Coup d état 2

981 Kata
Kedua langkah Lan larb diiringi oleh suara gemerencing lonceng, ia baru saja membuka gerbang kesepuluh miliknya, karena pada dasarnya tingkatan seorang Nium akan dibatasi oleh masing-masing gerbang dan gerbang yang kesepuluh adalah gerbang yang belum pernah dicapai oleh siapapun bahkan sang Raja, dan tingkatan ini lah yang membuat suara lonceng-lonceng itu berbunyi untuk mengiringi langkah kakinya. Lan larb berjalan memasuki istana dan saat itu pula lima puluh prajurit segera menyerangnya atas perintah sang Raja yang mengetahui tindakan Lan larb dan Eryk di Vandkilder beberapa saat yang lalu, dan kali ini dengan tingkatan yang dimiliki oleh Lan larb membuatnya dapat membunuh mereka semua dengan akar Nium yang seketika menjadi bilah pedang yang sangat tajam. Darah menyembur dari tubuh mereka dan mengenai sang Pangeran yang kini menundukkan kepalanya sejenak, setelahnya ia kembali menoleh menatap ke arah pintu Kerajaan yang tertutup. Ring~ Riiing~ Riiiiing~ Hanya suara tersebutlah yang menggema di Negeri Nium pagi itu, langit yang semakin menghitam, pusaran air yang semakin kencang, hingga aliran Sungai Issen yang mengalir dengan amat derasnya kini berubah warna menjadi merah karena bercampur oleh darah yang dimuntahkan oleh Skanilo (rerumputan Negeri Nium) yang tidak bisa menyerap Darah maupun daging dari Kaum yang mereka lindungi (kaum Nium) dan bahkan potongan tubuh beberapa warganya pun ikut terbawa oleh aliran Sungai yang deras. Itu merupakan hal yang mengerikan bagi siapapun yang melihatnya,  … Dan saat ini, Lan larb tengah berhadapan langsung dengan Elbert serta Eliot di aula Istana yang megah, “sudah kuduga, kau yang akan menghadapi kami, Lan larb” ucap Raja Eliot seraya menatap sang Putra dengan kecewa, “berhentilah Ayah, kumohon… kita masih bisa menghentikannya, aku tidak ingin melukai siapapun lagi” ucap Lan larb memohon kepada sang Raja untuk mengakhiri semuanya, namun tidak dengan sang Raja yang kini mengeluarkan pedang miliknya dan diikuti oleh Elbert sang kepercayaan, “aku takkan pernah berhenti meski aku tahu bahwa maut ada di depan mataku saat ini, LAN LARB!!” murka sang Raja, kedua matanya kini nyalang menatap sang Pangeran, “terkutuklah dirimu karena telah membunuh kaummu sendiri!! kaum suci ini akan segera binasa dan itu karenamu!!” sambungnya lagi, dan hal itu membuat Lan larb mengangguk mengiakannya, “aku tau itu, aku memang akan mengutuk diriku sendiri setelahnya Ayah… dan aku tidak menyesal karenanya, karena aku tau… membinasakan kaumku sendiri akan menyelamatkan dan membebaskan mereka dari keserakahan kalian semua!!” ucapan Lan larb mengiringi desingan pedang yang dihasilkan oleh pedang Elbert yang kala itu mengenai tanaman Nium, kala itu Elbert akan menyerangnya dan kini Raja lah yang bergantian menyerang Lan larb, Pertarungan tersebut adalah pertarungan dua lawan satu, antara Raja, Kepercayaan serta sang Pangeran. … Meski pagi telah menjadi siang saat itu, namun langit tidak dapat menunjukkannya. Langit itu terlihat sangat gelap dengan warna hitam  yang mendominasi di Negeri Nium saat ini. Seperti yang sudah mereka rencanakan, mereka segera kembali menuju Vandkilder setelah mereka merampungkan seluruhnya. Saat ini hanya ada Eryk yang berdiri di dekat mata air yang kini masih berputar dengan amat kencangnya, kedua pandangnya seketika menoleh menatap Lan larb yang berjalan lunglai, dengan darah yang memenuhi seluruh jubah silver miliknya yang ia gunakan pagi tadi, ia berjalan dengan tatapan kosongnya, meski hal seperti itu pun yang terjadi pada Eryk, namun ia tahu bahwa menjadi Lan larb tidaklah mudah saat ini, Diusapnya bahu Lan larb oleh Eryk, guna menenangkan dirinya yang kini berada tepat di hadapan dirinya, “kau telah berjuang dengan baik” gumam Eryk pada Lan larb yang kini menyunggingkan senyuman tipisnya dan mengangguk mengiakan pujian sang sahabat, “jadi… sekarang apa yang harus kita lakukan?” kedua mata Lan larb kini membalas Eryk yang baru saja bertanya, dan ia juga menatapnya, “meski kita hidup seribu tahun untuk menebus seluruh kesalahan yang telah kita lakukan, hal itu tidak akan pernah dapat ditebus. Dan bahkan sang Dewa pun tidak akan mengampuni perbuatan yang telah kita lakukan saat ini, Eryk” ucap Lan larb terlampau putus asa siang itu, tangan kanannya kini meraih bilah pedang milik Eryk dan ia mengarahkan ujung pedang itu tepat di jantungnya sendiri, melihat hal itu membuat Eryk membelalakan kedua matanya, ia terkejut melihatnya bertindak demikian, “bunuhlah aku karena telah menjerumuskanmu ke dalamnya, Eryk”, Mendengar sang Pangeran berucap demikian membuat Eryk terkekeh, ia menoleh ke arah satu pedang yang tergeletak di sampingnya yang kemudian ia raih untuk memberikannya kepada sang Pangeran, “ kita lakukan ini bersama, Pangeran” ucapnya seraya melakukan hal yang serupa dengan apa yang dilakukan sang Pangeran, ia mengarahkan gagang pedang itu pada sang Pangeran dan mengarahkan ujung pedang tajamnya pada jantungnya sendiri, “karena pada dasarnya kita pun harus binasa karena kekejaman yang kita lakukan terhadap mereka” sambungnya lagi seraya tersenyum menatap sang Pangeran, ya… ia tahu, bukan saatnya ia tersenyum seperti itu saat ini, namun ia melakukannya agar sang Pangeran yakin bahwa ia pun mempunyai rasa yang sama dengannya, Lan larb tertawa seraya menangis mendengarnya, dan Eryk terkekeh melihatnya, “kita bisa melakukannya, Lan larb” ucap Eryk meyakinkan sang Pangeran dan mengeratkan tangan kirinyanya yang kini menggenggam lengan Lan larb yang bergetar itu tengah menggenggam pedang yang kini terarahkan tepat di jantungnya sendiri, posisi mereka saat ini adalah saling berhadapan dengan pedang yang saling terarah pada jantung mereka satu sama lain. “terima kasih telah memahami diriku selama ini, Eryk” bisik Lan larb seraya menatap Eryk yang tersenyum dan mengangguk, Dengan penuh keberanian, Lan larb melangkahkan kakinya mendekati sang sahabat dan karenanya, kedua ujung pedang yang masing-masing terarahkan pada mereka pun menusuk jantung keduanya secara bersamaan, dengan lengan yang bergetar Eryk memeluk Lan larb dan menepuk bahunya dengan pelan, dengan maksud memujinya, bahwa ia telah melakukan hal yang sangat berani seperti saat ini, tidak butuh wkatu lama untuk keduanya tumbang dan terjatuh di atas Skanilo dengan darah yang mengalir deras dari keduanya, “maaf… karena aku tidak seberani dirimu, Pangeran” itulah bisikan yang diucapkan oleh Eryk yang mengiringi akhir hayat keduanya hari itu.   Dan itulah akhir cerita dari Negeri Nium yang binasa karena ketidak setujuan sang Pangeran (Lan larb) serta Eryk terhadap keserakahan Kaumnya sendiri.  ...   the strory of Nium - Lan larb version is End. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN