucap caca "Siapa yang jalang?" Lanjut caca "Ya lu lah" ucap putri. Geram dengan sikap rara dkk, caca merogoh kantongnya untuk menelpon seseorang. "Ke salon sekarang" ucap caca, lalu mematikan telponnta secara sepihak. "Dih najis, suruh siapa lu? Sok merintah-merintah" ucap putri, sedangkan caca tersenyum miring melihat rara dkk di hadapannya. "Tau gak, banyak banget orang yang sok tau soal kehidupan orang lain, banyak banget yang ngrasa dirinya lebih tinggi, padahal mah asli nya cuman debu jalanan" ucap caca dengan santai. Sedangkan rara, putri memendam amarah, muka yang merah menahan emosi malah membuat caca makin menantang dengan sifat sok berkuasa nya mereka. Caca tidak takut sama sekali apalagi sama orang yang belum tahu ia gimana. "Jalang ko teriak jalang aneh" ucap caca, lalu menyeringai, sorot mata yang meremehkan rara dkk.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN