“Ini berkas yang loe minta, Dan!” kata sebuah suara yang memecah lamunan muram Danin. Lelaki berbibir tipis itu mendongak dan melihat seorang lelaki tinggi berseragam loreng hijau duduk di mejanya.
“Thank you, ya,” ujarnya pelan lantas mengambil tumpukan kertas bersampul hijau yang diberikan Rizki. Danin memasukkan berkas itu ke dalam tas kerjanya. Pikirannya baru terforsir keras karena kembali ke peristiwa kelam 5 tahun yang lalu.
“Buat apa loe minta berkas tentang kecelakaan 5 tahun yang lalu, Dan?” tanya Rizki lagi. Danin menggeleng pelan.
“Aku hanya ingin tahu,” kata Danin pelan sambil mengambil topi baret dan menggenggamnya erat.
“Kamu mau pulang sekarang? Aku bareng ya?” kata Rizki sambil menepuk pundak karibnya itu. Danin menggeleng lagi pada Rizki, rekan satu asuhnya itu.
“Maaf jangan menggangguku hari ini,” ujar Danin lagi dengan lesu, “hari ini hari spesialku,” lanjutnya.
Wajah Rizki terlihat kecewa namun itu tak lama karena rasa berdebar menggelayuti hatinya. Hari ini 10 Januari, hari paling mendebarkan setiap tahun. 10 Januari adalah hari kepergian Kayla untuk selamanya. sejenak Rizki berpikir hal apa lagi yang hendak dilakukan Danin kali ini? Semoga Danin tak menghabisi atau sekedar membahayakan nyawanya. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Apalagi gaya bahasa Danin tadi menjadi lebih resmi dari biasanya.
“Jangan bilang loe mau ke sana lagi!” tebaknya seolah tahu tujuan Danin. Danin berusaha tersenyum simpul, walau dia tahu senyuman itu getir.
“Sudahlah, jangan campuri hidupku, sejam saja!” pinta Danin tulus.
“Oke-oke. Hati-hati membawa mobil. Jangan terbawa kenanganmu ya! Jangan berpikir bodoh ya?” ujar Rizki pelan.
Danin mengangguk dan mengeluarkan kunci mobil. Dipencetnya tombol kecil dan terdengar bunyi klakson dari mobil Honda Rush putih penuh baret di parkiran depan kantor. Setelah Danin pergi, Rizki mengeluarkan ponselnya. Dia menelepon Oki yang jadi abang asuh paling baik mereka saat ini. Lelaki itu sangat khawatir melihat Danin. Rizki tahu pasti ada hal yang hendak Danin lakukan di malam ini. Rizki takut Danin kembali menyakiti dirinya sendiri seperti dulu. Bagaimana juga Danin masih jadi sorotan sejak 5 tahun yang lalu hingga sekarang. Danin dianggap telah memalukan satuan. Kesatuan militer di kota Malang itu sempat diremehkan karena peristiwa yang menimpa Danin.
Sementara itu, Danin masuk mobil dengan cepat setelah membalas hormat dari beberapa tentara yang menjadi anggotanya. Sabuk pengaman dipasang dengan baik dan baret yang dikenakannya lalu dilepas. Sebelum menyalakan mesin mobil, dihirupnya aroma bunga magnolia dan vanilla yang menyeruak dari sebuah tabung di kaca spion kecil. Ini adalah aroma kesukaan Danin. Aroma kesukaan dia juga. Siapa lagi kalau bukan Kayla. Dia sangat suka dengan parfum ini. Danin ingat dia selalu menyemprotkan parfum ini pada kedua tangan mungilnya.
“Kita gak jalan nih?” tanya sebuah suara halus di sebelah Danin. Lelaki itu menoleh dan melihat sesosok gadis mungil bergaun katun pink pastel dengan rambut lurus hitam panjang sebahu. Sebuah senyuman manis dari dua lesung pipi terlukis dari wajah ayunya. Seolah lupa dengan waktu yang terkutuk itu, Danin membalas senyuman manisnya. Danin benar-benar tersenyum ketika melihat senyuman miliknya.
“Pakai dulu sabuk pengamanmu, Kayla,” kataku pelan. Dia menggeleng pelan.
“Kakak tahu aku gak butuh itu, kan? Ayolah kita berangkat! Aku tak sabar lagi ke sana,” katanya pelan. Danin kembali tersenyum dan mengangguk. Dinyalakan mesin mobil dan dimasukkan ke transmisi 1. Dia jalankan pelan mobil itu menuju pintu gerbang keluar kesatuan.
“Kamu cantik hari ini,” kata Danin pelan sambil menatap Kayla yang banyak tersenyum. Di tangannya tergenggam bunga mawar merah muda yang diberi Danin.
Namun, mobil Danin harus berhenti di gerbang kesatuan karena salah seorang senior menghentikannya. Sesaat Danin menoleh ke jok samping dan ternyata Kayla sudah menghilang.
“Dek, mau kemana? Kamu kan nanti ada apel bujang jam 9,” ujar Lettu Oki. Danin mengangguk tegas.
“Siap Bang!” sahutnya tegas. Oki terlihat mengamati Danin, terutama kursi penumpang di samping tempat Danin menaruh buket mawar merah muda.
“Kamu gak lagi sakit atau mabuk, kan?” tanya Oki penuh selidik. Danin tahu seniornya itu khawatir Danin akan membahayakan diri sendiri. Danin mengangguk tegas dan meyakinkan Oki bahwa dirinya baik saja. tapi, Oki tak bergeming. Dia langsung saja masuk ke dalam mobil Danin tanpa dikomando.
“Khusus untuk malam ini akan kutemani. Aku kan juga ingin kenal Kayla,” Oki terdengar menerima kegilaan Danin. Sesekali Oki tersenyum simpul walau Danin terlihat sangat enggan pada senior itu.
“Mengapa semua orang tampak khawatir padaku? Semua orang selalu heran melihatku membawa mobil sendiri. Pasti mereka heran jika melihat wajah datarku tiba-tiba tersenyum. Ya, karena aku sedang tertawa bersama Kayla. Aku tahu mengapa mereka begitu. Pasti karena aku sering terlihat bicara atau tersenyum sendiri. Ya, aku memang tentara gila,” batin Danin yang menggema.
Dalam benak Danin, dirinya memang sering melihat sosok Kayla dengan gaun merah muda dan bunga mawarnya. Dia sedang tersenyum dan mengajak Danin bicara. Kadang Kayla datang dengan seragam putih abu lengkap dengan tas punggung warna abu-abu. Seragam terakhir yang dia pakai ketika hari kepergiannya.
Seperti yang telah tertulis di awal, Danin kehilangan senyuman semenjak kepergiannya. Kayla pergi meninggalkan Danin 5 tahun yang lalu karena kecelakaan. Mobil yang dikendarai Danin saat itu jatuh ke jurang setelah menghindari sebuah truk. Mereka berdua terluka parah. Namun, hanya tubuh Danin yang diselamatkan. Sedangkan, tubuh Mikayla jatuh ke air. Tim penyelamat tak bisa menemukan keberadaannya. Dia hilang selama 21 hari. Lalu terdengar kabar bahwa jasad Kayla ditemukan di hilir sungai dalam keadaan rusak. Hal itu membuat dia langsung dimakamkan tanpa adanya pemeriksaan lagi. Namun, semua orang yakin jasad itu Mikayla karena ciri-ciri jasad itu milik Kayla. Tanpa berbusana dan hanya memakai rok abu-abu serta sebuah tas abu-abu yang sama dengan Mikayla.
Sejak saat itu, dunia Danin serasa runtuh begitu saja. Danin bangun dari koma dalam keadaan bingung. Apalagi ketika dia mendengar Kayla tiada, seolah Danin juga ingin menyusulnya. Andai saja saat itu Danin mengenggam tangan Kayla. Andai saat itu mereka berbaikan. Andai saat itu mereka tidak bertengkar. Andai kesalahpahaman itu tidak terjadi. Mungkin saat ini mereka masih bersama. Sejak saat itu Danin jatuh dalam lembah gelap. Tiada lagi cahaya yang menyapa hidupnya. Danindra hidup dari waktu ke waktu dengan susah payah. Digantinya aktivitas militer dengan aktivitas konseling psikiater. Wajar. Berulangkali Danin mencoba menghabisi nyawa sendiri. menyayat nadi. Menggantung diri di pohon rambutan belakang satuan. Meminum racun serangga. Serta sejuta cara menuju kematian.
Dua tahun susah payah dia bangkit dari lembah itu. Akhirnya, Tuhan memberi setitik cahayaNya. Danin bisa bangkit dan kembali ke dunia militer. Dia salurkan semua kesedihan pada kegiatan lintas medan, tembak senjata, latihan perang, satgas, yongmodo, korve, renang militer, dan lain sebagainya. Akhirnya Danin bisa menjadi tentara normal walau kadang gila. Iya gila karena semenjak itu dia bisa melihat sosok Kayla dalam baju kesukaannya yang selalu mengikuti ke mana saja. Dia sering mengajak Danin bicara dan sesekali tersenyum. Dan sosoknya akan hilang ketika orang lain datang mengajak Danin bicara. Oki, senior terkejam Danin juga berubah. Semenjak hari itu, Oki lebih sabar dan iba pada salah satu adik asuhnya itu.
Danin pernah menanyakan hal itu pada psikiater. Kata dokter, dirinya menderita halusinasi. Sejak itu Danin diberi obat antidepresi. Dan sejak itu Danin sering mengantuk luar biasa. Itu menghalangi aktivitasnya sebagai seorang perwira militer. Dia sering ditegur atasan di sana-sini. Akhirnya, dia buang saja obat-obatan itu atau disimpan dalam dashboard mobil baretnya. Ya, mobil bekas kecelakaan yang hanya diperbaiki di bengkel. Dia tak lagi mendatangi psikiater dan hidup seolah baik-baik saja. Sosok Kayla selalu datang terutama dalam kesedihan Danin. Dia biarkan saja walau sesekali tampak gila. Memang sebenarnya dia gila.
“Dan, kamu gak mau ganti mobil saja? Nanti abang bantu cariin deh! atau pakai mobil abang saja. Mobilmu ini tampak seperti…maaf sarang laba-laba,” celetuk Oki yang membuyarkan lamunan Danin. Akhirnya, senior itu ikut dalam mobil Danin. Bagaimana juga Danin sudah jadi tanggung jawabnya.
“Siap Bang. Saya suka mobil ini. Banyak kenangannya,” jawab Danin pelan sambil mengendarai mobilnya meliuki jalan berkelok.
“Jangan terjebak kenangan melulu, Dan. Masak iya tentara mellow sepertimu. Apaan nih pita? Apalagi nih, boneka ayam-ayaman. Apapula parfum mobil kok aromanya bunga,” ucap Oki setengah bercanda namun Danin sudah menyeringai tajam. Hatinya mulai tersinggung sebab Oki terlalu mencampuri hidupnya.
“Maaf Bang, saya tidak akan mengganti mobil ini,” ucap Danin tajam yang membuat Oki diam.
Oki sadar tak seharusnya dia menyinggung si adik terlalu banyak. Apalagi mobil ini sangat berarti bagi Danin. Mobil penuh goresan dan baret ini pernah menjadi kenangan indah dan pahit Danin. Bahkan, mobil ini adalah kenangan terakhir Danin bersama Kayla. Mobil ini adalah penghantar mereka menuju pintu perpisahan abadi. Akhirnya, Oki hanya bisa diam dan menyerah tanpa berkata apapun lagi.
---
Angin malam meniup leher kedua lelaki tinggi bernama Danin dan Oki. Menerpa rambut tipis keduanya. Mereka sedang berdiri di tepi jurang. Danin tidak hendak menghabisi diri sendiri. Tapi, untuk mengenang waktu menyakitkan itu. Hari ini, jam ini, tepat 5 tahun yang lalu, kecelakaan itu terjadi. Merenggut Mikayla selamanya dari sisi Danin. Disaksikan Oki, Dani melemparkan buket bunga mawar merah muda dari genggaman tangannya. Sejak seharian tadi, Danin sudah sibuk menyiapkan malam ini sampai membuat Oki khawatir dan mengikutinya sekarang. Hari ini memang penting bagi Danin. Hari-hari semenjak bernapas tanpa Kayla menjadi tak penting baginya. Oki hanya bisa tertegun melihat wajah Danin semakin suram. Dia memilih untuk membiarkan Danin sendiri dan mengawasinya dari jauh.
“Sudah 5 tahun Kayla. Tapi aku tak bisa pulih seperti dulu,” gumam Danin pelan sambil menatap aliran sunga deras di bawah lereng. Sungai yang jadi pengantar Kayla ke akhirat.
“Bicara apa sih? Lihat pemandangan di depan kita, Kak? Bagus sekali, kan?” tanya sosok cantik di samping Dani. Danin menoleh dan tersenyum.
“Iya, siapa yang sangka kamu terenggut oleh keindahannya,” gumam Danin pelan. Kayla ‘menyentuh’ punggung tangan Danin.
“Lupakan aku, Kak. Kamu tidak lelah?” tanya Kayla lagi.
“Kamu sudah meninggalkanku, Kayla. Masih tega kamu menyuruhku untuk melupakanmu?” tanya Danin pelan. Bayangan Kayla hanya tersenyum pelan tanpa melihat Danin.
“Sudah lima tahun kamu hidup seperti ini, Kak,” katanya lagi yang membuatku menghela napas beratku.
Malam spesial itu dilewatkan begitu saja tak sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Malam ini berbeda dengan malam tahun-tahun yang lalu. Entah ada yang berubah dengan bayangan Kayla. Baru sekali itu dia meminta Danin untuk melupakannya. Apakah tanda dia memang akan pergi, benar-benar pergi? Apakah tanda bahwa jiwa Danin telah berangsur sembuh? Atau apa tanda yang lain? Yang jelas Danin tak akan mau melupakannya walau sedetik.
“Dan, sudah waktunya kamu melupakan semuanya dan bangkit,” ucap Oki yang tanpa sadar mendekati posisi Danin berdiri. Lelaki itu menepuk pundak Danin yang 2 tahun lebih muda darinya. Oki mulai khawatir karena tubuh Danin mulai condong ke jurang.
“Bang, bagaimana bisa saya melupakan orang yang paling saya cintai. Setiap detik, dia selalu ada dalam hidup saya,” ujar Danin penuh kehancuran. Oki hanya memijat tengkuk adik asuhnya itu penuh iba.
“Semua itu masalah kemauan, Dan. Kasihan almarhumah. Ikhlaskan dia agar bisa tenang di sana,” ucap Oki lagi. Danin menunduk dan mulai tergugu oleh air mata. Siapapun pasti tak menyangka kalau Danin adalah tentara. Apalagi melihat dari tangisan kelunya. Dia laksana pujangga kehancuran yang menyanyikan elegi cintanya.
Pagi ini, dihabiskan Danin dengan mengikuti aerobik harian bersama dengan prajurit yang lain. Danin menempa seluruh tenaga sekuat mungkin untuk melupakan kejadian semalam di jogging track lapangan Rampal. Dia berlari dengan sekuat tenaga tanpa menghiraukan larangan Rizki. Dia tak peduli dengan si tubuh yang mulai lelah. Setelah lari, dia duduk untuk melakukan sit-up dan pull-up. Dia lakukan sebanyak masing-masing 50 kali. Dia terbiasa menyalurkan kekalutan hati dalam tempaan fisik seperti itu. sekalian saja menghancurkan fisiknya.
“Semalam tak berjalan lancarkah?” tanya Rizki sambil menyodori Danin air mineral. Danin menunduk lemas dengan napas tersengal. Hati dan fisiknya lelah tak beraturan.
“Sudahlah. Gue bilang juga apa. Sudah waktunya loe berhenti, Dan!” kata Rizki lagi. Danin menatapnya marah. Mengapa dia bisa berkata begitu? Turut campurnya sudah terlalu jauh.
“Jangan komentar apapun, Ki,” ujarnya kesal sambil berdiri meninggalkannya.
Setelah selesai aerobik, Danin berlari menuju mess perwira yang sudah ditempatinya selama 5 tahun. Rumah ini sebenarnya adalah rumah dinas Oki. Namun akhirnya ditempati oleh Danin dan Rizki karena masalah Danin. Komandan memerintahkan Oki untuk bertanggungjawab pada Danin. Tanggung jawab itu sekaligus hukuman Oki karena dianggap lalai dalam pembinaan salah perwira remaja 5 tahun yang lalu. Kasus yang menimpa Danin menjadi masalah bagi Oki. Oki adalah abang asuh yang terpaut 2 tingkat di Danin dan Rizki. Mereka bertiga lulus dari akademi yang sama.
Sebenarnya Rizki sebentar lagi akan pindah ke sebuah brigade di Kota Kediri. Sebab tak mungkin Rizki dan Danin terus ada di kesatuan yang sama. Mereka satu angkatan dan seharusnya memiliki jabatan masing-masing. Selama ini Rizki bertahan di Malang karena mengingat karib dekatnya yakni Danin. Tapi, kali ini dia harus menyerah dan menerima perintah atasan untuk segera pindah ke tempat dinas baru.
Ketika rasa marah menguasai hati Danin, dia kembali tersadar. Rasanya dia tak pantas marah pada mereka. Mengingat betapa baiknya mereka pada Danin. Sudah 4 tahun Danin tak pernah pulang ke rumahnya di Surabaya. Tanpa menguatkan Danin, kedua orang tuanya justru mendesak Danin untuk segera menikahi Isyana. Hal itu tentu saja membuat Danin makin membenci kedua orang tuanya. Bagaimana bisa dia menikah? Membuka hati untuk wanita lain saja dia tak mampu. Belum lagi mengingat kejadian lampau yang menyakitkan. Bagaimana pula orang tua Danin adalah salah satu penyebab pertengkaran hebatnya dengan Mikayla. Mereka tak merestui keduanya.
Restu tak mereka dapat karena alasan sepele, Kayla terlalu muda untukku dan dia sebatang kara. Kadang Danin tak habis pikir. Apakah selisih usia 6 tahun itu terlalu muda? Apakah berpacaran dengan anak SMA itu aneh? Dia rasa tidak! Cinta tak pernah memandang usia. Cinta itu murni, tulus, dan datang pada jiwa manapun yang dia mau. Apa yang Danin rasakan pada Kayla adalah cinta yang sebenarnya.
Selain itu, hanya memberontak yang bisa Danin lakukan semenjak mengenal kata dewasa. Karena jalan hidup Danin seolah diatur oleh kedua orang tuanya. Semenjak SMP Danin harus menikmati 24 jam hidup dalam dunia pendidikan. Selepas sekolah, dia harus mengikuti bimbingan belajar demi masuk ke SMA pilihan kedua orang tuanya. Mereka sangat ingin melihat Danin masuk ke SMA Taruna Nusantara di Magelang. Ya. Entah pengaruh apa yang mereka lalukan, sehingga Danin bisa masuk ke SMA yang terkenal susah itu. 3 tahun bersekolah di SMA itu, Danin lulus dan langsung masuk ke Akademi Militer. Danin lulus dan menjadi perwira tentara setelah berkuliah selama 4 tahun.
Apa dia aneh ya suka pada anak SMA? Anak kecil yang usianya terpaut tak jauh darinya? Awalnya Danin juga tak percaya mengapa bisa mencintainya? Awalnya mereka hanya berteman. Danin juga hanya menganggap Kayla seperti adik. Namun, rasa cinta menyapa hati Danin. Cinta b*****t itu membuatnya mencintai gadis bau kencur. Ya. Dia sangat jatuh cinta pada Kayla. Tapi, kemalangan menimpa mereka. Takdir yang tak tahu apa maunya, memisahkan mereka begitu saja. Hingga saat ini Danin masih terpuruk di usia 28 tahun.
***