Pasar Malam

1183 Kata

Di mobil, giliran Feeya yang diam bagai patung. Akibat tingkah konyol kekanak–kanakannya, Feeya jadi tidak mampu bicara atau sekadar menatap secara langsung wajah Revan yang sibuk menyetir di sebelahnya. "Ada yang mau kamu katakan? Utarakan saja, Fee. Walau nyetir telinga saya bisa dengar kamu, kok." Revan yang gemas akhirnya berinisiatif memulai percakapan lebih dulu. Feeya buru–buru menoleh ke arah lain. Menyembunyikan rona merah di pipinya. Makin dia pikirkan, makin canggung sikapnya ke Revan. "Kenapa gue malah minta dia buat buka baju, sih?" gerutu Feeya yang terbayang kembali. Harusnya saat itu dia meminta Revan membuka jas, berharap sang Dosen tidak tahu kelakuan memalukan apa yang dia perbuat. Hanya selang sedetik setelah menoleh ke luar mobil, tiba–tiba gadis itu menyerukan ses

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN