Bagian 5

1835 Kata
Madya melangkahkan kakinya menuju rumah. Ia masuk ke kamarnya lalu menangis sejadi- jadinya. Pram telah menikah dengan perempuan lain. Kini ia harus rela berbagi dan di madu. "Mamah, apa yang Madya harus lakukan...hiks!!! Ucap Madya sendiri. Ia seperti memakan racun yang amat mematikan. Jika ia menolak nantinya akan di paksa jika di terima ia akan mati. Dan itulah pilihan Madya ia memakan racun bahkan meneguknya bulat- bulat. Madya mengusap air matanya dan mencoba untuk berdiri. ***** Bagaikan sebuah drama, kehidupan manusia memiliki peran tertentu. Demikian pula dengan Pram dan Lia. Salah satu peran mereka adalah menjadi pasangan dan menghasilkan keturunan. Secara tidak langsung Pram telah memiliki harta yang melimpah, rumah yang besar dan mewah. Mobil banyak berjejer-jejer, perusahaannya pun ada dimana-mana. Segalanya dia punya. Bahkan setiap hari kerjaannya hanya berpesta pora. Namun ia tak mengerti, kenapa di lubuk hatinya yang paling dalam ia tetap saja merasakan sebuah ke gelisahaan. Ia telah menyalahi sebagian fitrahnya. Ia menduakan Madya. Tapi mau bagaimana lagi?? Pram sangat mencintai Lia. Kehidupan mereka sangat romantis dan berakhir dengan ending yang bahagia, menceraikan Madya dan hidup selamanya bersama Lia dan calon anak-anaknya kelak. Tapi tidakkah kalian berfikir tidak semua cerita romantis itu berakhir bahagia??? Contoh, yin dan yang , romeo dan juliet, terakhir laila majnun. siapa yang tidak mengenal cerita legenda tersebut pasti kenal kan, terus!! dari ketiga cerita itu apakah ada yang endingnya bahagia?? Tidak bukan. Mungkin kisah Pram dan Madya akan menjadi seperti itu bukan dengan Lia. Apapun yang terjadi kedepannya jangan coba untuk menyesalinya. Berharap Pram tidak menyesal jika diantara salah satu istrinya akan menghilang bagaikan debu ditiup angin. Pram baru saja menghadiri pesta privatnya. ia masuk ke dalam kamar hotel dan mendapati Lia tengah tertidur tanpa mengenakan apa-apa, bercak merah di bagian p******a masih segar. Pram langsung berfikiran negatif apa-apaan ini??? Apa Lia b******u dengan lelaki lain??? Tapi tidak mungkin. Cepat-cepat Pram menggelengkan kepalanya. Pram menutupi tubuh Lia. tak sengaja ia melihat jendela besar itu terbuka, Pram mendekati jendela itu di bawah sana terdapat seorang lelaki misterius tertutup topeng dan juga kaca mata. Ia mengangkat jari tengahnya menghadap Pram lalu pergi begitu saja. Pram sempat melongo di buatnya sebelum akhirnya ia sadar dan masuk ke dalam lagi. "Aku akan pulang ke rumah Madya sekarang..." gelisah Pram tak lupa ia menyiapkan cincin untuk istri cantiknya. Mobil itu melesat ke jalan raya. Membelah jalanan itu dengan cepat ia harus menemui Madya dan meminta maaf padanya. Hati Pram selalu memberontak untuk menemui Madya. Beberapa menit kemudian Pram sampai di sebuah gang komplek lalu jalan beberapa meter hingga sampai di depan rumah mereka. Pram berfikir harus menyelesaikan ini semua. Pram mengeluarkan kunci cadangan dari dalam saku dan memutarnya. Setelah itu ia masuk ke dalam rumah. Pram melihat Madya dari bilik pintu Samar-samar ia mendengar isak tangis Madya. Pram sempat tercekat ia tak tega melihat Madya menangis di pinggir kasur seperti itu. Terlihat Madya mengusap air matanya lalu berdiri. Pram berdehem lalu masuk ke kamar. "Madya..." panggil Pram, tangan kokoh itu terulur menyentuh Madya. Madya dengan mata sayupnya memberanikan diri menatap Pram. Wanita itu tersenyum hangat mencoba menyembunyikan rasa sakitnya. "Kenapa pulang??? Bukannya hari ini kalian berbahagia..." tanya Madya. Pram menghembuskan nafasnya dan langsung memeluk Madya. "Maafkan aku Madya, tapi tolong mengerti aku!!! Kamu mencintai aku bukan??? Kalau iya maka biarkan aku bahagia dengan Lia, kumohon jangan ada kesedihan di hatimu sayang, sebagai tanda terima kasihku aku tidak menceraikanmu..." ucap Pram tulus di lubuk hatinya. Madya hanya menyunggingkan senyuman tipis saja. Tangannya menyentuh d**a bidang Pram. Madya berfikir sekarang d**a itu bukan lagi miliknya melainkan wanita lain, mata cantik itu menelurusi wajah suaminya, lagi-lagi Madya tidak dapat lagi menikmati wajah Pram seorang diri karena ada seorang wanita yang ikut menikmatinya. Madya menarik tangan dan menurunkan pandanganya mencoba untuk menekan rasa di dadanya. Dengan cepat Pram mengeluarkan cincin yang di belinya waktu itu. "Suprizeeee!!!!" Ucap Pram. Ia membuka kotak cincin itu dan menampilkannya, berharap sang istri pertama itu bahagia. Pram tersenyum merekah ia tak sabar melihat ekspresi Madya. Walaupun ia tahu cincin itu tak sebagus punya Lia. "Simpan saja..." tolak Madya sambil menutup kotak cincin di tangan Pram. "Kenapa..." tanya Pram penasaran. "Berikan saja ke Lia..." jawab Madya "Dia sudah punya, melebihi cincin ini... kalian memiliki cincin yang sama..." ujar Pram membujuki Madya agar ia mau menerima cincin pemberiannya. Walaupun cicin itu tidak mahal.  Suara deringan ponsel begitu kentara di jaket saku Pram. Pram mengeluarkan ponsel itu, nama Lia tertera di dalamnya. Jarinya mengusap kayar bewarna hijau lalu mengangkatnya. "Pram kamu di mana...???" "Di jalan, lagi antar teman sayang..." pram meletakan cincin itu lalu beranjak keluar. Pram berbohong tentang keberadaan  dirinya mana sekarang. Madya tersenyum sinis. Ia terduduk di pinggiran kasur bersama serpihan sakitnya. Ia mengambil cincin itu lalu di letakan di jari manisnya. Pram mengemudikan mobilnya kembali setelah menerima telfon dari kekasihnya. Ia bodoh tak seharusnya Lia di tinggal sendirian. "Sayang maafkan aku...." pinta Pram di hadapan Lia. Plakkk Lia menampar Pram, matanya menyalang tak suka. "Sudah kubilang jangan kerumah Madya!!! Kamu suamiku Pram..." teriak Lia seperti orang psikopat. Pram meredam emosinya seumur hidup ia tak pernah di tampar wanita apalagi Madya. "Maafkan aku... dia istriku juga, kamu tidak berhak menamparku seperti ini!!!" Jawab Pram dingin. " adakah lelaki yang menidurimu heh, membuat kiss mark di area dadamu..." gantian Pram yang berteriak ke Lia. Membuat Lia terdiam dan tergagap, mencoba mencari alasan yang tepat untuk suami idiotnya itu. "Ah, a a a it-itu, bukankah kita bercinta kemarin dan bekasnya belum hilang..." jawab Lia terbata. Pram menyipitkan matanya. Gaun tidur yang di pakai Lia ia robek hingga menampilkan d**a montoknya itu. "Bukankah kita bercinta dua hari yang lalu, dan ini kamu bilang masih ada!!! Nyatanya tanda itu mulai membiru bukan masih merah segar seperti ini!! " desis Pram sambil memegang p******a Lia kuat hingga membuat Lia kesakitan. "Pram sakit...!!" Jerit Lia. "Maafkan aku!! Maaf Pram aku janji gak akan ngelarang kamu ke rumah Madya lagi..." ringis Lia tak tertahankan. Pram melepaskan pegangannya itu. Ia menatap Lia penuh cinta. walaupun Pram tau  Lia tidak layak untuk di cintai. "Kita sudah menikah, lupakan kejadian ini dan mulai dengan yang baru. Tidak pantas kamu menamparku seperti tadi. Di sini aku kepala keluarga, aku seorang suami dan aku adalah imam. Dan kamu adalah seorang istri, jadilah seorang istri yang baik perilakunya, sifat dan tabiatnya!! Menuruti setiap kemauan suami..." desis Pram pelan namun tajam. Lia mengangguk dan langsung memeluk Pram. "jangan pernah tinggalkan aku dan bayi kita sayang...." pinta Lia. "Aku tidak akan meninggalkanmu sayang..." jawab Pram. ******* Madya tengah duduk di halaman rumahnya, melihat hamparan tanaman yang dulu alm.mamahnya tanam. Madya mencoba untuk masa bodo dan tidak memikirkan perasaannya, namun ia tidak bisa. Hatinya terus menangis dan memberontak. Madya pov Lebih dari sakit. Itu yang aku rasakan, tidak ada kata yang bisa ku ungkapkan untuk perasaanku ini. Menangis pun aku suda tak sanggup, aku lelah!!! Aku merindukan ke dua anakku, sebaiknya aku menjemput mereka berdua dan mengajaknya berjalan-jalan, mengalihkan perasaanku dari sakitnya. Author pov seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun dan seorang gadis mungil berumur delapan tahun, tengah menunggu datangnya sang bunda untuk menjemput mereka. Ibnu dan Rabbiah sepasang malaikat kecil yang Tuhan beri untuk kelengkapan keluarga Pram dan juga Madya. Seorang wanita cantik nan anggun tengah melambaikan tangannya ke Ibnu dan Biah. Mereka yang mengetahui itu labgsung mendatanginya dan langsung memeluk. "Bunda!!!" Pekik Ibnu dan Biah bersamaan. "Iya sayang, bagaimana liburannya hm??? Tanya Madya sambil mengusap puncak kepala kedua anaknya. ''Seruu mah, nanti kalo liburan kita kesana lagi, yaa kan kak..." pekik Biah dan diangguki oleh sang kakak. "Betul itu bun..." jawab Ibnu. ''Bun, ayah mana..." tanya Biah sambil melihat ke penjuru bandara. "Di sini sayang..." jawab Pram di belakang Madya. Ia rasa Pram baru saja datang bersama Lia. Yaa Lia ikut dengan suaminya. "ayah..." pekik mereka berdua secara bersamaan. Madya hanya diam, lagi-lagi perasaannya tersakiti. Pram langsung berjongkok dan menerima pelukan dari kedua anaknya. Lia disamping Pram tersenyum sambil mengelus perutnya. Ia tak sabar ingin di perkenalkan sebagai mommy mereka. " tante ini siapa pah..." tanya Biah. Madya hanya terdiam, Pram sempat melihat Madya lalu beralih ke Lia. " tante ini adalah mommy kalian, sekarsng mommy sedang mengandung adik kalian... nama mommy kalian adalah Lia..." jawab Pram sambil memeluk Lia. Ibnu dan Biah hanya tersenyum sambil menerima ciuman Lia. "Mau kah kalian berjalan-jalan dengan mommy sayang..." ajak Lia. Ibnu dan Biah menatap Madya. Madya mengangguk pelan tanda menyetujui permintaan Lia. "Baiklah ayo naik ke mobil mommy, Madya aku pinjam anak-anakmu dulu... yuk Pram sayang kita pergi..." ajak Pram yang langsung di gandeng oleh Lia. Pram hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Lia. Madya tertinggal sendiri ia meneteskan air matanya. Apa yang harus dia lakukan kecuali bersabar. ''Hey apa kamu menangis..?" Tanya seorang lelaki yang kemarin ia lihat El. Pria itu mengenakan kaca mata hitam.          Buru-buru Madya mengapus air matanya. Madya hanya tersenyum kecil sambil langsung pergi. El mencengkram  lengan hingga Madya hingga ia tersentak di d**a bidang pria tampan itu. "Maaf, anda berlaku tidak sopan tuan..." ucap Madya tak suka. Ia meronta dari pegangan El. "Upss!!! Sorry.." El langsung melepaskan tangannya. El sangat menyukai wanita ini, lebih tepatnya jatuh hati!! Ia rela mengorbankan apapun asalkan bisa menikahi Madya. El menyunggingkan senyuman khas ala El sendiri. "apa itu suamimu...?? Dan siapa wanita itu?? Apakah dia seorang p*****r??? Karena kalau di lihat wanita itu mirip dengan wanita-wanita nakal dan murahan..." cerocos El. El memang berkata jujur soal Lia. Lia hanya p*****r kecilnya untuk di jadikan pelampiasan. El tidak begitu tertarik dengan dirinya. El hanya membantu Lia untuk mendapatkan harta Pram tanpa meminta imbalan apapun kecuali s*x. El memiliki harta yang melimpah. "Tidak kah kau tau tentang batasan tuan, saya tidak punya waktu untuk meladeni anda, permisi!!!" Ucap Madya tajam sambil merjalan pergi.kali ini ia tidak melewati El tetapi berbalik arah. El hanya tertawa sambil melihat Madya pergi menjauh. "Demi apapun Madya, aku akan mengejarmu!! Menjadikanmu istriku dan meninggalkan suami bodohmu itu...!!! Berubah sifatku pun aku rela melakukannya..." kata El sendiri. **** Layaknya sebuah keluarga, Pram nampak bahagia karena Lia dan ke dua anaknya begitu akur sekali, sesekali Lia membuat lelucon yang sangat lucu agar kedua anaknya tertawa kepas. Pram melirik Ibnu dan Rabbiah dari kaca spion mereka berdua tengah sibuk bermain gadget masing-masing. "Bahagia gak jalan sama mommy hm..." tanya Lia. Jujur saja Lia sangat menyukai Ibnu dan Juga Biah. Lia bahagia melihaf Madya menderita dalam kesendiriannya karena peran dan juga keluarga sedang bersamanya. Ibnu dan Biah hanya tersenyum sambil mengangguk "Oh yaa pah!!! Om Rizky akan pulang untuk menjemput mamah. Papah tau kan om Rizky siapa... " kata Ibnu memberitahu. Pram langsung mendadak rem. Rizky adalah saudara sepupu sekali Madya. Sepupu yang paling kejam yang pernah ia kenal. Jika tau Pram menduakan adik sepupunya itu bisa dipastikan Pram akan di bunuhnya.          Mengingat seorang M.Rizky adalah pembunuh terkenal, tim snipper yang handal serta ahli strategi dalam menghadapi lawan. Mudah baginya untuk menghabisi Pram dalam sekejab mata. Rizky di sebut juga sebagai malaikat maut,  yang tak mempunyai hati untuk mencabut nyawa seseorang. "Ibnu bilang mamah lagi di rumah dan sedangkan kami berdua sedang jalan sama papah dan mommy baru..." lanjut Ibnu santai. Pram mendadak panas dingin buku-buku jarinya memutih. ''Daddy kenapa...? " Lia menyentuh lengan Pram lembut. Pram hanya terdiam sambil menggeleng "tidak..." jawab Pram singkat. Pram harus menyembunyikan Lia dan ke tiga anaknya jika Rizky datang untuk menemui, biarlah ia bertemu dengan Madya, asalkan jangan bertemu dirinya beserta semua orang yang ada di dalam mobil ini.  Karena Pram sangat mencintai istri barunya dan juga ke tiga anak mereka. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN