Seorang gadis melangkahkan kakinya turun dari sebuah angkot yang ditumpanginya. Angkot tersebut berhenti tidak terlalu jauh dari sebuah gedung SMA. Sang gadis semakin mempercepat langkahnya, karena ia menyadari bahwa di gedung tersebut telah sunyi, yang menandakan bahwa siswa dan siswinya telah memasuki waktu belajar. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena merasa seseorang memanggilnya.
"Ssst, Ssst, woy!" panggilan itu memang pelan namun mampu ditangkap oleh pendengaran si gadis tersebut. Ia membalikkan badannya dan melihat seorang siswa yang memakai seragam putih abu-abu sama dengannya sedang berjalan mendekat.
Siswa tersebut semakin dekat dan kini tampaklah wajah rupawan si pemanggil tadi. Hidung mancung, alis tebal, bibir tipis dan tentunya hal itu merupakan perpaduan yang sangat indah di pandang mata.
"Eh, kamu terlambat ya?" Tanyanya yang membuat si gadis tersadar dari keterpukauan. Dan saat itu juga ia sadar kalau dia semakin terlambat gara-gara cowok berparas rupawan di depannya ini, membuat ia seketika mengubah pandangan dari kagum menjadi sinis.
"Iya, dan gara-gara panggilan dari kamu aku semakin terlambat!" jawabnya judes.
Si cowok rupawan terlihat terkejut saat mendapati jawaban gadis di depannya ini. Ia memperhatikan tampilannya, rok di atas lutut, seragam agak dikecilkan, pakai sepatu warna putih bergaris ungu, padahalkan di sekolah ini diwajibkan memakai sepatu berwarna hitam. Hmmm, tipe-tipe cewek bad kayaknya.
"Eh! Kenapa nyalahin aku, salah sendiri datang terlambat. lagian yah, tanpa aku panggil pun kamu memang udah terlambat, tau!" Ujarnya tak terima namun terlihat menyebalkan di mata lawan bicaranya .
"Oh ya, satu lagi, aku ini kakak kelas kamu, kamu itu harusnya sopan sama kakak kelas, ngerti!" Ucapnya lagi dengan nada sombong dan semakin terlihat menyebalkan di mata si gadis lawan bicaranya.
"Bodoh amat ya! Mau kamu kakak kelas kek, adik kelas kek, anak TK kek, aku nggak peduli!" balas gadis itu dengan nyolot dan langsung membalikkan badannya meninggalkan kakak kelasnya yang songong tadi. 'Lagian dia tau dari mana coba kalau aku itu adik kelas, ah bodoh amatlah.' Batinnya.
"Eh, eh, mau kemana? Tunggu aku dulu. Nih, sebagai adik kelas yang baik titip di tas kamu yah!" katanya lagi-lagi menahan langkah gadis itu sambil menyerahkan kertas-kertas yang sedari tadi berada di tangannya itu. Tanpa menunggu respon dari lawan bicaranya, ia langsung mendorong gadis tersebut ke depan gerbang, membuat Satpam yang berjaga langsung mendekat saat melihat dua orang yang terlambat tersebut.
"kalian terlambat?" tanya sang satpam galak. Cowok itu melirik gadis di sampingnya itu sekilas, wajahnya terlihat khawatir.
'lah, tampilannya kan bad gini, kenapa ekspresinya kayak orang yang gak pernah berbuat salah yah, padahalkan kalau badgirl yang sering aku baca di n****+ terlambat itu hal biasa' Batinnya heran.
"Enggak pak, kita nggak terlambat kok!" katanya santai membuat si gadis mendongak heran.
"Lah, terus ini apa?" Tanya si Satpam lagi.
"kami itu dari tempat print di depan itu tuh pak, karena ada proposal kegiatan Osis yang harus cepat diselesaikan, tapi print yang di koperasi sekolah lagi rusak pak!" ucapnya sambil menunjuk tempat print yang letaknya tak jauh dari sekolah tersebut.
Si satpam terlihat ragu, "berdua?" Tanyanya lagi.
"Iyalah pak! kalau bapak nggak percaya bapak tanya aja sama Bu Lidya, saya sudah minta izin kok pak," jelas cowok itu lagi, sedangkan gadis disampingnya hanya diam, tapi dalam hati ia berdoa semoga satpam itu percaya.
"Ya sudah kalau gitu, masuk cepat!" kata si satpam, mempersilahkan masuk sambil membuka gerbang untuk mereka. Keduanya pun berjalan menyusuri koridor sekolah yang terlihat sangat sunyi. keduanya masih diam seolah masing-masing enggan membuka pembicaraan. Saat sampai di depan kelas bertuliskan XI IPA 1 langkah gadis itu terhenti begitu pula dengan pria disampingnya itu ikut berhenti membuat si gadis memandangnya heran.
"Ngapain kamu berhenti juga ?" tanyanya pelan, nada judesnya entah sudah hilang kemana.
"Aku tungguin, siapa tau udah ada guru di dalam, biar aku yang jelasin nanti!" ooohhh, jadi cowok ini mau menolongnya toh. Sia gadis manggut-mnggut mengerti. Ia melirik pintu kelasnya yang tertutup, kelas itu nampak tenang, pasti di dalam sudah ada guru. Ragu-ragu ia membuka pintu. Ia terdiam, yang di dalam juga diam.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
"WAH, GILA AKU KIRA GURU WOY, TERNYATA SI MENARA PISA!" teriakan toa itu membuat kelas yang tadinya hening menjadi ribut seketika.
Sebenarnya kelas Nafisa saat ini kosong karena guru mapelnya lagi izin. Tadinya, penghuni kelas XI IPA 1 lagi sibuk urusan dengan masing-masing. Namun saat mendengar suara langkah mendekat, membuat Abdul si ketua kelas langsung bertindak cepat menutup pintu dan menyuruh teman-temannya diam. Ternyata yang datang hanyalah si Menara Pisa alias si Nafisa. Namun suasana yang tadinya heboh tiba-tiba kembali hening saat melihat sosok di belakang Nafisa.
"Oh, kelas kamu kosong ya? Ya udah aku ke kelasku dulu kalau gitu!" ucapnya santai dan langsung membalikkan badannya membuat seisi kelas Nafisa melongo.
"NAFISA KHAZANAH AMRAN KENAPA BISA KAMU BARENG SAMA KAK ADITYA?" lagi-lagi teriakan toa itu memecahkan keheningan yang terjadi tadi. Dan itu adalah suara Permata hawa, panggilannya Hawa, teman sebangku Nafisa sejak kelas X.
"Ya bisalah, buktinya tadi," jawab Nafisa santai membuat teman sekelasnya memicingkan mata ke arahnya.
"ngapain kalian natap aku kayak gitu, jangan-jangan kalian semua ini zombi, terus kalian pasti mau makan aku iy....AU! Ngapain kamu mukul kepalaku sih Hawa tulang rusuknya adam!" ucapan ngawur Nafisa terpotong gara-gara pukulan mahluk di sebelahnya itu. Nafisa menolehkan kepalanya ke arah Hawa dan yang ia lihat adalah wajah memerah Hawa karena kesal dengan kata 'Hawa tulang rusuknya adam'. Hawa sangat membenci kata itu, asal kalian tau saja, di kelas mereka itu ada juga cowok yang bernama Adam. Adam itu cowok tampan, banyak uang dan juga playboy cap kepalan tangan. Dan satu lagi Adam adalah musuh bebuyutan hawa.
"NAFISA UDAH AKU BILANG JANGAN PANGGIL AKU DENGAN SEBUTAN ITU!" suara teriakan membahana dari Hawa membuat sekelas refleks menutup telinga masing-masing. Hening.... namun belum ada tanda-tanda teman-teman Nafisa menurunkan tangan dari telinga karena mereka tau pasti akan ada teriakan susulan.
"PERMATA HAWA, KENAPA SIH KAMU SEJAK AKU DATANG TERIAK MULU UDAH KAYAK ANJING KELAPARAN!" Nah, benarkan pasti akan ada balasannya, dan itu sudah pasti dari teman sebangku Hawa, Nafisa. Dan kalau sudah seperti itu pasti ada orang ketiga yang suaranya tak kalah membahana.
"NAFISA! HAWA! BISA NGGAK SEHARI AJA KALIAN NGGAK TERIAK-TERIAK KAYAK TARZAN? HAH!" nah, kalau itu suara Abdul, bukannya menenangkan malah teriak juga menambah keributan. Marahin temannya teriak, dia juga nggak sadar diri sedang teriak.
"DIAM KETUA KELAS DURHAKA!" sentak Nafisa dan Hawa bersamaan dengan mata melotot ke arah Abdul membuat kelas yang tadinya hening langsung riuh dengan suara tawa karena tingkah mereka bertiga. Pemandangan seperti itu memang hampir setiap hari terjadi di kelas ini. Untung mereka sudah kebal, kalau nggak, sudah pasti mereka budeg massal dan dadakan.
"Pisa issh, kenapa kamu balas teriak sih?" Ucap Hawa kesal sambil memanyunkan bibirnya.
"lah, emang siapa yang teriak duluan?" Balas Nafisa santai.
"kamu nggak mau minta maaf gitu?" Tanya Hawa. Nafisa hanya menghela nafas panjang. Terlalu malas meladeni drama yang dibuat Hawa. "Ya udah aku minta ma..."
"enggak!" potong Hawa cepat.
Hawa itu maunya apasih? "kecuali dengan satu syarat," sambungnya membuat Nafisa memutar bola mata malas. Inilah Hawa, sahabat Nafisa dengan segala persyaratannya. "Hmmm," balas Nafisa malas.
"syaratnya gampang kok. Cukup kamu ceritain sedetail-detailnya kenapa kamu bisa bareng sama Kak Aditya!" ucap hawa semangat.
"Hmmm, tapi nanti pas istirahat!" kata Nafisa sambil menelungkupkan kepala pada lengannya yang ada di atas meja. Ia sebenarnya malas menceritakan masalah tadi. Lagipula, tak ada yang spesial menurutnya. Sedangkan hawa hanya mengangguk dengan wajah berbinar, lalu membuka tasnya mengambil n****+ untuk ia baca sambil menunggu Mata Pelajaran selesai.