Aku merasakan tubuhku berat sekali, saat aku membuka mata, Habibi memelukku erat. Entah mengapa dia bisa tidur di sampingku. Padahal semalam kami masih di ruang tamu, aku hanya meminta Habibi memindahkan aku ke kamar saja, bukan menyuruhnya tidur bersamaku. "Mas, bangun. Aku mau sholat subuh," aku membangunkan Habibi yang masih tertidur dengan memelukku. "Ainun, sebentar, aku masih ingin memelukmu," ucap Habibi. "Bangun, atau aku cubit!" Ucapku dengan kesal karena Habibi semakin erat memelukku. "Cubit saja, aku rela, asal jangan tinggalkan aku," ucapnya sambil mencium pipiku. "Please, jangan tinggalkan aku. Aku janji, akan bicara dengan Yasmin," ucapnya sambil menatapku dengan tatapan sayu. "Jangan ngigau, aku tetap akan mengajukan perpisahan kita. Aku tahu, kamu hanya omong kosong