6 - Mia dengan Siapa

1367 Kata
Setelah memastikan tetangganya itu mau mengasuh Rafa, Mia pun segera mempersiapkan segala kebutuhan Rafa dan menyerahkannya kepada tetangganya itu. Setelahnya, bergegas dia pergi. Mia melangkahkan kaki sampai keluar gang kecil, berjalan sedikit sampai menemukan minimarket terdekat. Di depan minimarket itu tampak sebuah mobil mewah sedang terparkir dengan mesin masih menyala. Mia tersenyum lebar, dia sudah hafal mobil itu. Segera menghampirinya, lalu masuk ke dalam mobil, dan mobil pun membawanya pergi. Entah mau kemana mereka, dan apa yang akan dilakukan. Sementara itu, Leo berjualan di tempat biasa. Tempat keramaian sekitar jalan menuju alun-alun kota ini. Sudah beberapa bulan memang, dia pindah berjualan di sana karena lebih ramai. Pembeli lumayan banyak dan ramai, membuat hati Leo senang. Peluh membasahi wajahnya, karena cuaca yang panas. Tetapi cuaca inilah yang membawanya ke Hoki. “Wah Abangnya ganteng mirip artis, aku mau dong beli es cendolnya,” goda seorang wanita muda dengan tatapan penuh keterpesonaan. Leo hanya menanggapi dengan senyuman ramah dan segera membuatkan pesanannya. Memang bukan Cuma kali ini saja godaan-godaan yang dilemparkan oleh para pelanggan perempuannya, baik yang masih muda maupun yang sudah tua sekalipun. Sehingga Leo tidak lagi geer atau baper, dia santai dan sudah terbiasa. Menjelang sore pelanggan tidak terlalu banyak, Leo beristirahat sejenak sambil minum es cendolnya sendiri. Karena, ia merasa haus dan lapar. Matanya terbelalak ke suatu arah, dia melihat dari kejauhan sebuah mobil hitam dan mewah. Namun yang membuatnya terkejut bukanlah mobilnya, melainkan siapa yang ada di dalam mobil itu. Kebetulan jendela mobilnya dibuka setengah. Dan menampakan sosok istrinya di sana, Mia tampak sedang tersenyum lebar dan sepertinya sedang berbincang dengan pria yang memegang kemudi. Dengan langkah terpincang-bincang, Leo berusaha cepat menghampiri mobil yang sepertinya sengaja berhenti dulu untuk membeli sesuatu. Namun Sayangnya, belum sampai ke tempat tujuan, pesanan sudah Mia dapatkan. Dia segera mengambil dari dalam mobil, lalu kembali menutup jendela mobil setelah membayarnya. Dan mobil pun kembali melaju. Kedua tangan Leo mengepal, wajahnya memerah. Apa yang dilakukan istrinya dengan laki-laki itu! Apa jangan-jangan benar dugaannya, kalau istrinya menjual diri! Mana mungkin ada pekerjaan yang menghasilkan uang banyak dalam semalam! Ditambah Mia tidak pulang semalaman, dan sekarang tampak sedang berada di dalam mobil mewah dengan laki-laki lain! Lalu di mana Rafa? Bagaimana dengan anak itu? Apa Mia bawa juga? Atau malah ditinggal di rumah dititipkan ke tetangga? Leo jadi gusar, bergegas dia kembali ke gerobaknya untuk segera pulang. Di sepanjang jalan, dia mendorong gerobak itu dengan cukup cepat. Tak peduli dengan kakinya yang kelelahan, dan keringat yang mengucur membasahi wajahnya tak lagi ia hiraukan. Dia hanya ingin cepat sampai, ingin tahu di mana anaknya dan bagaimana keadaannya sekarang. Hingga ia teringat akan seseorang, dia adalah Mala. Leo menghubungi nomor Pak Santoso karena nomor beliaulah yang ia punya. “ Iya Mas Leo, ada apa?” tanya Pak Santoso, dengan ramahnya di balik telepon. “Emm ini Pak, Apa Neng Mala nya ada? Boleh saya bicara sebentar?” jawab Leo dengan bertanya, sebenarnya tak enak hati. Takut disangka genit oleh Pak Santoso. “ Oh ada. Tunggu sebentar ya, Mal! Mala! Ini ada telepon dari Mas Leo katanya mau bicara!” Leo bisa mendengar suara Pak Santoso, yang memanggil Mala dari balik telepon. “Mas Leo nelpon? Mau apa?” itu adalah suara lembut Mala, yang bisa Leo dengar meski samar dari balik telepon Pak Santoso. “ Ya mana Bapak tahu, ini bicara saja dulu,” sahut Pak Santoso yang juga bisa Leo dengar. “ Assalamualaikum Mas Leo, ada apa ya?” terdengar suara Mala dari balik telepon dengan nada yang sopan. Leo yang mendengar suara lembut dari wanita bernama Mala itu, rasanya hatinya menjadi tenang. Ah wanita itu memang sungguh menyejukkan hati. “ Astagfirullah!” Leo menggusar wajahnya kasar, lalu menepuk jidatnya beberapa kali. “ Emm ini, Mbak Mala. Eh, Neng Mala.” Leo jadi bingung harus memanggilnya apa. Terdengar suara Mala yang tertawa kecil lalu berkata, “ Panggil saja aku Mala, tidak perlu menyebut Neng, Mbak, Non atau pakai embel-embel apapun, cukup panggil saja Mala. Dan gunakan kata, aku dan kamu.” “Emm, iya.” Leo malah menjadi gugup. “ Jadi Mas ada perlu apa?” tanya Mala kembali. “ Ini kalau tidak keberatan, tolong datanglah ke rumahku. Tolong cek apakah istriku dengan anakku ada di rumah, nanti tolong kamu kabari aku,” akhirnya Leo bisa berkata dengan lancar, meski sebenarnya merasa malu. “ Oh begitu ya Mas, baik kalau begitu aku akan segera ke sana sekarang,” Jawab Mala tanpa banyak bertanya. Hati Leo sekarang merasa lebih tenang, setelah mendapat jawaban dari Mala. Setelah panggilan itu ia tutup, bergegas Leo melanjutkan perjalanan untuk pulang. Sementara itu, Mala mengatakan kepada ayahnya tentang apa yang Leo katakan ditelepon. Pak Santoso tidak banyak bicara dan tidak melarangnya. Jika memang Mala mau melakukannya, ya terserah anaknya saja. Dengan langkah cepat, Mala bergegas menuju ke rumah Leo. Sebelumnya, dia sudah izin dulu kepada Bapaknya. Rumah Pak Santoso dengan rumah Leo memang tidak terlalu jauh. Sekarang, dia sudah berdiri di depan pintu rumah Leo. Mengetuk pintu itu beberapa kali sambil mengucapkan salam. Namun, tidak ada yang membukanya juga. Hingga seseorang merupakan tetangga Leo menghampirinya. “ Eh Neng Mala, mau bertamu ke rumah Mas Leo ya? Tapi rumahnya kosong, lagi nggak ada siapa-siapa. Mas Leo maupun Mia sedang bekerja sekarang, bahkan anak mereka dititipkan kepada saya,” ujar tetangga Leo itu. Mala jadi merasa kebingungan, tadi Leo memintanya untuk melihat apakah ada Mia. Tapi menurut tetangganya, Mia sedang bekerja. Apa Leo tidak tahu kalau Mia berangkat kerja? Itu pikir Mala. “ Oh jadi mereka lagi nggak ada di rumah? Dan Rafa sedang diasuh ibu ya?” tanya Mala, seolah tidak tau apa-apa. Padahal, dia yakin Mia pergi tanpa sepengetahuan Leo. Buktinya, Leo memintanya untuk datang kemari. “ Iya Neng,” jawab tetangga Leo. “Mama!Ma! Hwaaa!” terdengar suara tangisan Rafa dari rumah ibu itu. Bergegas ibu itu kembali ke rumahnya diikuti Mala. Rupanya Rafa bertengkar dengan anak ibu itu, yang usianya selisih setahun lebih tua dari Rafa. Tampak ada bekas gigitan di tangan Rafa, warnanya kebiruan. Artinya gigitannya cukup kuat. “ Ya ampun!” Ibu itu bergegas mengambil anaknya. “ Beginilah Neng, kalau mengasuh dua anak yang usianya tidak terlalu jauh. Dari tadi mereka terus saja berkelahi,” ujar ibu itu, dengan nada bicara penuh kejengkelan. Entah kenapa, tapi Mala merasa sakit hati, melihat Rafa yang tangannya kebiruan dan ada bekas gigitan. “Biar saya yang asuh aja ya bu, di rumah saya kan nggak ada anak kecil,” ujarnya sambil menggendong Rafa dan berusaha menenangkannya. “ Tapi Neng, saya sudah dibayar untuk ngasuh hari ini,” jawab ibu itu tak enak hati. “ Nggak apa. Oh ya, apa Ibu ada ketitipan kunci rumahnya Mas Leo? Bagaimana kalau saya ngasuhnya di rumah Mas Leo saja dulu, sampai Mas Leo atau Mbak Mia nya datang,” ujar Mala yang melihat Rafa sepertinya sangat mengantuk sehabis menangis. Ibu itu pun menyerahkan kunci rumah Leo yang memang dititipkan oleh Mia kepadanya. Tidak ketinggalan tas berisi pakaian ganti Rafa, yang tadi Mia berikan kepadanya sebelum berangkat kerja. Mala pun mengasuh Rafa di dalam rumah Leo. Dia segera, memanaskan air untuk mandi Rafa. Setelah selesai memandikan Rafa dan mendandaninya, Mala mulai berusaha untuk menidurkannya. Untung saja Anak itu tidak rewel, dia tidur dengan lelapnya. Kemudian Mala berinisiatif untuk memasakkan sesuatu. Mungkin saja saat Leo ataupun Mia pulang nanti, mereka akan merasa lapar. Mala melirik kulkas yang ada di rumah Leo, isinya kosong melompong. Hanya ada sebotol air dingin dan dua butir telur saja di dalamnya. Akhirnya Mala tidak jadi masak, karena jika dia pergi ke warung nantinya tidak ada yang menjaga Rafa. Tanpa sadar, Mala malah ketiduran sambil memeluk Rafa. Hingga akhirnya Leo datang, dia pikir Mia sudah pulang. Karena saat menyeret pintu rumah ternyata tidak dikunci. Leo segera menyimpan gerobak ke tempatnya, yaitu di teras rumah sebelah kiri. Masuk ke kamar mandi untuk sekedar cuci muka, tangan, dan kaki. Lalu membuka pintu kamar hendak masuk ke dalam, namun dia sungguh terkejut akan pemandangan yang dilihatnya. Seorang wanita memakai jilbab warna biru muda, tampak sedang terlelap sambil memeluk Rafa anaknya. Dan dia tahu siapa itu. Tentu saja bukannya istrinya, itu adalah Mala. Artinya Mia tidak ada di rumah, berarti orang yang dia lihat di dalam mobil tadi memang benar istrinya. Dia tidak salah lihat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN