Hari Pertama Kerja

1612 Kata
Ini adalah hari pertama Pelangi masuk kerja paruh waktunya di sebuah perusahaan besar, ia yang masih sibuk membersihkan meja kerja bos besarnya itu langsung menengok kearah suara yang memanggilnya. "Pelangi cepatlah! Bos besar kita sebentar lagi datang." Seru Mika yang bertugas untuk memberikan pelatihan dan penjelasan tentang apa saja yang nantinya akan di kerjakan oleh Pelangi. "Sebentar lagi selesai Mi. Tunggu!" Pelangi kembali membersihkan meja kerja tersebut secepat mungkin, lalu melihat ke arah bingkai foto kecil yang ada di dekat layar komputer di atas meja. Sebuah foto keluarga dengan pasangan suami istri yang dimana seorang pria menggendong anak perempuan yang masih balita sedangkan wanita di sampingnya tengah menggenggam tangan anak laki-laki. Pelangi mengerutkan keningnya. "Foto ini mungkin?" Gumamnya yang terhenti karena Mika kembali memanggilnya, ia tak menyadari barangnya terjatuh saat bekerja tadi. "Pelangi." Mika kembali memanggil rekan kerja barunya dengan tidak sabaran. "Ya ya tunggu sebentar, ini juga sudah selesai." Dengan bergegas Pelangi melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut, ia tampak culun dengan rambut di kepang dua ala gadis jaman dulu itu. Di perjalanan menuju pantry Mika menceritakan semua tentang bos besar mereka, termasuk peraturan dan apa yang menjadi kebiasaan dari pria tersebut. "Hebat sekali kamu Mika, kamu bisa tahu semuanya tentang bos kita?" Puji Pelangi dengan raut wajah yang bingung. Mika menepuk bahu Pelangi dengan sangat gemas. "Jelas aku mengetahui semua tentang tuan muda kita, semua pekerja di sini juga tahu tentangnya." Ucap Mika dengan senyum lebar. "Masa sih tapi kok ada yang aneh ya?" Gumam Pelangi dengan bingung. "Aneh apanya Pelangi? Ah ya ini catatan penting yang harus kamu hafalkan agar tidak membuat kesalahan nantinya." Mika mengambil catatan yang ada di saku pakaiannya, dan memberikannya pada Pelangi. "Ingat jangan sampai ada yang kamu lupakan, apalagi nanti kamu akan bertanggungjawab penuh untuk mengurus ruangannya. Catatan itu adalah penentu masa depan kamu di sini." Tutur Mika memberikan wejangannya. "Oh...." gumam Pelangi menganggukkan kepalanya. "Semua yang tertulis di sini benar?" tanya Pelangi memastikan. "Tentu saja benar memangnya kenapa?" Mika mengambil cangkir lalu menuangkan teh kedalamnya, sambil menatap kearah Pelangi yang terlihat bingung. "Mika apa bos kita sudah memiliki keluarga?" Lanjut Pelangi. "Hah siapa yang mengatakan kalau bos kita sudah berkeluarga. Bahkan aku tidak pernah menyebutkan itu, semua orang yang ada di divisi perusahaan ini juga tahu pak bos itu masih single alias belum menikah." Bantah Mika. "Lalu foto siapa yang ada di atas meja itu?" tanya polos Pelangi. "Oh itu adalah foto keluarga pak bos ketika ia dan adik perempuannya masih kecil. Tapi Pelangi apa kamu benar-benar tidak pernah mendengar tentang Lorka Langit Biru?" "Lorka Langit Biru?" Pelangi kembali menyebutkan ulang nama itu dan gadis itu pun tertawa kecil karena merasa lucu mendengar nama bos nya itu. Tentu saja Langit berwarna biru, tidak mungkin berwarna merah muda kan. Ia sampai membayangkan ketika ibu bosnya melahirkan dan tiba-tiba langit sedang mendung apa nama anaknya akan menjadi Langit Mendung atau Langit Gelap Gulita atau mungkin juga namanya akan menjadi Lorka Langit Hitam. "Ya ampun ini orang malah ketawa? Pernah dengar tidak?" Mika mengulangi pertanyaannya. "Tidak?" jawab Pelangi dengan singkat. "Mungkin karena aku terlalu sibuk dengan hidupku jadi tidak pernah mengurusi kehidupan orang lain." Lanjut Pelangi kemudian. "Kamu itu tinggal di bumi bagian mana sih, bahkan hampir seluruh negara ini saja tahu siapa bos kita." Mika mengambil ponselnya dan mengetik nama Lorka Langit Biru di dalam kolom pencarian google. "Lihat ini!" Ucapnya seraya menyodorkan ponselnya. Pelangi yang hendak mengambil ponsel milik Mika, dikagetkan dengan sebuah suara yang datang dari pintu masuk pantry. "Hei kalian kok masih pada di sini, bos kita sudah datang!" Seru Lia pada Mika dan Pelangi. "Serius?" tanya Mika dengan antusias. "Kalian tidak dengar apa bunyi bel pemberitahuan tadi. Sudah ayo cepat kita harus bergegas!" Lia kembali mengingatkan. Karena keasyikan mengobrol Mika sampai tidak mendengar suara peringatan penyambutan itu. "Emangnya kenapa kalau bos kita sudah datang?" Gumam Pelangi dengan polosnya. "Aduh kamu ini Pelangi masih pakai acara nanya lagi ya kita harus melakukan penyambutan." Mika langsung menggaet tangan anak baru itu. "Hah penyambutan, ngapain kita juga harus ikut melakukan hal itu bukan kah jalur ke ruangan bos tidak melewati pantry?" Ucap Pelangi yang masih merasa penyambutan itu tak masuk akal seraya melepaskan tangan Mika. "Kau itu terlihat polos dan bodoh tapi terlalu banyak bertanya." Mika mulai kesal, "Semua orang akan berdiri di depan ruangan tempat mereka berkerja untuk melakukan penyambutan ketika suara bel pemberitahuan berbunyi tanpa terkecuali. Karena bos kita itu akan berkunjung kapan saja dia mau ke setiap sudut perusahaannya dan pegawainya harus ada di sana. Kalau tidak maka habis lah nyawa kita di sini." Tutur Mika panjang lebar. Akhirnya Pelangi pun menuruti perintah temannya itu. "Aneh juga ini perusahaan besar, masa ya kita harus berdiri tanpa alasan di depan ruangan. Sudah seperti di Korea saja, kalau ada lagu kebangsaan di putar maka semua harus berdiri memberikan hormat." Gerutu Pelangi dalam hati. "Lalu sampai kapan kita akan berdiri di sini?" tanya Pelangi dengan sedikit berbisik pada Mika yang berdiri di sampingnya. "Sampai bunyi bel selanjutnya." Jawab Mika singkat, ia tak ingin mendapatkan teguran dari Bu Anyelir yang merupakan atasannya yang terkenal galak itu karena mereka ketahuan berbicara saat penyambutan. "Ini tempat kerja apa sekolah dasar sih. Ah sudahlah kalau begitu berdiri saja." Gumam Pelangi yang berniat mengeluarkan kain lap yang tadi ia gunakan untuk membersihkan meja bosnya dari kantung celananya. "Kainnya?" Pelangi meraba saku celananya kembali, dan tidak menemukan kain tersebut. la mulai terlihat panik. "Kamu kenapa Pelangi?" Tanya suara galak dari wanita yang berdiri di hadapannya. "Eh anu bu, itu?" Pelangi terbata, ia tak berani menjelaskan masalahnya karena pasti Bu Anyelir itu akan murka. Lihat saja sekarang tatapannya begitu tajam seperti seekor burung elang. Pelangi mengingat-ingat kembali, di mana terakhir kali menaruh kainnya itu. "Astaga, di ruang pak bos, aduh kenapa bisa aku meninggalkannya di sana?" Pekik Pelangi dalam hati setelah mengingat kain lap nya ia letakkan di bingkai foto itu dan lupa mengambilnya. "Pelangi tenanglah." Bisik Mika. Akhirnya mereka pun kembali tenang agar tidak menjadi pusat perhatian Bu Anyelir sampai akhirnya bel pun kembali berbunyi dan semua orang kembali ke posisi mereka masing-masing kecuali Pelangi dan Mika yang masih berdiri di depan pintu pantry. "Kamu itu kenapa sih kok panik begitu?" tanya Mika. "Kain lap ku ketinggalan di atas meja pak bos." Jawab Pelangi yang kini bergegas meninggalkan Mika. "Eh kamu mau ke mana?" tanya Mika yang melihat Pelangi jalan terburu-buru. "Aku harus ke ruangan pak bos untuk mengambilnya." Pelangi malah langsung berlari. "Tapi Pelangi, tunggu!" Mika menatap punggung sahabatnya yang sudah menjauh. "Gawat, aku harus mengejar Pelangi." Mika bergegas menyusul temannya itu, namun langkahnya terhenti saat melihat pintu lift yang terbuka. Menampakkan Tuan Muda Langit yang berjalan kearah ruangannya. "Aduh bagaimana ini pak bos sudah mau ke ruangannya, ya Tuhan berikan sebuah keajaiban untuk gadis polos itu!" Doa Mika dalam hati dengan wajah cemasnya membayangkan bagaimana teman barunya itu akan mendapatkan masalah besar. ***** Pelangi pun berhasil mengambil kain lapnya yang tertinggal, ia hendak menuju pintu untuk keluar dari ruangan itu, namun gerakan tubuhnya terhenti saat melihat pintu yang di buka dari luar. "Apa saja jadwal ku hari ini?" Tanya Langit seraya memasuki ruangannya, dan langsung duduk di kursi kebesarannya. "Jam sebelas ada rapat dewan direksi, dan setelah itu kita ada pertemuan dengan Mr.Thom." Jawab asistennya yang berdiri di hadapan Langit. "Tambahkan jadwal kunjunganku hari ini sesuai yang aku jelaskan di mobil tadi!" Pinta Langit. "Baik, tuan muda." Kriss mengubah jadwal kunjungan ke cabang perusahaan milik Langit tanpa protes sama sekali karena Langit akan mengantarkan sang adik tercinta melihat rancangan gaun pengantinnya. "Kamu mencium bau sesuatu Kriss?" tanya Langit yang tiba-tiba mengendus sekelilingnya. Kriss ikut mengendus dan ia mencium aroma seperti bau bunga melati. "Siapa yang berani mengganti parfum ruangan ku menjadi wangi kuburan seperti ini!" Geram Langit. "Hah." Terdengar bunyi dari arah sofa belakang, membuat Langit dan Kriss saling berpandangan. Pelangi dengan cepat menutup mulutnya. "Siapa di sana? Aku benar-benar tidak tahan dengan bau ini." Langit menutup hidungnya. "Cepat kamu lihat sana!" perintah Langit. Kriss yang merasa mencium aroma aneh, langsung berjalan ke arah belakang sofa. Tapi memang aroma melati itu sangat menyengat. "Siapa anda?" Kriss melihat seorang wanita yang menunduk di bawah sofa. "Aduh aku ketahuan." Gumam Pelangi dalam hati seraya keluar dari persembunyiannya dengan kepala tertunduk. "Saya, saya." Ucap Pelangi ketakutan. "Habis lah nyawaku di sini!" Batin Pelangi. "Siapa kamu? Kenapa kamu ada di ruanganku?" Langit yang masih menutup hidungnya, begitu terkejut saat melihat seorang wanita keluar dari balik sofa dengan tampilan sudah seperti pemain telenovela jaman dahulu kala, si Betty La Fea. "Saya, nama saya Pelangi, saya." Jawab Pelangi tanpa berani melihat ke arah bosnya. "Apa yang sedang kamu lakukan di ruangan ini? Kamu mau mencuri ya?" tuduh Langit. "Tidak tuan, aku ada di sini karena ingin mengambil kain lap yang tertinggal. Dan aku terpaksa bersembunyi karena takut tuan akan marah." Jawab Pelangi yang akhirnya memberanikan diri menatap bos besarnya itu. Deg Jantung Pelangi tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat, saat matanya memandang pria yang berwajah sangat tampan dengan mata biru yang sangat cantik seperti warna langit yang sedang tak berawan, mata itu berhasil menghipnotis mata dan hati Pelangi. "Ternyata itu yang membuatnya di berikan nama Langit Biru." Gumamnya dalam hati. "Kamu bekerja di bagian apa?" tanya Langit. "Saya office girl baru tuan, kan tadi saya sudah jelaskan kalau saya datang kemari untuk mengambil kain lap ini." Jawab Pelangi seraya memperlihatkan kain lap di tangan kanannya itu dengan senyum khasnya. Sementara Kris yang melihat perubahan gadis itu hanya bisa menepuk pelan jidatnya. "Berani sekali kamu senyum di hadapanku setelah membuat masalah." Langit menatap tajam pada wanita yang ada di depannya. "Mata dan senyuman itu." Gumam Langit dalam hati setelah menatap kedua mata yang berwarna coklat dengan kedua lesung pipi yang menemani senyuman di wajah gadis itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN