Mengingat makan siangnya dengan Aryo membuat Tania sering menangkupkan kedua tangannya ke wajah. Malu rasanya. Bisa-bisanya dia merasa nyaman dipeluk lelaki itu dan bahkan dia merebahkan kepalanya di dadaa Aryo. “Udah gila kali, ya akunya! Bisa-bisanya gitu, lho. Aduh, tu duda pasti udah mikir yang nggak jelas aja. Dia pasti ngirain aku udah takluk dan mau aja diapa-apain sama dia. Duh, mana wanginya enak banget lagi tuh. Masih nempel di baju aku. Huhuhu. Jadi nggak pengen nyuci nih baju,” keluhnya saat hendak memasukkan baju kotor ke keranjang laundry. Untungnya dia nggak perlu ketemu Aryo lagi. Kerja sama mereka sudah selesai, makan siang juga sudah beres, dan semua yang dikira hutang sudah dilunasi. Meskipun mereka bersebelahan, tapi mereka bisa saja nggak ketemu. Kalau Tania niat, d