Shanum menatap pada foto hasil USG janin yang dalam perutnya. Anaknya di dalam sana tumbuh sangat baik sekali, membuat Shanum sangat sehat dan sedih dalam waktu bersamaan, karena pria yang menjadi ayah dari anaknya ini, tidak mau bertanggung jawab, dan mengatakan kalau anak dalam kandungan Shanum bukan anaknya.
Padahal Raka tahu sendiri, kalau pertama kali Shanum melakukan itu bersama dengan Raka. Dan dia masih perawan ketika melakukannya dengan Raka. Tetap, saja Raka tidak percaya pada dirinya, dan selalu mengatakan Shanum w************n yang bisa melakukannya dengan siapa saja. Shanum tidak serendah itu melakukannya.
“Kau baik-baik saja sayang, Mama tidak akan pernah melepaskanmu,” ujar Shanum mengusap perutnya dengan senyuman lembutnya.
Hal itu dilihat oleh orang lain, orang itu berjalan mendekati Shanum dan menepuk pelan pundak Shanum, membuat Shanum kaget dan membalikkan badannya dan melihat pada seseorang yang amat dikenal oleh dirinya.
“Mauren!” ucap Shanum semangat, dan memeluk Mauren—sahabatnya yang semingguan kemari ke luar kota. Dan Shanum merasa kesepian dengan Mauren yang ke luar kota.
Mauren tertawa kecil merasakann pelukan Shanum pada dirinya, Mauren menatap pada Shanum yang tampak pucat dan seperti orang yang memiliki masalah. Ntah apa masalah yang dialami oleh sahabatnya ini? Tapi, pastinya sebuah masalah yang serius.
“Kau kenapa? Kau tampak pucat sekali,” kata Mauren mengusap pipi Shanum yang meninggalkan bekas air mata.
Untug saja Shanum segera menyembunyikan foto hasil USG tadi, karena dirinya tidak mau Mauren melihat itu. Dan merasa sedih dengan apa yang dilakukan oleh Shanum. Shanum yang dengan tidak bisa menjaga dirinya, dan hamil di luar nikah sekarang, dan pria itu tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Shanum.
“Shanum, kamu baik-baik saja, kan?” tanya Mauren, khawatir melihat air mata Shanum menetes, dan tampak sekali Shanum sedang menahan kesedihannya. Mauren langsung membawa Shanum ke dalam pelukannya. Mungkin sahabatnya ini sedang ada masalah.
“Ayo, cerita! Apa yang terjadi pada dirimu?” tanya Mauren, meminta Shanum untuk bercerita pada dirinya. Mana tahu dia bisa menolong Shanum, dan membuat masalah gadis itu berkurang.
Shanum menggeleng, dia tidak mau mengatakan pada Mauren apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Sungguh dirinya malu dengan apa yang terjadi pada dirinya, dia bukan gadis suci dan polos lagi. Dia seorang jalang sekarang, yang dengan mudah memberikan dirinya pada lelaki lain.
“Aku tidak bisa. Aku tidak bisa menceritakannya!” isak Shanum dalam pelukan Mauren.
Mauren yang mendengarnya, membawa Shanum untuk duduk di kursi taman, dan menggenggam tangan sahabatnya itu. Dan mengusap air mata Shanum lembut. Dia tahu, kalau masalah yang dihadapi oleh Shanum sekarang lebih besar dari masalah yang lalu-lalu. Dimana hanya masalah tentang kekasihnya tidak perhatian atau segala macam.
“Kau kenapa? Kau tidak diputuskan oleh kekasihmu, ‘kan?” tanya Mauren.
Shanum terdiam. Bukankah dia memang sudah diputuskan, karena dia hamil dan pria itu meninggalkannya dengan anak yang ada dalam kandungannya sekarang. Anak yang belum lahir ke dunia dan harus merasakan penolakan dari ayah kandungnya sendiri.
“Aku putus.” Jawab Shanum lirih, dan memukul dadanya berulang kali. Rasanya sungguh menyakitkan. Lebih baik dia dan anaknya pergi dari dunia ini!
Mauren yang melihat itu, langsung memegang tangan Shanum, dan menggeleng kuat. Shanum tidak boleh menyakiti dirinya. “Hei! Hentikan! Kau tidak boleh menyakiti dirimu. Kau putus dengannya, dan dia memang bukan yang terbaik untukmu. Kenapa dia memutuskanmu?” tanya Mauren, menebak kalau pria itu yang memutuskan bukan Shanum.
Kalau Shanum yag memutuskan hubungan itu, mana mungkin Shanum terpuruk seperti sekarang, dan memukul dirinya sendiri. Dan menangis sejadinya seperti ini. Sampai memukul dirinya sendiri. sungguh dia tidak sanggup melihat Shanum seperti ini.
“Dia akan menikah. Dia akan meninggalkanku!” jawab Shanum menghapus air matanya kasar.
Mauren mendengarnya terdiam. “Kalau dia akan menikah dengan orang lain, maka dia bukan jodoh yang terbaik untukmu Shanum. Kau bisa mencari yang lebih baik darinya.” Mauren mengusap pundak Shanum, menenangkan sahabatnya ini.
Shanum mendengar itu menatap pada Mauren dengan tatapan terlukanya. Kalau dirinya tidak hamil, dia akan rela Raka menikah dengan wanita lain, dan meninggalkan Shanum yang hamil anak pria itu. Dia memikirkan masa depan anaknya, yang tidak memiliki seorang ayah. Dan sakitnya nanti dihina oleh orang-orang dengan mengatakan anak haram.
“Aku sungguh mencintai dirinya, aku tidak mau dia menikah dengan wanita lain. Aku hanya mau dirinya menikah denganku!” ucap Shanum kembali menangis. Mauren yang melihat itu langsung membawa Shanum ke dalam pelukannya.
“Kamu jangan nangis Shanum. Kamu dan dia tidak berjodoh, dan kamu tidak bisa memaksakan hatimu untuk melarang dirinya menikahi perempuan lain yang diinginkan olehnya. Apalagi kalau pernikahan itu sudah disiapkan olehnya,” ucap Mauren melepaskan pelukannya dari Shanum, dan mengusap air mata Shanum lembut dan tersenyum melihat pada sahabatnya.
Shanum melamun mendengar ucapan Mauren, dia juga tak ingin merusak pernikahan itu. Dirinya bahkan rela menjadi istri kedua. Asalkan anaknya mendapatkan status yang jelas, dan tidak akan dihina oleh masyarakat nantinya. Dia memiliki ayah. Dan dia rela juga menikah sirih bukan secara hukum, semuanya demi anaknya. Dan dia rela juga, untuk membiarkan anaknya mendapatkan akta kelahiran atas nama Raka dan istri sah pria itu.
Namun, semuanya tidak akan terjadi. Bahkan Raka saja tidak mau menjadikan dirinya istri kedua. Melihat Raka amat sangat ingin pernikahan itu terjadi, dan menghargai perempuan yang akan menjadi istrinya. Shanum tahu, kalau Raka mencintai perempuan itu dibanding mencintai dirinya.
“Aku rela menjadi istri keduanya. Kalau dia mau,” ucap Shanum, membuat Mauren yang mendengarnya tertawa kecil.
“Shanum kamu jangan bodoh! Kamu tidak mungkin mau menjadi orang ketiga dalam hubungan pernikahan orang, ‘kan? Kau tidak boleh merusak pernikahan orang dengan menjadi istri kedua!” ucap Mauren tidak mau sahabatnya ini menjadi gadis perusak rumah tangga orang.
Shanum yang mendengarnya terdiam, apa yang dikatakan oleh Mauren memang benar, tidak seharusnya dia menjadi perusak rumah tangga orang, dengan menjadi istri kedua dari pria yang dicintai olehnya. Dan Raka tidak menginginkan dirinya.
“Kau benar. Aku tidak harus melakukan itu, aku sangat bodoh,” isak Shanum dan kembali memeluk Mauren.
Mauren membalas pelukan Shanum, dan mengusap lembut punggung Shanum. Apa yang dilakukan oleh Shanum tidaklah baik, dan Mauren tidak mau sahabatnya dicibir oleh masyarakat karena menjadi istri kedua dan menjadi orang ketiga.
“Aku bodoh Mauren! Aku seharusnya tidak berpikiran seperti itu,” kata Shanum.
Mauren melepaskan pelukannya dari Shanum, dan menghapus air mata Shanum. “Jangan menangis. Kalau kau putus dengannya. Itu tandanya kamu dan dia tidak berjodoh. Dan Tuhan sudah memberikan jodoh yang lain untukmu, yang lebih baik dari dia,” kata Mauren, membuat Shanum tersenyum kecut.
Yang lebih baik?
Bahkan dirinya tidak bisa membayangkan, kalau masih ada pria yang mau dengannya. Dia sudah ternodai dan kotor. Dia tidak suci lagi. Dan tentunya sebrengsek lelaki, dia ingin istri yang baik dan masih suci dan tidak ternodai.
Shanum tidak akan pernah mendapatkan lelaki yang mau menerima dirinya apa adanya setelah ini, dia akan membesarkan anaknya dan memberitahukan pada orang tuanya secara perlahan. Tentang kondisinya sekarang. Kehamilan dirinya ini, tidak bisa disembunyikan terus menerus. Yang akan membesar setiap harinya.
“Kau harus semangat. Dan sekarang kau mau makan denganku? Aku kebetulan mau makan siang,” ajak Mauren, mengajak Shanum makan siang bersamanya.
Shanum mendengarnya mengangguk, berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mengikuti Mauren. Dan sekali-kali dirinya akan menyentuh perutnya, membayangkan foto USG yang ada dalam tasnya. Anaknya akan terlahir beberapa bulan lagi, dan dia akan menjadi seorang ibu.
“Perutmu sakit?”
Shanum yang ditanya menatap bingung pada Mauren. “Hah?”
“Ya. Perutmu sakit? Aku lihat kau terus memegang perutmu,” tanya Mauren dan menatap pada tangan Shanum yang masih memegang perutnya.
Shanum segera menyingkirkan tangannya dari perutnya. Dia tidak mau Mauren semakin curiga pada dirinya, yang bertanya hal yang lebih aneh dan nanti Shanum tidak tahu harus menjawab apa. Karena dirinya yang sedang hamil sekarang.
“Tidak. Aku hanya lapar saja. Menangisi orang yang memutuskan kita butuh tenaga juga ternyata,” kilah Shanum membuat Mauren tertawa mendengarnya.
“Ya ampun! Kau sungguh lucu sekali. Ayo, makan bersama! Aku akan mentraktir dirimu. Aku juga ingin mengatakan sesuatu pada dirimu.” Mauren menarik tangan Shanum dan membawa Shanum masuk ke dalam salah satu restoran yang dekat di sini.
Shanum duduk di depan Mauren setelah mereka menyelesaikan makan mereka. Dia menunggu apa yang akan dikatakan oleh Mauren padanya. Tampaknya sangat serius sekali, dan pastinya dia tidak melepaskan pandangannya dari wajah bahagia Mauren.
“Aku akan menikah. Kau harus datang ke pernikahanku! Dan aku akan mengenalkan calon suamiku padamu!” ucap Mauren tersenyum senang.
Shanum mendengarnya ikut senang mendengarnya. Akhirnya sahabatnya ini tidak jomlo lagi, dan akan segera mencari istri orang. Betapa dia juga bahagia dengan kebahagiaan Mauren sekarang. Mauren itu gadis baik, dan pantas untuk mendapatkan laki-laki baik juga.
Dan Mauren setuju untuk menikah, pasti lelaki itu sangat baik. Dan sangat mencintai Mauren, sehingga sahabatnya itu yang alergi untuk urusan asmara mau menikah dan berhubungan serius dengan seorang pria.
“Selamat! Aku sangat senang mendengarnya. Aku selalu ingin melihatmu bersanding di atas pelaminan dengan lelaki yang berhasil merebut hatimu!” kata Shanum tersenyum dan langsung memeluk Mauren.
Mauren tertawa kecil. “Terima kasih. Kau harus datang, dan jangan sampai kalau tidak datang. Ah! Ini pakaian untukmu. Aku ingin kau menjadi brides maid di pernikahanku!” kata Mauren, memberikan sebuah papper bag pada Shanum.
Shanum langsung mengambilnya, dan dia mengangguk. Tentu saja dirinya akan datang ke pernikahan Mauren. Hanya Mauren sahabatnya selama ini, dan Shanum harus bahagia atas kebahagiaan sahabatnya. Dan biarlah dia menyingkirkan sejenak masalahnya.
“Aku pasti datang. Mana mungkin aku tidak datang ke pernikahan sahabatku sendiri,” Shanum tersenyum lebar.
Mauren tersenyum mendengarnya. “Nah! Begitu kau harus tersenyum. Dan jangan menangis terus. Putus cinta itu biasa. Dan kalaupun kau tak menikah dengannya, tapi, kau suatu hari nanti akan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari dia,” kata Mauren menghibur sahabatnya itu lagi.
Shanum hanya tersenyum tipis. Sudah dia katakan, kalau dirinya tidak berharap dengan mendapatkan lelaki yang lebih baik. Laki-laki tidak akan mau dengannya. Single mother tanpa pernikahan sebelumnya. Dia bukan janda. Dia gadis yang memiliki anak.
“Aku tidak memikirkan itu, biarlah mengalir sekarang. Walaupun sakit rasanya,” di bawah meja, Shanum kembali mengusap perutnya. Dia akan menjaga kehamilannya sebaik mungkin. Janin ini tidak memiliki dosa. Yang berdosa adalah dirinya, karena dia telah membuat kesalahan yang fatal. Memberikan mahkotanya pada pria yang bukan suaminya.
“Kau harus tetap semangat Shanum. Kau cantik dan baik. Pasti banyak yang mau denganmu, apalagi kau gadis yang selalu anti disentuh oleh lelaki,” kata Mauren tersenyum lebar mengatakannya.
Perkataan Mauren membuat Shanum tercekik. Dulu dirinya memang anti disentuh oleh lelaki, dan tidak mau bersentuhan dengan laki-laki. Itu dulu. Sebelum dirinya dengan bodoh menyerahkan dirinya pada Raka—pria yang dengan mudahnya merayu Shanum, sehingga Shanum terbuai dan melakukan perbuatan dosa itu.
“Aku tidak sebaik itu. Kalau aku baik, tidak mungkin aku dicampakkan,” kata Shanum miris. Tidak mungkin anaknya tak diakui. Dan dia bukan perempuan baik dan idaman dari orang tua lelaki di luaran sana.
Orang tua mana yang akan menerima anaknya menikah dengan gadis yang memiliki anak. Walaupun ada pria itu mau dengannya. Mustahil rasanya. Dia tidak akan diinginkan.
“Hei! Jangan berkata seperti itu. Kau hanya diputuskan. Tapi, kau seperti orang yang hamil di luar nikah dan minta tanggung jawab. Dan lelaki itu tak mau tanggung jawab,” ucap Mauren kali ini membuat Shanum tersudutkan.
Shanum tertawa renyah. “Kau apaan bicara seperti itu. Mana mungkin aku hamil di luar nikah!” keringat Shanum mengalir deras, takut kalau Mauren akan curiga padanya, dan membuat Shanum keceplosan dan mengatakan yang sebenarnya nanti.
“Aku cuman bercanda. Mana mungkin kau hamil di luar nikah. Disentuh tangannya saja oleh lelaki, kau langsung ketakutan. Kau itu gadis polos. Shanumku yang polos dan baru putus dari lelaki yang amat dicintainya.” Ucap Mauren tertawa dan berusaha mencairkan suasana.
Shanum ikut tertawa palsu. Dirinya mengepalkan tangannya kuat di bawah meja, berusaha untuk tampak baik-baik saja di hadapan sahabatnya ini. Dia tidak boleh membuat Mauren curiga pada dirinya. Kehamilan ini tidak boleh diketahui oleh siapa pun dulu. Dia tetap merahasiakan ini dari orang terdekatnya, dan tidak mau mereka mengetahui kehamilannya dulu. Dan membuat mereka akan marah sekaligus kecewa padanya.