Keberangkatan Kayla

1005 Kata
“Kalau ada apa-apa langsung telpon ya? Telpon Vira atau Risda kalau tidak memungkinkan aku yang ditelpon, oke?” ucap Kayla sambil memeluk erat neneknya sebagai tanda perpisahan antara mereka berdua. Vira dan Risda menatap Kayla yang sedang memeluk erat neneknya dengan terharu. Vira dan Risda tahu betul seberapa besar rasa sayang Kayla terhadap neneknya itu sehingga sebenarnya Kayla sangat tidak ingin meninggalkan neneknya walaupun dengan orang kepercayaan Kayla. Kereta yang akan ditumpangi Kayla pun berhenti tepat di depan Kayla. Kayla dengan langkah yang berat berjalan menuju ke arah kereta untuk masuk ke dalamnya. Kayla terus menengok ke belakang ke arah neneknya yang sedang dirangkul oleh kedua sahabatnya itu---Vira dan Risda. "Hati hati ya, Kay kalau udah sampe tempat tujuan kabarin kita," ucap Risda dengan sedikit berteriak. "Oke gua pasti kabarin kalian. Tolong jagain nenek ya!" ujar Kayla yang sudah masuk ke dalam gerbong kereta. Kayla melambaikan tangan ke arah nenek, Vira dan juga Risda. Mereka pun membalas lambaian tangan Kayla sambil tersenyum. "Hati hati ya, Nduk," ucap Resti sambil terus melambaikan tangan ke arah cucunya yang sudah berada di dalam gerbong kereta. "Jaga kesehatan ya, Nek!" jawab Kayla. Kereta pun berjalan pergi meninggalkan Resti, Vira dan juga Risda yang masih menatap ke arah Kayla yang mulai menjauh dari mereka. Resti menahan tangisnya karena harus berjauhan dengan Kayla selama satu bulan lamanya. Kayla adalah cucu kesayangan Resti dan sudah lama mereka hidup bersama. Hanya doa dan restu yang selalu Resti panjatkan untuk cucunya itu. "Ayo, Nek kita pulang," ucap Vira mengajak Resti untuk pulang karena kereta yang ditumpangi oleh Kayla juga sudah tidak terlihat. Resti mengangguk dan berjalan sambil dituntun perlahan oleh Vira dan Risda menuju keluar stasiun. Dengan penuh tanggung jawab Vira dan Risda mengantarkan Resti pulang ke rumahnya dengan selamat sampai tujuan. Vira dan Risda mengantarkan Resti sampai ke dalam rumah agar mereka benar benar tahu keadaan rumah aman untuk Resti. Ternyata di dalam rumah sudah ada Tante Linda yang sekarang sedang berada di ruang tamu. "Eh, Linda kamu sudah sampai disini," ucap Nenek saat melihat Linda yang sudah berada di ruang tamu. "Iya, Nek Linda baru aja sampe. Gimana, Kayla sudah berangkat dengan keretanya?" jawab Linda yang langsung berdiri dan membantu Resti untuk duduk bersamanya. "Kayla sudah berangkat dengan keretanya, Lin," jawab Nenek. "Vira, Risda ayo duduk Tante bikinin minum dulu ya buat kalian," ujar Linda yang melihat keberadaan Vira dan juga Risda. "Nggak usah repot repot, Tan kita berdua langsung mau pamit pulang aja karena udah sore juga," jawab Vira. "Ya sudah kalau begitu terima kasih ya kalian sudah antar Nenek. Hati hati juga dijalan," jawab Linda dengan lembut. Sebelum pulang Vira dan Risda bersalaman terlebih dahulu dengan Nenek dan juga Tante Linda baru setelah itu mereka berdua berjalan menuju ke arah mobil untuk segera pulang ke rumahnya. Linda mengantarkan mereka sampai di depan pintu lalu setelah Vira dan Risda pergi barulah Linda masuk lagi ke dalam untuk menemani Nenek. "Ayo, Nek biar Linda antar Nenek ke kamar. Nenek pasti capek dan mau istirahat kan?" Linda menawarkan Resti untuk ke kamar. "Iya, Lin Nenek mau istirahat," jawab Resti. Linda pun mengantarkan Resti ke kamarnya untuk istirahat. Setelah mengantarka Resti ke kamar, Linda mendengar suara pintu yang diketuk dari luar. Segeralah Linda menghampiri suara itu dan membuka pintunya. Ternyata yang mengetuk pintu adalah tetangga Kayla yang biasa mengantarkan makanan untuk Kayla dan juga Neneknya. "Eh ada Mba Linda, saya mau antar makan malam untuk Nenek dan Kayla, Mba," ucap tetangga Kayla sambil memberikan lauk pauk yang sudah ia bawa. "Oh iya terima kasih banyak ya," jawab Linda. Setelah orang itu pergi Linda menutup kembali pintu karena hari sudah sore. Lalu Linda meletakan lauk pauk yang masih berasap itu di atas meja makan. Linda juga mengecek magicom yang ada di dapur untuk melihat apakah di dalamnya ada nasi atau tidak. Ternyata di dalam magicom ada nasi yang masih utuh. Langsung saja Linda pindahkan nasi panas itu ke wadah dan lalu ia letakan di atas meja bersama lauk pauknya. Rumah Kayla dan Nenek selalu rapih dan bersih. Kalau Linda datang kesini dan Nenek sedang tidur, Linda hanya menghabiskan waktu dengan menonton tv di ruang keluarga karena memang tidak ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Sedangkan Kayla yang masih berada di dalam gerbong kereta hanya menatap ke arah luar jendela dengan tatapan kosong. Pikirannya kusut sebab memikirkan banyak hal. Kayla memikirkan Neneknya yang akan jauh dari dirinya selama satu bulan ini. Selain itu Kayla juga masih memikirkan Liam yang akan segera menikah dengan wanita lain bukan dirinya. Hati kecil Kayla merasa sangat sedih karena sudah cukup lama ia menjalin hubungan bersama Liam tapi pada akhirnya Liam menikah dengan orang lain. Air mata Kayla menggenang dipeluluk matanya. Kayla tidak kuasa menahan kesedihannya. Namun, Kayla berusaha kuat dan Kayla meyakinkan dirinya kalau ia bisa mengikhlaskan Liam dengan yang lain. Kayla harus fokus dengan pekerjaannya seperti pesan dari kedua sahabat dan juga Neneknya. Kayla tidak boleh membuat karirnya hancur hanya karena memikirkan seorang lelaki yang bukan ditakdirkan untuk dirinya. Matahari mulai tenggelam. Sinar jingga menguasai langit. Membuat hati Kayla sedikit tenang karena melihat senja sore di dalam kereta yang terus melaju ini. Dengan menyeruput teh manis yang ada ditangannya, Kayla berusaha untuk melupakan semua tentang Liam. Langit senja yang Kayla lihat sore ini sangat sempurna. Membantu Kayla untuk menenangkan pikirannya yang sedang kusut itu. Dalam hati Kayla terus menguatkan dirinya sendiri. Kayla tidak boleh mengecewakan Nenek dan kedua sahabatnya yang selalu menunggu kepulangannya. Hari sudah malam dan sekarang waktunya makan malam. Linda bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke arah kamar Nenek. Lalu Linda mengetuk pelan pintu kamar Nenek yang tidak terkunci untuk membangunkan Nenek dan mengajaknya makan malam. "Nek, ayo kita makan malam dulu," ucap Linda sambil terus mengetuk pintu kamar Nenek. Karena tidak ada suara dari dalam, Linda lalu membuka perlahan pintu kamar Nenek untuk melihat sedang apa ia. Nenek masih tertidur pulas menghadap ke arah jendela. Dengan lembut, Linda membangunkan Nenek dan perlahan menggoyangkan tubuhnya. "Nek ayo bangun kita makan dulu," ucap Linda lagi. Nenek menggerakan tubuhnya dan perlahan membuka matanya. "Iya, Lin," jawab Nenek.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN