Mencari Makan

1090 Kata
Kelimanya sangat menikmati makanan tersebut, bagi mereka ada rasa yang tidak biasa mereka rasakan dari makanan yang berada di kota-kota lain. Mungkin memang penjual menggunakan bumbu tertentu yang menjadikan makanan tersebut terasa amat enak di lidah mereka. “Mau tambah lagi tapi kenyang,” ucap Kayla. “Iya nih, habis makanannya enak banget,” ucap Risda. “Yaampun, udah makan sebanyak itu masih saja ada kepikiran mau menambah,” ucap Vira. “Sudahlah mungkin saja makanan mereka belum benar-benar turun ke lambung, jadi lambungnya masih terasa kosong saat ini,” canda Juan. Risda dan Kayla hanya tertawa saja, sebenarnya yang membuat mereka berpikir untuk menamban lagi adalah karena rasa makanannya yang sangat enak sekali menurut mereka. “Mungkin Kayla mau menambah karena rasa makanannya,” ucap Liam yang berhasi membuat semua orang memperhatikan dirinya. “hm ... yang peka,” ucap Juna sambil menutup mulutnya. Liam langsung menginjak kaki Juna, sebenarnya Juna merasa sakit, tapi ia terpaksa menahan rasa sakitnya karena itu bentuk teguran dari Liam kepadanya. “Iya aku mau nambah karena makanannya enak,” ucap Kayla yang tidak mau membuat suasana diantara mereka jadi canggung. “Nah, kan apa aku bilang,” ucap Liam yang juga berusaha membela diri, agar yang lain tidak salah paham. “Sama si aku juga, jarang banget aku nemuin rasa makanan yang seenak ini,” timpal Risda yang secara tidak langsung membela mereka. Vira dan Juna hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, sepertinya ketiga teman mereka saat ini sudah terlalu lelah sampai tidak bisa dinyatakan dalam keadaan baik-baik saja. “Kalau gitu sambil nunggu semua makanan turun, kita pesan makanan kecilnya saja,” ucap Risda. “Maksudnya makanan penutup?” tanya Vira. “Iya makanan penutup, paling tidak itu tidak akan terlalu membuat perut menjadi penuh,” ucap Risda. “Setuju,” ucap Kayla sambil memberikan tepuk tangan pada Risda. Karena dua diantara mereka masih mau menikmati makanan, alhasil semua jadi harus tetap menunggu keduanya memesan. “Hanya itu saja pesanannya, ada lagi yang mau dipesan?” tanya pegawai tempat tersebut. “Kalian yakin gak mau nambah lagi?” tanya Kayla berusaha meyakinkan temannya kalau memang tidak ada lagi yang mereka mau cicipi saat ini. “Gausah ini aja, “ jawab Risda dengan cepat. Akhirnya kayla mengiyakan perkataan pegawainya, sekarang saatnya mereka menunggu makanan datang. Karena saat ini diatas meja sudah kosong, akhirnya mereka memilih untuk bermain salah satu permainan yang disiapkan oleh warung tersebut. “Kita main kartu UNO,” ucap Kayla sambil menggambil kartu tersebut dari lemari yang sudah disiapkan. “Aku gak ngerti cara mainnya,” ucap Risda. “Mudah kok, kamu tinggal cari kartu yang sama dengan kartu yang sudah dikeluarkan musuh kamu,” jelas Kayla. Seketika Liam menyangkal pendapat Kayla. “Bukan begitu, lebih baik kamu lihat dulu kita main, baru setelah itu kalau kamu masih gak ngerti kita kasih tau cara bermainnya,” ucap Liam yang berusaha menjelaskan apa yang dikatakan Kayla sebenarnya. “Ok,” ucap Risda. Akhirnya mereka memutuskan untuk bermain kartu berermpat tanpa Risda, semuanya sangat merasa antusias, terlebih disaat Juan selalu merasa s**l terus, karena diriyalah yang selalu mendapat kartu tembahan hanya kerana tidak memiliki kartu yang sama dengan lawan mainnya. “Ok Juan, harus tambah enak,” ucap Vira yang ikut merasa senang. Kartu benar-benar membawa semuanya seperti masuk ke dunianya masing-masing. “Gimana Risda udah ngerti?” tanya Kayla yang masih berusaha mencari cara agar dirinya tidak kalah kali ini. “Sediki tapi aku masih tidak paham kenapa dikartu ini ada tambah-tambahannya,” ucap Risda. “Yaampun Risda, yang namanya kartu pasti ada peritugannya, bukan?” ucap Vira. “Coba kamu simak lagi dengan jelas bagaimana cara kami bisa memainkan kartu-kartu ini,” ucap Vira lagi. Risda hanya mengangguk saja, kini dirinya mulai fokus memperhatikan semuanya agar diirnya juga bisa iktu bermain bersama. Ditengah-tengah permainan mereka, tiba-tiba saja makanan penutup yang dipesan Risda dan Kayla sampai, betawa wanginya aroma makanan tersebut sampai berhasil membuat Juna dan Vira merasa sedikit tertarik dengan rasa maknan tersebut. Sementara Liam hanya bisa menunggu mereka menyelesaikan semua apa yang saat ini sedang mengisi otak mereka. Kali ni Liam terus saja memotret untuk dijadikan sebagai kenang-kenangannya. “Liam mau gak enak loh,” ucap Risda sambil menawarkan makanan penutup yang ia pesan. Liam lansung menggambil makanan tersebut, dan benar saja yagn dikatakan Risda, kalau makanan tersebut benar-benar sangat enak sekali. Tapi walaupun enak seperti itu, Liam tetap tidak bisa memesannya, padahal saat ini lidahnya sudah berteriak menginginkan makanan tersebut. “Gak apa-apa, aku tau kamu mau, kan?” goda Juna yang berhasil membuat Liam akhirnya memesan makanan yang samaa dengan yang dipesan Kayla. “Kamu pesannya sama, kenapa gak yang lain, mungkin saja lebih enak rasanya,” ucap Kayla sambil menatap mata Liam. “Kayanya lidah aku memang lagi ingin coba yang itu,” ucap Liam lagi. Mendengar jawaban seperti itu Kayla langsung tertawa, dirinay tidak menyangk kalua seorang Liam bisa menghabiskan banyak makanan juga dan lagi dirinya juga baru mau akan memesan makanan penutup. “Kamu ini ya ada-ada aja, lidah itu biasanya akan beradaptasi dengan semua jenis rasa makanan,” ucap Juna langsung menepuk-nepuk pundak Liam seolah dirinya anak kecil yang baru akan diberlikan mainan. “Tapi gak semua makanan bisa enak dimakan,” ucap Risda. “ Bener juga si, terkadang lidah memang membutuhkan rasa yang berbeda dari rasa yang biasanya,” ucap Liam. Selagi menuggu penasanan Liam terus saja menggambil makanan milik Kayla, karena dirinya benar-benar menyukai rsa makanan tersbue. “Seenak itu ya Yam?” tanya Juna yang sangat pensaran mengapa Liam bisa begitu terhipdnotis dengan rasa makanan yang seperti itu? “Kamu cobain aja, pasti nanti mua,” ucap Juna. Juna benar-benar sangat menyukai rasa makanan tersebut, namun berbeda dari Liam, dirinya memilih untuk tidak memesan apapun lagi, lagipula nanti juga dirinya pasti akan makan lagi di suatu tempat, jadi lebih baik untuk menjaga-jaga agar tubuhnya yang indah itu tidak rusak oleh lemak. Selagi pesanan lagi dibuat mereka bertiga fokus pada obrolan mereka masing-masing, dan merekapun seketika tertawa saat melihat kalau ada beberapa badut yang menari dengan penuh semangat. Tapi sayang Kayla tidak terlalu berani pada badut, jadi dirinya hanya menyimak saja saat ini. “Badut itu, kan isinya orang, tapi kok bsia ya ngelakuin kaya gitu?” tanya Vira. “Iya hebat, mungkin itus emua karean memang mereka bisa sulap,” ucap Risda. “Bisa jadi tipuan optik,” timpal Juna. “Tapi kalau memang begitu, tetap saja bagiku mereka itu hebat, karena mereka bisa melestarikan budaya yang terkadang banyak ditinggalkan orang-orang,” ucap Vira. Akhirnya Juna terdiam setelha mendengarkan perkataan Vira.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN