Diculik

1125 Kata
Hasbie sudah lama menunggu kembalinya Aliana di dalam mobilnya tetapi wujud dari Aliana tidak juga muncul atau keluar dari minimarket di sebarang jalan. Hasbie sudah mulai khawatir karena Aliana yang tidak kunjung kembali. “Kemana lagi anak itu,” seru Hasbie sambil melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, sekali-kali pandangannya menelisih di seberang jalan tempat minimarket itu berada. Tetapi yang ditunggu-tunggu tidak juga muncul. Pada akhirnya Hasbie menyerah dalam masa menunggunya akhirnya ia menyalakan mesin mobil dan pergi dari halaman pom bensin menuju seberang jalan dan memarkirkan mobilnya di halaman minimarket. Hasbie kemudian masuk ke dalam minimarket dan menelisih pandangannya ke segala penjuru lorong rak minimarket tersebut dengan teliti untuk mencari Aliana. Mata Hasbie memandang liar menelusuri setiap sudut minimarket mencari keberadaan Aliana. Tetapi sosok Aliana tak kunjung ia temukan dimana pun di dalam minimarket tersebut. “Kemana anak ini!” geram Hasbie mencari sosok Aliana yang kunjung ditemukan. Raut wajahnya meperlihatkan bahwa ia khawatir pada anak bungsunya tersebut. Sedangkan di tempat lain, Aliana sedang duduk berhadapan di sebuah meja makan bersama Andrean di dapur miliknya. “Jadi ada apa? Dan kenapa kau menculikku? Papaku akan khawatir mencariku karena tidak menemukanku!” kelas Aliana karena dari tadi Andrean belum juga memberikan penjelasan mengapa dirinya berada di tempat itu. “Baiklah, tadi aku sudah menjelaskan padamu mengapa aku menculikmu kemari,” seru Andrean. “Masa? Aku lupa,” ucap Aliana acuh.  Andrean mengucap wajahnya kesal. “Astaga… aku tau kau itu pintar Al, bukan bodoh, jadi ingat kata-kataku agar kau tidak lagi bertanya tentang hal yang sama, karena masih banyak hal yang harus aku ceritakan padamu,” jelas Andrean pada Aliana dengan geram. “Huem,” dehem Aliana melihat wajah serius Andrean. “Jadi aku menculikmu karena kau sangat sulit untukku ajak berbicara, kau sangat sulit untukku dekati. Dengarkan aku, aku menculikmu hanya ingin menceritakan semuanya tentang masa lalumu yang kau sendiri tidak mengetahuinya. Kenapa aku memberitahukanmu? Karena orang itu sudah mulai bergerak, orang yang seperti angin hitam, dia ada tapi tidak terlihat dan dia akan selalu mengikutimu juga bisa membuatmu dalam bahaya,” jelas Andrean panjang lebar. “Lalu apa yang kau ketahui tentang masa laluku yang aku sendiri tidak tau itu?” tanya Aliana dengan serius dan mengangkat sebelah alisnya sambil memiringkan kepalanya. “Begini, sebenarnya kita adalah orang yang benasib sama, hanya saja kau lebih beruntung dari pada aku yang sialnya harus memiliki garis darah yang sama dengan orang yang menjadi dalang dan yang bertanggung jawab atas semua yang telah terjadi pada keluargamu dan juga keluargaku. Aku tau persisi bagaimana Ayah dan Ibuku mati dibunuh olehnya karena aku saat itu sudah berumur 3 tahun lebih,” jelas Andrean dengan serius. “Aku tidak begitu, aku punya Papa dan Mama serta satu saudara perempuan, mereka sehat dan aku tumbuh sebesar ini karena mereka,” bantah Aliana. “Tidak, aku yakin kau paham maksudku Al, kau itu tidak bodoh dan berpikir dangkal. Mereka bukan orang tua kandungmu, mereka adik dari orang tua kandungmu!” jelas Andrean dengan tegas pada Aliana. Sedangkan Aliana terkejut, dan ingatannya kembali pada masa kecilnya yang ia memanggilan seorang dengan sebutan paman dan sebuah nama Angel. Masa kecil yang ia tidak pernah menemukan kedua orang tua dan saudaranya. Sebuah figura yang menampakkan keluarga di atas gundukkan tanah terderet. Aliana mulai mengingat memori masa kecilnya yang ia pernah mengunjungi makan keluarga tersebut bersama seorang yang menyebut dirinya paman dan sekarang sudah berganti menjadi sebuatan papa. Melihat raut wajah Aliana yang seperti sedang berpikir keras untuk mengingat sesuatu yang terkubur jauh di dalam memorinya. Sesuatu memori masa lalu yang mungkin dapat memberikannya jawaban kebenaran atas pernyataan Andrean yang begitu mengejutkan. “Kau mengingat sesuatu?” tanya Andrean sambil menatap Aliana dengan penuh harap. “Aku tau saat kejadian 17 tahun lalu kau belum tau apa-apa karena kau barulah berumur 6 bulan Al,” tutur Andrean lagi. “Aku pernah melihat sebuah figura keluarga yang berada di atas gundukan tanah makan yang sangat rapi dan bagus,” jawab Aliana dengan wajah ragunya. “Sebuah nama yang disebut Angel?” tutur Aliana. “Itu figura keluarga aslimu, Papa Mama dan kedua kakak laki-lakimu. Sedangkan Angel adalah nama kecilmu. Hasbie adalah adik dari Mamamu,” jelas Andrean secara sedikit demi sedikit agar Aliana tidak kaget dengan kenyataan berikutnya. “Darimana kau tau tentang semua ini?” tanya Aliana pada Andrean sambil menatap Andrean penuh harap agar Andrean menjawab pertanyaannya. “Karena aku adalah keponakan dari pembantai keluargamu,” jawab Andrean, Aliana sudah ingin marah dan menyerang Andrean. “Tunggu! Tunggu dulu aku jelaskan, aku memang keponakannya tetapi kedua orang tuaku juga dibunuh oleh pamanku sendiri,” jelas Andrean menghentikan pergerakan Aliana yang ingin menyerang Andrean dengan pisau buah yang ada di atas meja makan tersebut. “Duh sebaiknya aku menjauhkan ini dulu darimu,” ujar Andrean mengambil pisau dan piring kaca yang berisi buah di atas meja tersebut ke tempat lain. “Apa hubungan orang tuaku dengan orang itu hingga keluargaku juga dibantai olehnya‼?” tanya Aliana dengan menggebu karena ia penasaran dan juga marah, tetapi tidak terlihat raut sedih di wajah Aliana. “Karena dia adalah orang yang serakah, Papamu adalah seorang pengacara yang handal dia juga seperti seorang detektif yang dapat menemukan kejanggalan dan keburukan dari lawannya, semua bukti dapat ia kumpulkan untuk melawan dan menjatuhkan Pamanku yang telah membunuh Papaku, dan kau tau tepat sebelum pengungkapan kenyataan kepada publik, satu keluarga dengan kejamnya ia membantai semuanya. Kenapa kau masih hidup? Apa mereka tidak tega membunuh bayi? Bukan itu jawabannya. Kau selamat karena kau sedang bersama pamanmu pergi untuk jalan-jalan saat pembantaian itu terjadi, sungguh beruntung anak yang sedang pergi itu selamat dari pembantaian itu. Dan lebih beruntung lagi mereka tidak mengetahui bahwa keluarga Yaksa itu memiliki tiga anak, dua anak laki-laki dan satu orang putri yang sangat cantik,” papar Andrean dengan jelas. “Jadi maksudmu, keluargaku dibantai karena Papaku ingin membongkar kebususan Pamanmu?” tanya Aliana dengan antusias. “Benar, masa itu hanya masyarakat yang tertipu dengan tipuannya, tetapi tidak dengan Papamu yang sangat percaya pada Papaku,” tambah Andrean. “Sebenarnya ini berawal dari politik, Pamanku tidak rela karena ia tidak bisa duduk di depertemen sedangkan Papaku bisa, ia mengalami kerugian besar dan merasa iri pada Papaku yang mendapatkan keuntungan besar. Papaku bukan orang yang pemakan uang rakyat, ia memiliki perusahaan besar dan uang yang ia hasilkan adalah uang dari usahanya. Sedangkan Pamanku gagal di awal karena juga sudah melakukan money politic, menggelikan memang. Tetapi itulah kenyataan,” papar Andrean dengan kekehannya yang merasa bodoh karena pamannya itu. “Pamanmu siapa?” tanya Aliana dengan hati-hati. “Dia adalah gubernur kita saat ini, si angin hitam yang bergerak di sekitar kita tetapi tidak bisa kita lihat, dia juga merusak kita,” ucap Andrean menjelaskan. (a) ….
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN