Rowena mengerutkan keningnya begitu mendengar suara wanita yang dengan sengaja dibuat sehalus dan semanja mungkin. Hanya dengan mendengarnya saja sudah membuat Rowena merinding di sekujur tubuhnya.
Oh ayolah, dia baru menikah belum genap satu hari. Namun dia sudah mendapati adanya pihak lain yang ingin merebut suaminya? Meski benci mengakuinya, pesona Jordan di usianya yang sudah matang memang sangat kuat. Tapi bukan berarti dia akan menyerah dengan mudah. Pembalasan dendamnya bahkan belum resmi dimulai. Dia tidak akan pernah membiarkan ada seseorang yang ingin menjadi duri dalam hubungannya.
Soal memarahi orang atau beradu mulut dengan wanita lain, dia tidak ada tandingannya sejauh ini. Selama Jordan masih bisa menjaga dirinya untuk tidak tergoda, dia akan bisa mempertimbangkan untuk hubungan jangka panjang. Tetapi jika pria itu sampai berani melakukan hal-hal menjijikkan seperti apa yang dilakukan oleh anaknya, maka Rowena tidak akan keberatan untuk menambah satu lagi target pembalasan dendamnya.
“Jangan pedulikan wanita itu, aku akan pulang sekarang.”
Sambungan telepon terputus, Rowena melihat layar ponselnya dan mengerutkan keningnya tidak senang. Bukan karena dia merasa cemburu, tapi dia bahkan masih belum mengambil keuntungan dari pria itu. Setidaknya tunggu dulu sampai dia selesai menikmati hartanya. Bila perlu, biarkan dia menguras hartanya terlebih dahulu sebelum melepaskan pria itu.
Rowena memutuskan untuk mandi guna menyegarkan pikirannya. Dia akan meletakkan perasaannya di belakang. Karena perasaan hanya akan membuatnya lengah. Lebih baik fokus untuk menikmati hidup dan bersenang-senang.
“Apa aku harus mencari pria lain untuk bersenang-senang? Pria benar-benar tidak bisa diharapkan. Benar, aku harus mencari pria untuk bersenang-senang dan menikmati hidup. Pria yang penurut dan manis, bahkan jika itu wanita cantik yang halus dan menggemaskan juga tidak masalah. Aku adalah wanita flamboyan, tidak akan berpatokan pada gender untuk bersenang-senang.”
Rowena bersenandung pelan selagi mengeringkan rambutnya dengan hairdryer di depan meja rias. Terus mengoceh sendiri tanpa sadar bahwa ada seseorang yang sedari tadi bersadar di pintu masuk dan mendengarkannya dengan kening berkerut.
“Aku adalah wanita yang bebas, jangan menggantungkan hidup pada seorang pria. Wanita sejati adalah wanita yang mampu berdiri sendiri dan bisa membuat para pria bertekuk lutut di depanku. Jika pernikahan ini tidak berhasil, tidak akan menjadi masalah besar. Kita akan bercerai dan aku akan menjalani kehidupan yang bebas. Hanya dengan membayangkannya saja membuatku antusias. Aku tidak sabar sampai hari itu akan tiba.”
“Ekhem!”
Suara batuk yang cukup keras terdengar oleh Rowena, dia menoleh dan tampak terkejut melihat sosok Jordan. “Sejak kapan kamu ada di sana?”
Raut terkejut gadis itu tampak lucu dan menggemaskan. Kedua matanya melebar dan ia mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Namun itu tidak berlangsung lama, Rowena dengan mudah mengubah ekspresi wajahnya dengan senyum nakal yang membuat Jordan merasa semakin kesal.
Masih teringat dengan jelas apa yang baru saja dikatakan oleh gadis itu. Ingin mereka bercerai dan dia menjalani kehidupan yang bebas dengan bersenang-senang dengan pria maupun wanita cantik heh? Jangan harap dia akan melepaskannya.
“Apa kamu ingin mencari pria lain untuk bersenang-senang? Apa menurutmu aku masih kurang cukup untukmu?”
Rowena menutup mulutnya yang terbuka karena terkejut, namun jelas reaksinya sengaja dibuat-buat. Membuat Jordan merasa semakin kesal dibuatnya.
“Jadi kamu mendengarnya?”
Gadis ini, dia benar-benar menguji emosinya. Belum genap sehari, Rowena sudah begitu berani memiliki pemikiran untuk bersenang-senang dengan pria lain. Andai saja gadis itu tidak sedang dalam masa periodenya. Dia tidak akan segan untuk segera menghukumnya agar dia tidak bisa berjalan keesokan harinya.
“Apa kamu marah? Apa menurutmu aku harus setia hanya pada satu pria? Hei, aku tidak akan menghalangimu jika di kemudian hari kamu telah menemukan cinta sejatimu dan ingin memperistrinya. Lagi pula, hubungan kita belum sejauh itu. Aku hanya bermain-main denganmu.”
Mendengar perkataan penuh provokatif dari Rowena membuat Jordan merasa marah. Kapan dia merasa begitu dipermainkan oleh seorang gadis? Wanita ini benar-benar menguji kesabarannya. Dia kira dia akan bisa bertindak seenaknya selama dia bersikap lunak selama ini?
“Jangan memancing kesabaranku. Aku tidak akan menceraikanmu dan juga tidak akan pernah membiarkanmu bermain-main dengan pria lain di luar sana. Kalau kamu sampai berani melakukannya, akan ada hukuman yang menunggumu di rumah.”
Jordan saat ini tengah memenjara tubuh Rowena hingga pinggulnya mengenai meja rias. Membuat beberapa skincare di atasnya jatuh berserakan. Bahkan ada make-up dan juga parfum yang baru saja digunakan oleh Rowena sampai pecah tak berbentuk. Membuat perasaan Rowena berdarah saat melihatnya.
“Parfum , make-up, dan skincare mahalku …,” Rowena rasanya ingin menjerit di dalam hatinya. Dia bukan tipikal gadis yang boros dan suka membuang-buang barang berharga. Namun saat ini, beberapa yang telah jatuh ke lantai tidak bisa lagi digunakan.
“Kamu!” Rowena merasa sangat marah, dia menatap Jordan dengan kesal dan tajam. Namun dengan mudah pria itu langsung memegang tengkuk lehernya dan membungkam bibir mungil Rowena dengan ciuman yang dalam. Membuat semua omelan dan kekesalan Rowena harus teredam.
Rowena menolak, dia berusaha melepaskan ciuman sepihak yang dilakukan oleh Jordan padanya. Dia sedang marah dan tidak berada dalam mood yang bagus untuk mengambil keuntungan dari pria itu. Dia hanya ingin memakinya dan menguras sejumlah kompensasi atas skincare, make-up dan parfumnya yang terbuang sia-sia.
Aroma amis seketika memenuhi mulut keduanya saat Rowena sekali lagi menggigit bibir Jordan agar segera menghentikan ciuman sepihaknya. Napas Rowena tampak tersenggal, dia menatap Jordan dengan kilat penuh peringatan dan permusuhan di matanya.
“Kenapa kamu sangat suka menggigit seperti anak anjing?”
“Kamu yang anjing, seluruh keluargamu anjing!” Rowena tidak terima disamakan dengan anjing, dengan segera mendorong Jordan menjauh darinya. Perasaan kesal dalam dirinya masih belum hilang, tidak peduli meskipun melihat bibir pria itu berdarah cukup banyak dan tengah menyekanya dengan tisu. Rowena tidak merasa bersalah sama sekali. Bahkan dia merasa kalau gigitannya tadi terlalu ringan. Seharusnya dia menggigitnya lebih keras hingga bibir pria itu robek.
“Kamu sangat galak, tapi aku menyukainya.” Jordan tidak marah, malah dia merasa geli dengan sikap Rowena yang tidak berusaha bersikap feminim atau menjaga citranya sebagai wanita yang baik dan lemah lembut. Dia menyukai tampilan apa adanya gadis itu yang akan bertindak sesuai dengan perubahan suasana hatinya. Tidak membosankan dan terlihat menggemaskan seolah menunggu untuk dia bisa menjinakkannya.
“Apa kamu memiliki kecenderungan masokis?” Hanya dengan memikirkannya saja, Rowena sudah membayangkan banyak hal. Seperti membeli beberapa borgol, cambuk, dan kawan-kawannya. Mungkin hal itu bisa lebih menyenangkan untuk bisa mempermainkan pria mendominasi ini di bawahnya.
“Aku tidak keberatan selama kamu yang melakukannya.” Jordan tersenyum, menilik dari ekspresinya yang tampak nakal. Membuat Rowena harus menahan diri mati-matian agar tidak dengan mudah terprovokasi sehingga melupakan kemarahan dan kekesalannya.
“Pria ini sangat berbahaya, aku tidak bisa memalingkan pandanganku darinya. Oh lihatlah bagaimana pria itu tengah membuka kancing bajunya dengan begitu elegan? Apakah dia dulunya adalah seorang model papan atas di majalah pria dewasa? Kenapa dia terlihat seperti veteran dalam menggoyahkan iman para wanita di berbagai usia?”
Jordan tahu dengan persis bagaimana kelemahan sosok gadis di depannya. Dia hanya membuka satu persatu kancing kemejanya, namun gadis di depannya sudah membuka mulutnya dan tidak bisa mengalihkan pandangan matanya. Hal ini membuat Jordan semakin berambisi untuk terus menjaga tubuhnya agar terlihat bagus dan menarik di mata Rowena. Tentunya, agar gadis itu tidak akan berpikir untuk berpaling pada pria acak di luar sana selain dirinya.
Jordan dengan mudah mengangkat tubuh Rowena dan dia dudukkan di atas kasur empuk. Pria itu tanpa ragu telah melepaskan semua kancing baju miliknya. Memamerkan pemandangan indah perut kotak berjumlah 8 dan pinggang sempit yang terlihat sangat menggoda.
Rowena tanpa sadar menelan ludahnya dengan susah payah. Dia sedang dalam masa periodenya. Tentu saja hormon miliknya meningkat. Membuat pikiran liar dalam benaknya terproyeksikan dengan jelas melalui tatapan matanya yang tidak senonoh menatap Jordan yang tampak seksi dan menggoda di depannya.
“Apa kamu ingin menyentuhnya?” tangan Jordan yang terasa panas menarik pergelangan tangan Rowena untuk dia letakkan di atas perutnya yang keras dan berorot.
“Sial, ini benar-benar godaan. Bagaimana bisa aku tetap waras jika dihadapkan pada pria penggoda handal seperti ini?”
Tidak cukup sampai disitu, kedua mata Rowena langsung melotot kaget saat Jordan tanpa peringatan telah memuka sabuk pinggang dan resleting celananya. Sesuatu yang mengembung di balik celana dalam itu terlihat dengan jelas.
“Begitu besar …,” Rowena tidak bisa berkata-kata.
“s**t! Apa yang akan dilakukan pria gila ini dengan menunjukkan miliknya?”
“Semua ini milikmu, lakukan apapun yang kamu inginkan. Jangan pernah berpikir untuk mencari pria lain di luar sana!” Jordan sedikit membungkuk dan berbisik lirih di telinga Rowena.