Bertengkar

1198 Kata
Yeri berkacak pinggang, mengangkat ke dua alisnya bersamaan, ke atas, dia tak berhenti terus melotot berdiri di depan Arga. Laki-laki yang terlihat sangat dingin. Apa perlu aku sekarang, aku telfon rumah sakit jiwa, untuk membawa orang dingin ini pergi. Dasar manusia singa, nyebelin, batu, dan gak punya hati. Yeri tak berhenti berdecak kesal dalam hatinya, menatap kesal wajah dingin laki-laki di depannya itu. "Apa kamu sudah selesai kalau berbicara" tanya datar laki-laki itu. "Belum!" jawab cepat dan tegas Yeri. "Kamu beraninya menabrak aku, terus pergi gitu aja. Ha.. ha.. enak sekali hidupmu. Mau pergi begitu saja tanpa tanggung jawab." umpat kesal Yeri berbicara sembari tersenyum mengejek. Yeri menarik sudut bibirnya sinis, mengambil satu lembar kertas itu, menunjukan tepat di wajah laki-laki seperti mayat hidup, tanpa ekspresi. Membuat Yeri benar-benar geram ingin sekali mencekiknya. Laki-laki itu hanya diam, memalingkan wajahnya berlawanan arah. "Hello... Apa anda mendengar ucapanku, tuan!" "Iya," jawabnya sangat datar. "Dan sekarang aku banyak urusan. Dari pada ladenin orang gila seperti kamu," umpat kesal Yeri Aliran darah Yeri berdesir merangkak dari ujung kaki ke wajahnya, membuat wajahnya merah, dengan bibir menggertak. Ih.. Lama-lama kepalaku meledak. Dasar nyebelin banget.. Oh.. Tuhan.. Kenapa kamu biarkan orang ini ada di dunia ini. Orang yang gak tahu diri ini, buang jauh-jauh sana. Yeri mengumpat dalam hatinya. "Apa maksud kertas ini?" tanyanya. "Kamu hanya ninggalin kertas ini, Memangnya kertas itu bisa jadi uang.." ucap wanita itu menggebu, sedikit meninggikan suaranya, tanpa cela. Laki-laki itu menghela napasnya kesal. Menarik sudut bibirnya, sembari mencibir pelan. "Kamu bodòh atau gimana? Udah tahu kertas di bilang uang." uempat Arga. "Apa katamu?" umpat Yeri meninggikan suaranya menatang. "Wahai, tuan muda, Ini kertas bukan uang, lagian aku tidak tahu caranya ambil uang... Sekarang aku mau uang cash... jangan pakai kertas kayak gini!!" umpat kesal Yeri tanpa rasa takut sedikitpun dalam benaknnya. Arga menyungging bibirnya, dan beranjak berdiri dari duduknya, dia memberikan sebuah kartu nama padanya, menaruh di saku jasnya tepat bagian d**a. Meletakkan kartu nama itu tepat di wajahnya, seperti apa yang di lakukan Yeri padanya. Yeri sontak terkejut dan melangkah ke belakang, menjaga jarak pada Arga. "Jangan banyak bicara, cerewet!!" ucap datar Arga, mendekatkan tubuhnya, membuat gadis itu seketika mundur beberapa langkah ke belakang. Apa yang di lakukan laki-laki ini? Apa dia mau melecehkanku? Awas saja kalau dia berani menyentuhku, akan aku kasih pelajaran dia. "Apa yang kamu lakukan, ini di tempat umum tuan yang terhormat!!" ucap Yeri sedikit gemetar di buatnya, tatapan tajam dan dinginnya seakan menusuk ke matanya. "Datanglah ke alamat yang tertera." pinta Arga, mengabaikan Yeri dan beranjak duduk lagi di tempatnya. Aku benar-benar sial hari ini, kenapa juga aku harus bertemu dengan lelaki seperti dia. Cueknya benar-benar minta ampun, deh. Gerutu Yeri. "Kenapa kamu diam, cepat layani segala keperluan, tuan Arga" ucap Jun dengan nada tinggi, Assisten dan tuannya sama-sama dingin dan jutek. Yeri berdengus kesal, ia memutar matanya malas, harus berhadapan dengan lelaki itu lagi sekarang. Benar-benar membuatnya muak kali ini. "Mau pesan apa?" tanya Angel jutek. "Apa kamu gak bisa sedikit berbicara sopan dengan tuan Arga" bentak Jun kesekian kalinya. Yeri berdengus kesal untuk yang ke dua kalinya, ia mencoba untuk tetap sabar, menghadapi dua laki-laki hang bikin amarahnya mulai muntap. Kepalanya terasa meluap. Yeri mengerutkan bibirnya, tapa rasa takut pada orang sok di sampingnya itu. Meskipun masih sama-sama muda. Dia benar-benar tak ada bedanya dengan tuannya."Sudahlah Jun, biarkan saja dia begitu. Kita lihat saja, bagaimana dia bisa bertahan melawanku." gumam Arga dingin, Dia melirik tajam ke arah wanita di sampingnya. "Masak apa saja, aku mau tahu gimana masakan kamu," ucap Arga, dengan wajah dinginnya kali ini. Ia tak mau menunjukan rasa simpatinya pada gadis itu. "Tuan, ingat gak boleh makan sembarangan. Bukannya tuan alergi sama ikan" gumam Jun, mencoba mengingatkan tuannya. "Sudahlah gak apa-apa, lihat saja nanti" ucap Arga lirih. "Gimana jadi gak?" tanya Yeri kentus. "Cepat pergi dan ambil makanan apa yang kamu suka" lanjut Arga. Wanita itu sontak membalikkan badanya, Yeri merasa aneh pada Arga, kenapa harus makanan kesukaanku. Lagian aku gak pernah makan, di tempat seperti ini. Mau makan enak saja aku pikir-pikir 1000×. Lagian obat untuk ayahku lebih penting, gerutu Yeri terus berjalan menuju ke dapur tanpa harus menunggu penjelasan dari lelaki aneh yang menyuruhnya tadi. Tuh... laki ya, udah menabrak aku, sekarang ketemu lagi di restaurant dan pertemuan yang tak di sangka-sangka akan membuat perubahan dalam hidupnya. Gimana gak ada perubahan bahkan dia di tabrak dapat uang cek sebesar itu dan bisa kerja di restauran yang dia inginkan. Yang pada awalnya di tolak mentah-mentah oleh manajer restaurant. Yeri segera masak beberapa makanan yang dia bisa, meski sebenarnya dia bekerja hanya jadi pelayan bukan koki, tapi untung saja dia bisa masak meski sedikit, gak terlalu mahir juga. Selesai masak nasi goreng, dan soup asparagos yang secara otodidak ia bisa masak itu. Meski tidak terlalu suka masakan soup, ia hanya itu yang dia bisa masak. Lagian resep masakan di rumah jadi dia tidak bisa kalau tidak ada resep masakan. "Ini tuan makannya, silahkan di cicipi." ucap Yeri sangat ramah, dia meletakkan makanan soup asparagos dan nasi goreng ke kesukaannya. Dia segera memberikan makanan itu pada Arga. Tanpa banyak bicara Arga menggeser duduknya di kursi sampingnya, ia menarik tangan Yeri, untuk duduk di sampingnya. "Apa yang akan taun lakukan" Yeri mencoba menolak. Meskipun Jun sepertinya mau mencegahnya namun wajah Arga sepertinya tak mau di cegah. Akhirnya membatalkan niatnya untuk mencegah apa yang di lakukan tuanya. Yeri menatap Arga bingung, dengan apa yang dia lakukan. "Cepat makan!!" Ucap Arga jutek. Yeri mengerutkan ke dua alisnya, "Makan??" Jawab Yeri bingung. "Iya cepat maka!! Kamu yang suka makanan ini, kan?" ucap Arga, menggeser soup asparagos itu tepat di depan Yeri. Yeri memutar matanya, menatap sekelilingnya, semua pegawai lainnya menatap sinis ke arah Yeri. Wanita itu menunduk, ia yang baru bekerja sudah dapat masalah seperti ini, pasti manajer akan marah padanya, seraya hatinya terus bergumam seperti itu. "Tapi aku lagi kerja sekarang!!" ucap Yeri menegaskan. Mati aku kalau dia suruh aku makan soup? Gimana ini? "Aku yang menyuruhmu" bentak Arga, menatap tajam ke arah Yeri. Arga tidak suka pada wanita yang menolak perintahnya. Bahkan ia tak malu memarahinya di depan umum. Yeri Angelista berdengus kesal, dengan penuh rasa ragu ia menyuapkan satu sendok pertama dalam mulutnya soup asparagos yang sangat ia tidak suka sebenarnya. "Ukksss.. huakkkss.." Yeri menutup mulutnya berlari menuju kamar mandi. Segera ia memuntahkan satu sendok soup yang sudha ia telan tadi di wastafel kamar mandi. Aku niatnya mau kerjain dia! Tapi kenapa aku yang di kerjain? Aku harus kasih pelajaran dia nanti!! Yeri berdengus kesal menatap wajahnya di depan cermin, ia menarik bibirnya sinis membentuk senyuman licik yang terbesit dalam pikirannya. ------ Sementara Arga dan Jun masih duduk di tempatnya. "Jun aku mau kamu besok bawa dia ke rumahku" ucap Arga, dia duduk bersilang, dengan ke dua tangan di atas meja. "Apa tuan gak salah pilih" tanya Jun memastikan. "Aku mau kamu cari tahu semua tentang dia, kehidupan dan pacarnya." ucap Arga melipat ke dua tangannya menyentuh dagunya. "Dia sangat menarik, tapi aku akan tunggu dia nanti datang kantorku." ucap Arga. "Baiklah, tuan!!" ucap Jun. Dia tak bisa menolak lagi perintah tuannya itu. "Sekarang kita pergi atau tunggu dia tuan?" "Kita pergi setelah ini," jawab Arga datar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN