Isna mulai bergabung bersama dua lagi sahabatnya. Sekarang ini mereka lagi ngumpul bareng di Café Beans. Tempat nongkrong setiap kali mereka ketemuan di luar.
“Waduh!” jerit Tari pelan menyita perhatian kedua sahabatnya
“Emang kamu kenapa Tari? Gebetan kamu ganti cewek lain ya?” ledek Hani dan di tanggapi dengan tawa oleh Isna
Tari melirik tajam ke arah temannya itu “Sial kamu Han, noh tu liat. Si Vampir lagi jumpa pers, katanya sih mau hapusin semua foto-fotonya yang berseliweran di mana-mana dan parahnya lagi tu katanya lagi melacak siapa yang udah meretas data peribadinya lalu mengupload semua fotonya ke pelbagai aplikasi” Jelas Tari lalu menghulurkn ponselnya pada sahabatnya
Hani menyambut dengan dahi mengekerut “loh ini, aku juga udah tau sih. Emangnya napa?” Tanya gadis itu polos
Isna dan Tari menepuk jidat mereka sendiri “kamu kan ikut-ikutan juga download fotonya dia dan malah kamu jadiin cover buku mu lagi” Isna yang awalnya lebih banyak mingkem akhirnya angkat bersuara
Hani menegang wajah cantiknya terlihat pias “Waduh!, aku harus cepet ganti tu covernya. Astaga kok aku bisa lupa ya. dasar begok lu Hani” umpat gadis itu pada dirinya sendiri
“Makanya lebih aman kalo pake cover vector Han. Kamu bandel. Liat punyaku kan pake cover vector semua, punya si Tari juga” omel Isna yang mempunyai pemikiran lebih dewasa ketimbang dua lagi sahabatnya.
“Iya, namanya juga khilaf. Aku kan manusia loh. Dasar dianya aja yang pede banget. Emang dia aja yang paling ganteng sedunia?” tu kan, udah jelas dia salah malah masih lagi ngelawan. Itulah sifat Hani Syakila yang selalu saja mendatangkan masalah buat gadis mungil yang doyan sama makanan itu.
Tari hanya bisa menggeleng kepala “buruan ganti, sebelum akun kamu di jejak. Tu si vampir lagi ngasih waktu buat kalian hapus fotonya”
“Iya! Iya, nih otewe ganti”
Ketiganya kembali bungkam sementara Hani masih lagi berkutat di depan laptopnya mengganti cover bukunya dengan yang baru “beres” ucapnya sembari tersenyum memperlihatkan kedua bagian lesung pipinya yang begitu dalam.
“Dasar kamu ya, doyan cowok ganteng” Tari masih lagi mengomeli sahabatnya
“Aku hanya mengagumi aja kali” ucap Hani santai. Kedua sahabatnya hanya bisa merotasi bola mata jengah.
***
Setelah melakukan jumpa pers, Abi kembali lagi keruangannya masih lagi dengan sisa kemarahannya karna team IT nya masih belum bisa menemukan jejak biang kerok yang membeberkan semua data peribadinya dan juga mengunggah semua foto-fotonya di pelbagai aplikasi.
“Kalian semuanya tidak becus!” tunjuk Abi kepada bawahannya satu persatu
“Maafkan kami tuan” Alex menundukkan kepalanya
“kamu fikir maaf kamu itu bisa mengembalikan semuanya ke asal? tidak bukan? Makanya kerja harus pake otak jangan pake maaf. Otaknya juga jangan taro di dengkul” marah Abi lagi melampiaskan kekesalannya.
“Tadi kamu bilang sudah menemui akun yang pake foto saya sebagai cover buku. Mana orangnya?” Abi menatap nyalang ke arah Alex
“Apa harus saya bawa sekarang juga tuan?” tanya Alex sedikit bingung
“Tahun depan saja, jangan sekarang” sindir pria itu kemudian kembali menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya.
Merasa kesindir akhirnya Alex pamit pergi bersama beberapa orang anak buahnya untuk nyamperin pemilik akun yang sudah lancang menggunakan foto tuannya tanpa izin dan mengakibatkan dirinya beserta seluruh staf Silhouette Group mendapatkan amukan dari macan yang bernama Abizard.
“Kamu sudah dapat alamat pasti tempat tinggal pemilik akun Hani S?” tanya Alex pada salah satu anak buahnya setelah mereka memasuki mobil
“Sudah boss, ternyata pemiliknya seorang cewek berumur tiga puluh empat tahun. Ngekos bareng temannya juga seorang penulis online” jelas Jeffry lugas
“Belum nikah?”
“Belum boss”
“Dasar perawan tua, pasti jelek banget mukanya. Makanya gak laku-laku. Ada hati pula mengunduh foto boss malah di jadiin cover buku” umpat Alex sebal. Membayangkan kalo pemilik nama pena Hani S itu adalah seorang wanita tua yang jelek dengan kaca mata gedenya.
***
“Tari, masaknya nanti aja ya. aku ngantuk banget pengen ngebo dulu” Hani melangkah malas menuju ranjang yang di tempat berdua bersama temannya itu. Kedua sahabat itu ngekost bareng sementara Isna memilih tinggal bersama bude nya karna itu syarat yang di ajukan oleh ayahnya sewaktu melepaskan gadis itu merantau ke kota.
“Nggak usah masak, nanti delivery aja.” Timpal Tari dan gadis itu juga ikutan rebahan di samping temannya.
“Tari, kok perasaan ku mendadak gak enak ya” Hani merasakan jantungnya mulai berdetak laju tanpa alasan.
“Si vampir mau nyulik kamu kali Han” goda Tari santai
“Jangan ngomongin Vampir mulu, aku jadi beneran takut, bayangin aja pas mati lampu trus ada tuh sosok yang berwajah pucat berdiri di depan kamu”
“Hani, kalo ngomong liat kondisi dong. Emang kamu lupa kalo di sini sering mati lampu” Tari memotong ucapan temannya.
“Tuh kan, dia kok yang mulai tadinya” gumam Hani pelan.
Tok! Tok! Tok!
“Astaga setan!”
Keduanya kaget dan langsung duduk di atas Kasur dengan wajah yang lebih pucat dari wajah para vampir yang ada di Film-film.
“Neng Hani, ada yang nyariin nih!” itu suara Bu Farida, pemilik kostan tempat mereka ngekost sekarang
“Duh! Siapa yang nyari ya?” Hani semakin gelisah dan cemas.
“Apa Isna ya?” ucap Tari pelan
“Kalo isna yang dateng pasti langsung ketok pintu dan ucapin salam. Ngapain juga harus nemuin Bu Farida dulu coba” ucap Hani sedikit kesel
Tok! Tok!
Pintu kembali di ketuk dari luar, kali ini lebih keras “Iya! Iya bentar napa sih” omel Hani dan trus menapak menuju ke arah pintu
Klek!
Pintu terbuka, menampilkan beberapa orang pria asing mengenakan jas hitam serta kaca mata hitam dan di depan mereka terdapat Bu Farida
“Ini yang namanya Hani bu?” tanya salah satu dari pria itu
“Iya benar tuan. Kalo gitu saya permisi ya” Bu Farida meninggalkan Hani yang masih bengong di sana
“Ada apa ya anda mencari saya?” tanya Hani sambil menatap wajah pria jangkung di depannya yang juga turut menatapnya
“Not bad, kirain udah peot” batin Alex
“Nona yang pemilik nama pena Hani S?” tanya Alex sekali lagi memastikan
Hani mengangguk ragu “emangnya kenapa ya?” tanya gadis itu lagi yang masih belum mengetahui maksud kedatangan orang-orang itu
“Saya asisstennya Tuan Abizard Demir, tuan ingin bertemu dengan nona sekarang. jadi persila kan nona ikut dengan kita” ucap pria itu lagi
“Tuab Abizard? Siapa itu? Saya gak kenal dan kenapa saya harus ikut sama kalian?” Hani mulai merasa tidak enak.
“kalian jangan macam-macam ya sama teman saya. Kalian gak boleh seenaknya gitu bawa teman saya” cerocos Tari yang tiba-tiba keluar dari kamar
“Nona pilih ikut sama kita atau nona pengen lihat tuan Abi meratakan kostan ini dalam waktu kurang dari satu jam?” ancam Alex dan matanya juga turut mencuri pandang ke arah tari
“Buset ni jomblo tua berdua kok masih cantik kayak anak remaja” batin Alex
Mata Hani seketika membulat sempurna “kalian ini mafia iya?” tuduh Hani sukses membuat sahabatnya Tari bergetar lutut.