Bunyi gedoran di pintu membangunkan kedua sahabat itu dari mimpi indah. Ralat, kayaknya cuman Tari doang yang terbangun. “Han, bangun dong. Liat siapa aja yang gedor pintu jam segini?” Tari mengguncang tubuh sahabatnya itu dan malah Hani enakan bergelung di dalam selimutnya
“Hani! Bangun Hani”
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Sekali lagi pintu kamar mereka kembali di gedor membuat Tari harus bangkit dari ranjang karena merasa tidurnya terganggu “siapa sih yang dateng jam segini, emang gak tau apa orang lagi enakan tidur. Malah gedor pintu kayak rentenir lagi nagih hutang pula” Tari menggerutu namun tak urung kakinya terus sahaja melangkah dan membuka pintu
ceklek!
Pintu terbuka dan berdiri di hadapan pintu seorang pria jangkung nan tampan siap mengenakan jogger pants dan kaos putih polos body fit menatapnya dengan tampang datar tanpa adanya senyuman di wajah dingin itu.
“kek pernah liat. Tapi dimana?” batin Tari sambil mengucek matanya
“Hani masih tidur?” tanya pria itu dengan suara basenya
Tari tidak menjawab malah telunjuknya di luruskan ke arah ranjang di mana sahabatnya itu masih enakan molor seolah tidak terganggu sama sekali oleh gedoran di pintu barusan.
Pria itu mengeluarkan smirknya “Bisa saya masuk? Karna saya mau jemput Hani” usai berkata pria itu melangkah masuk dan terus mengangkat tubuh Hani yang di gulung menggunakan selimut kemudian memanggulnya Seperti memanggul guni beras. Ya, pria kurang ajar itu adalah Abizard Demir.
Hani yang baru tersadar meronta meminta di lepaskan “eh pak boss, lepasin!” pinta Hani namun tidak di gubris sama sekali oleh Abi dan pria itu malah mempercepat langkahnya menuju mobil yang di pakir di depan gerbang kostan.
“Pak, bisa gak sih bapak itu nggak usah nyebelin kek gini. Ini itu masih malam pak. Saya masih mau tidur!” bentak Hani setelah Abi masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan kostan Bu Farida juga meninggalkan Tari si ratu halu yang masih bengong di tempatnya berdiri.
“Malam dari mana? Ini udah jam empat lewat sepuluh menit Hani Syakila.” Abi menunjukkan jam di dashboard mobilnya.
Hani mendengus kasar, sangat tidak suka tidurnya di ganggu apalagi sama orang asing kayak Abi “Ya sama aja kali. Matahari kan belum terbit ya itu maknanya masih malam Firaun!” Sengit Hani masih dengan tampang juteknya.
“Kamu lupa? Kalo kamu mulai kerja dari sebelum matahari terbit sampe saya tertidur?” Abi bertanya dan malah Hani bungkam dan tidak mahu meladeni boss firaunnya itu.
Tidak memperdulikan Abi yang masih ngomel di sampingnya malah Hani kembali lagi memejamkan matanya. Tapi sayang, kantuknya sudah hilang dan ini semua gara-gara boss pemaksanya.
Setelah sekian menit berkendara di jalanan akhirnya mobil yang di kemudi Abi memasuki gerbang hitam tinggi yang menjulang lalu menuju ke car port.
“Ayuk turun!”
Hani masih betah bungkam dan tidak mahu menurut perintah pria itu.
“Enak aja pake maksa-maksa segala. Emang aku tawanan perangnya dia. Dasar bocil” Batin Hani. Wajahnya di tekuk menunjukkan protes.
“Hani..!” Abi membuka pintu di samping tempat duduk Hani dan meminta wanita itu turun dari mobil “Mau turun jalan sendiri apa saya yang harus gendong kamu masuk ke dalem hmm?” tanya Abi sukses membuat Hani kaget dan langsung sahaja turun dari mobil dengan gerakan cepat.
“Ternyata segitunya aja nyali kamu” ledek Abi. Pria yang irit bicara itu malah sudah mengucapkan lebih dari sepuluh kalimat tidak nyampe satu jam bersama Hani.
“Pak, saya itu gak enak sama tetangga bapak. Masak cewek main ke rumah pria lajang gitu. Emang bapak tidak takut di julidin sama tetangganya?” Tanya Hani yang masih memaku di tempatnya berdiri
“Kamu kan datang buat kerja, bukan datang ke sini buat main” Abi menautkan kedua alisnya
“Iya yang tahu saya datang bekerja kan cuman bapak doang. tetangganya bapak mana tahu pak.. yang ada mereka itu pasti mikir saya ini perempuan gak bener nantinya, jatuh dong harga diri saya” protesnya
Hani kembali sewot dan Abi tidak perduli langsung sahaja menarik tangan wanita itu untuk masuk ke dalam rumah kemudian naik ke kamarnya meninggalkan Hani bengong di ruang tamu.
“Apa aku juga harus menjabat sebagai ART nya si Firaun ya?” bicara Hani seorang diri. Kesel di tinggalkan kayak gitu aja tanpa di kasih instruksi harus melakukan apa-apa tugasan.
“Udah gak nyambung ngomongnya, irit bicara lagi. Dasar makhluk aneh. Kayaknya dia bukan makhluk planet bumi deh” wanita itu masih sahaja ngoceh sendiri saking keselnya.
Tanpa menunggu lama langsung sahaja Hani mencari di mana letaknya dapur dan membuka kulkas untuk melihat isinya yang ternyata tidak banyak stok makanan di dalamnya. Setelah berfikir agak lama akhirnya Hani memutuskan untuk memasak bubur ayam karna Cuman itu yang bisa di olahnya dengan sisa bahan yang ada di dalam kulkas.
“Aduh, mana hape tertinggal lagi” Hani ngomong sendiri dan mulai berkutat dengan bahan yang sudah di sediakannya di atas meja kecil.
Sementara Abi yang baru sahaja keluar dari kamar mandi dengan handuk sebatas pinggang dan bertelanjang d**a mulai menuruni anak tangga ingin melihat apa sahaja yang di lakukan oleh “PERAWAN TUA” yah, itu adalah gelaran yang baru sahaja di beri Abi pada Hani mengingat usia Hani jauh di atasnya.
Tidak menemukan wanita itu di sofa membuat Abi melipir ke dapur dan matanya menangkap sosok mungil itu sedang berkutat di depan kompor.
“kamu lagi ngapain?” Abi bersandar di kulkas dengan melipat kedua tangannya di d**a sambil matanya menatap lekat wanita itu yang terlihat sangat telaten melakukan pekerjaan dapur. Manis sih iya biar pun hanya berbalut piyama tidur di tubuhnya.
“Cakep sih, tapi masih betah aja jadi perawan tua. Segitu nggak lakunya ya dia” batin Abi. Seandainya Hani bisa tau apa yang di pikiran Abi sudah bisa di pastikan cobek yang berada di atas meja di sampingnya melayang hinggap di wajah tampan Abi. Pria yang ngomong suka gak ada sensornya
“bapak sudah,. Astaga.. pak! Pake bajunya napa. Kenapa malah pake begituan?” Hani menutup wajahnya dengan menggunakan kedua belah tangannya tidak mahu menodai matanya dengan tubuh atletis milik pria tampan itu. Abi malah santai dan tidak menggubris omongan Hani
“Bisa masak juga ternyata”
“Adoohh, emang dia pikir aku baru lahir tadi malem apa sampe gak bisa masak. Dasar cowok saiko” batin Hani yang sudah berbalik badan membelakangi Abizard yang masih lagi santai di depan kompor.
“Pak! Bapak mending pake baju sono, astaga.. ntar kalo udah selesai saya panggil bapak buat sarapan” perintah Hani tanpa mau melihat dan berpaling ke belakang.
“Nih kalo si Isna tau kejadiannya. Pasti aku di masukin ke kelas ngaji deh.” Wanita mungil itu masih lagi ngomel gak jelas setelah Abi meninggalkan dapur dan kembali ke kamar.