Ternyata Sekutu

1117 Kata
“Ehm! Ok baiklah,” dehem Aliana membenarkan posisi duduknya agar tagap mengahadap Andrean, kemudian ia mulai berbicara serius, “kenapa dia tidak membunuhmu saja, seperti kedua orang tuamu. Bukankah itu lebih mudah? Dan semua harta warisan jatuh ke tangannya tanpa sulit membuatmu di cap gila begini.” “Hey! Kau berpihak padanya untuk membunuhku?! Atau kau berniat membunuhku lalu bekerja sama dengannya?!” kesal Andrean karena Aliana malah seperti orang yang tidak memiliki perikemanusian yang asal membunuh orang saja. “Ya dari pada kau menderita, bukankah lebih baik mati. Aku suka melihat seseorang menderita tetapi kalau melarat aku juga kasihan,” ucap Aliana. “Kau ingin aku mati? Lalu kau bekerja sama dengan orang tua itu hah?!” bentak Andrean lagi pada Aliana yang terlihat santai dengan ucapannya. Aliana mendelik mengangkat bahunya. “Kenapa tidak? Bahkan itu rencana yang bagus, aku bekerja sama dengannya lalu aku mudah dekat dengannya. Aku juga bisa merencanakan pembunuhan berikutnya mungkin,” papar Aliana santai. Ucapan Aliana membuat Andrean tidak habis pikir, ia berniat menculik Aliana untuk bekerjasama dengan dirinya bukan malah menikamnya. “Aku menculikmu seperti ini untuk kita bisa bekerja sama, saat ini yang menjadi buruannya adalah dirimu bukan aku, karena mereka tidak akan bisa membunuhku jika aku tidak dalam posisi membahayakan mereka,” kata Andrean memberitahu Aliana. “Tapi belum apa-apa kau sudah ada pikiran untuk mengkhianatiku,” ucap Andrean ada sedikit nada dramatis diucapannya itu. “Ba-ik-lah, apa yang harus kita lakukan? Ngomong-ngomong apakah orang tuaku sangat kaya?” tanya Aliana pada Andrean dengan wajah penasarannya mencondongkan diri ke depan. “Sangat, sangat kaya. Keluargamu memiliki banyak fasilitas yang fantastis bahkan punya pulau pribadi yang sedang diinginkan oleh tua Bangka itu untuk membangun sebuah bisnis perjudian, tetapi tidak bisa karena terhalang siapa pemilik sah pulau itu. pulau itu dijaga tidak bisa sembarang orang mengaksesnya. Keluargamu seharusnya adalah keluarga yang tidak dapat disentuh olehnya sampai saat ini pun harta dari Yaksa masih aman, karena orang-orang yang menjalankan perusahaan itu adalah orang-orang yang handal dan dapat dipercaya,” jelas Andrean pada Aliana yang tercengang karena baru mengetahui fakta bahwa orang tuanya sangatlah kaya dan kuat. “Kenapa keluargaku terbunuh jika sangat kuat?” tanya Aliana lagi pada Andrean. Andrean tersenyum lalu menjawab, “keluargamu itu memang sulit disentuh dan kuat, tetapi kuat dalam hal keamaan bisnis, usaha, dan harta bukan soal keamanan dari nyawa mereka. Penjaga mereka semua bahkan mati pada hari pembantaian itu.” “Jadi maksudnya Papaku lalai dalam keamanan untuk keluarganya begitu? Untuk apa uang banyak jika nyawa tidak ada,” kesal Aliana, mengingat orang tuanya kaya tetapi tidak memiliki keamanan diri yang baik. “Bahkan Papa adalah seorang pengacara sudah pasti banyak musuhnya, astaga,” sambung Aliana. “Nah kau sendiri sadar, bukankah itu miris. Berbeda dengan orang tuaku, mereka memiliki penjagaan ketat dan baik tetapi jika penghianat yang berkerja itu sulit dideteksi,” ucap Andrean dengan berbisik dikalimat akhirnya. Mereka kembali berdiskusi tentang recana mereka yang akan mereka jalankan. Aliana mendengarkan Andrean dengan baik-baik. “Jadi jika mereka belum menunjukkan pergerakan lagi tolong bersikaplah seperti biasa saja, seakan kau bukanlah Angella yang mereka cari itu, kau paham maksudku. Bersikap biasa, dan jalani harimu apapun yang kau ingin lakukan jangan batasi aksesmu sendiri,” terang Andrean pada Aliana. “Baiklah, aku mengerti. Lalu bagaimana dengan Papaku? Dia tentu saja akan melalukan sesuatu lagi untuk menjagaku dan menambah keamananku dari sebelumnya,” tanya Aliana pada Andrean, karena tidak dapat dipungkiri bahwa Hasbie sangat akan protektif padanya apalagi setelah Andrean menculiknya ini. Aliana yakin Hasbie akan semakin terlihat mencurigakan. “Maka dari itu aku juga akan berbicara padanya. Kau tau aku sedang mencurigai bahwa ada mata-mata di dekat kalian. Karena jika dilihat begitu saja, tidak ada yang janggal dari kalian, tidak akan ada yang tau bahwa kau adalah anak angkat dari mereka, sudah pasti ada seseorang yang mencari informasi secara diam-diam, dan keberadaanya ada di sekitar kalian juga,” papar Andrean memperingatkan Aliana. “Jadi pertama-tama aku juga harus hati-hati dengan orang-orang disekitarku?” tanya Aliana memastikan. “Ya, karena mereka mulai curiga dan mereka akan terus memastikan sampai mereka benar-benar yakin untuk memutuskan suatu target mereka benar-benar udah terdeteksi. Aku rasa kali ini mereka akan bekerja sangat halus, bahkan aku juga khawatir mereka akan membuntutiku dan mencurigaiku juga,” kata Andrean. Karena dirinya pun dapat menjadi sumber informasi bagi orang-orang Juan yang memata-matai Andrean. “Jika begitu maka aku tidak boleh terlalu dekat denganmu, karena aku takut mereka bisa mengetahui dan memastikan bahwa yang mereka cari adalah aku,” tutur Aliana. “Kau benar, kalau begitu sebaiknya kau pulang saja sana. Merepotkanku saja, sadarkah kau jika badanmu itu sangat berat. Aku sampai ingin mati tadi membawamu sampai ke apartemen ku ini,” tutur Andrean mengingat bagaimana ia membawa Aliana tadi dari baseman sampai ke kamar apartemennya. “Heh! Yang menyuruhmu untuk membuatku pingsan siapa?! yang memintamu untuk membawaku ke sini siapa?! yang menculikku siapa?! jadi kau harus bertanggung jawab, jangan seenaknya mangataiku berat. Dan yak! Kau mengusirku?! Huh?! Arrgh…! Menjengkelkan sekali,” bendak Aliana karena Andrean menyinggung tentang berat badannya. “Ya itu juga karena dirimu, yang jika melihatku di gerbang sekolah kau terus saja lari dan pergi, aku menunggumu tapi kau selalu kabur. Aku hanya ingin mengajakmu mengobrol dan memberitahukan kau jika kau itu dalam bahaya,” bela Andrean atas dirinya sendiri. “Kau ingin berbicara padaku dengan cara yang salah, bodoh! Siapa yang tidak takut jika kau berpakaian serba hitam dan berdiri menatap tajam siswi sekolah khusus wanita. Bahkan teman-temanku mengira kau itu criminal yang suka menculik dan memperkosa korbanmu!” jelas Aliana kesal dengan Andrean. “Kau takut karena aku berpakaian serba hitam? Coba kau lihat isi lemariku dan perlengkapanku yang tergantung di sudut sana,” tunjuk Andrean pada sudut ruangan yang terdapat gantungan kayu yang tergantung topi berwarna hitam sebanyak 3, isi rak sepatu yang dominan hitam. Andrean berdiri dari duduknya dan menuju sebuah lemari pintu yang kamar yang ada di apartemen tersebut. “Coba kau lihat isi kamarku juga didominasi warna hitam, dan jika kau ingin memastikan isi lemariku maka lihatlah sendiri. Isinya juga semua berwarna hitam atau tidak dark grey,” jelas Andrea. “Jadi apa aku salah berpakaian hitam?” tanya Andrean pada Aliana yang tercengang setelah menyadari bahwa apartemen tersebut juga memang didominasi dengan warna hitam dan dark grey. Setelah sadar dari ketercengangannya, Aliana kemudian kembali pada dirinya. “Baiklah, jadi tadi kau mengusirku dari sini. Aku bahkan tidak tau ini daerah mana, dan aku pulang naik apa,” ujar Aliana yang dia diculik memang dalam kondisi tidak membawa apapun kecuali kartu atm yang diberikan oleh Hasbie saat ia ingin pergi ke minimarket sebelumnya. “Ini,” seru Andrean menyodorkan kartu atm milik Hasbie pada Aliana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN