Abram duduk di ruang kerjanya dan terus diam tanpa menyentuh laptopnya. Laporan milik bawahannya yang dia bawa pulang ke rumah pun tidak digubris olehnya. Yang ada dia cuma menatap kosong pada ponselnya yang tergeletak di meja. Tidak. Dia tidak sedang menunggu telepon atau pesan dari siapapun. Tapi dia hanya tidak tahu harus bagaimana sekarang. Kejadian semalam masih terngiang di kepala Abram. Dia tidak langsung menemui Sandra begitu sampai di Jakarta, tapi dia menuju kantor polisi untuk memukul b*****h yang sudah membuat ulah pada Sandra. Setelah buku-buku tangannya membiru karena berulang kali memukul pak Zaki, dia menyerah saat polisi melerai mereka. ”Udah, Bram. Ini nggak akan menyelesaikan masalah.” ”b******k!” Umpat Abram lagi. Dia sudah ratusan kali mengumpat sejak