“Juan Kelino?” ucap Aliana menyebut nama tersebut dengan tanda tanya di kepalanya.
“Benar dia orangnya, bahkan aku malu untuk menyebutkan namanya,” ujar Andrean.
“Lalu ada apalagi hubungannya denganku? Bukankah keluargaku sudah dia lenyapkan, aku tidak memiliki hubungan apapun tentang masa lalu itu. Bahkan aku tidak tau menau,” kesah Aliana.
“Ada, ada karena keserakaan dari tua bangka itu,” jawab Andrean. “Dia mengingikan sebuah pulau miliki keluarga Yaksa, dan harta milik keluarga Yaksa yang ia kira sudah tidak memiliki ahli waris dan ternyata masih ada satu yang berhak untuk memegangnya, yaitu kau Al,” jelas Andrean.
“Tetapi dari dulu aku tidak tau jika aku memiliki harta sebanyak itu!” bahkan Aliana tidak terima jika selanjutnya ialah yang akan menjadi buruan dari Juan.
“Itu semua karena Papamu yang melindungimu, yang menyembunyikanmu dan mengganti namamu menjadi Aliana Awari yang sebenarnya adalah Angella Yaksa Mi. Dia membuatmu tidak terlihat dan dialah yang saat ini menjadi mengendali semua perusahaan dan kontruksi yang sedang dijalankan oleh perusahaan YM secara sembunyi-sembunyi ia tidak ingin kau dan keluarganya dalam bahaya,” jelas Andrean.
“Lalu bagaimana dengan pembunuh orang tuaku masa itu? kenapa dia tidak tertangkap dan malah menjadi seorang gubernur saat ini!?” bentak Aliana geram dengan semua permainan satu orang yang sudah membuat kacau hidupnya dari ia sendiri belum mengenal dua luar.
“Ditangkap kok, dengan tuduhan pembunuhan dan pemerkosaan dengan alibi perampokan begitu saja, nyatanya rumah itu tidak ada yang hilang satu bendapun. Tetapi media sudah dibungkam olehnya, hebatkan dia. Tetapi dari semua pelaku hanya dua orang yang tertangkap karena ia sudah memperkosa ibu dan kakak laki-lakimu,” jelas Andrean, “mereka itu bukan cuma gila tetapi juga psikopat b******n,” tambah Andrean sambil menopang dagunya.
“Kau tahu kenapa mereka tertangkap?” tanya Andrean memancing Aliana untuk berpikir.
Aliana berpikir, “karena mereka ketahuan, atau sebagai pengalihan issue agar pelaku utama tidak tertangkap,” jawab Aliana.
“Benar tetapi tidak sepenuhnya, bahkan pamanku itu ingin tidak ada yang tertangkap tetapi karena anak buahnya yang b***t itu memperkosa Mama dan kakak pertamamu dan dengan mudahya pihak kepolisian untuk melacaknya dan mereka tertangkap. Begitulah sederhananya, itu juga karena sudah ketahuan sebagain media jujur sebelum disuap untuk menghapus dan mengganti berita jadi mereka terpaksa direlakan untuk ditangkap dan dihukum seumur hidup,” jelas Andrean dengan sambil meletakkan dagunya di atas meja.
Aliana terkejut mendengar mama dan kakak pertamanya dibunuh dengan diperkosa. “Dari mana kau tau itu?!” bentak Aliana.
“Aliana… kau lupa kalau berita itu sangat heboh pada masa itu? aku yang tumbuh dirawat oleh pembunuh itu tentu saja tau bagaimana orang yang sudah membantu Papaku dibunuh,” ujar Andrean. Kemudian Andrean mencondongkan badannya dan mendekatkan wajahnya pada wajah Aliana yang ada di seberang tempat duduknya. “Kau kira aku akan diam saja, dan tidak mencari tau tentang orang tuaku yang dibunuh begitu keji, aku mengorek semuanya,” bisik Andrean pada Aliana. Bibir Andrean tersenyum kecil dengan satu sudut yang terangkat membentuk smirk. Matanya tajam melihat Aliana dengan sebelah alis terangkat. Kemudian ia kembali ke posisi sebelumnya duduk di seberang Aliana yang dipisahkan oleh meja makan apartemen.
“Jadi aku adalah satu-satunya yang tersisa dari garis Yaksa? Aku tidak menyangka tua Bangka itu dapat menghabisi nyawa orang lain bahkan hingga melenyapkan satu keluarga hanya demi kekuasaannya,” tutur Aliana geram dan tidak menyangka orang yang menjadi kebanggaan kota mereka adalah seorang criminal dan sangat sadis.
“Kau ingin melakukan sesuatu Al?” tanya Andrean dengan senyum miringnya memancing Aliana untuk membangkitkan jiwa dendam yang ada di dalam diri Aliana.
“Kau tau aku tidak suka dengan kekesaran, bahkan aku tidak pernah terlibat dengan kekerasan. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus lari? Atau aku harus melawan? Aku tidak punya kekuatan melawannya,” tutur Aliana jujur karena ia merasa tidak punya keahliaan untuk melawan pembunuh orang tuanya.
“Lari adalah keharusanmu saat ini, mungkin bukan saat ini tapi nanti akan ada waktunya. Bukankah salah satu temanmu sudah meninggal? Itu sebuah contoh ia sudah ingin memburumu, Angella Yaksa Mi,” jelas Andrean dengan menekankan nama asli dari Aliana.
“Bodoh, aku hanya seorang anak perempuan yang bahkan tidak tau menau yang sedang terjadi. Benar salah satu temanku sudah dibunuh, aku tidak tau kenapa lalu Papa dan Mamaku memaksa untuk aku sekolah, ke sekolah wanita. Hingga kau datang meneror mereka kembali menjemputku dan mengeluarkanku. Jadi aku harus apa lagi, sungguh aku lelah, akhir-akhir ini aku banyak lari dari kehidupanku sendiri,” papar Aliana dengan desah putus asanya.
“Dia yang memulai Aliana, dialah yang sudah membuat hidupmu diburu dan harus lari dari kehidupanmu sendiri,” ujar Andrean memprofokator Aliana yang berpikir tidak mungkin untuk melawan Juan yang seorang penguasa dan bergerak tanpa terlihat.
“Dia terlalu kuat untukku lawan, tapi bukankah kau bilang sama denganku? Kenapa hanya aku yang harus melawan?” tanya Aliana menatap curiga Andrean di depannya.
“Siapa bilang aku tidak melawan, sudah banyak perlawanan yang kulakukan untuk melawan tua Bangka itu, bahkan aku selalu menggagalkan semua transaksinya karena uang yang ia pakai untuk bisnisnya adalah uangku,” jelas Andrean pada Aliana yang mencurigainya.
“Uangmu? Bagaimana bisa?” tanya Aliana penasaran dengan cerita Andrean.
“Iya uangku, harta warisan yang seharusanya menjadi milikku, karena aku adalah anak satu-satunya yang tersisa dari keluarga Darmian yang masih hidup. Tetapi karena umurku yang terlalu muda, semua harta dikendalikan terlebih dahulu oleh pamanku hingga aku memiliki cukup umur dan kemampuan untuk menjalankan semuanya,” jelas Andrean pada Aliana yang mendengarkan dengan seksama.
“Lalu? Bukankah kau saat ini sudah berumur… seharunya 20 tahun lebih,” seru Aliana berpikir Andrean seharusnya sudah lebih dewasa untuk menjalankan perusahaan.
“Tepatnya 21 beberapa hari yang lalu. Ya harusnya aku yang sekarang menjadi pemegang saham dan perusahaan dari Darmian yang kaya itu. Tetapi dengan liciknya, tua Bangka itu membuat catatan medis untukku jika aku memiliki kelainan jiwa karena kehilangan kedua orang tuaku dan aku dianggap tidak bisa menjalankan perusahaan walau semua masih atas namaku karena aku adalah hak waris satu-satunya,” jelas Andrean kenapa ia tidak dapat mengambil semua perusahaan yang seharusnya miliknya.
Aliana tertawa terbahak karena kehidupan Andrean sangat menyedihkan menurutnya. “Bukankah itu sangat sial, jadi sebenarnya kau ini orang yang menderita sakit jiwa? Oh astaga aku diculik oleh orang gila,” seru Aliana sambil terpingkal dengan menepuk meja di depannya.
“Hey bocah! Aku tegaskan bahwa AKU BUKAN ORANG GILA TAPI AKU GANGGUAN JIWA, itu hal yang berbeda,” tutur Andrean dengan menekankan kalimatnya menjelaskan pada Aliana.
“Nah barusan kau mengakui kau itu menderita gangguan jiwa, hahaha!” tawa Aliana karena berhasil membuat Andrean kesal dengan dirinya.
Andrean menatap gemas ke arah Aliana yang masih setia dengan kekikikannya. “Maksudku aku dicap gangguan jiwa, bukan berarti aku itu benar-benar gangguan jiwa. Itu hanya taktik licik tua Bangka itu untuk tetap menguasai harta warisan itu,” jelas Andrean lagi.
(b)
….