Nafisa melangkah cepat menuju kamarnya. Air matanya sudah mengalir deras sejak ia melangkah keluar dari butik milik Hawa. Ia tak pernah menyangka kalau Aditya tega menyakitinya, Bahkan saat pernikahan mereka baru seumur jagung. Nafisa mendengar suara langkah kaki menuju kamar. Ia yakin seratus persen kalau itu adalah Aditya, suaminya sekaligus pria yang sudah menyakitinya. Bahkan rasa sakit ini melebihi saat Aditya mengecekawannya dulu. "Sayang, maaf!" suara Aditya terdengar lirih. Ia mendekati sang istri yang kini sedang duduk tertunduk di atas tempat tidur. Bahu Nafisa terlihat bergerak naik turun pertanda bahwa wanita tersebut sedang menangis. Nafisa hanya terus menangis, ia sama sekali tak mengangkat wajahnya sedikitpun, bahkan ketika Aditya berlutut di depannya. "Aku bisa jelasi
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari