Haris melangkah menuju ranjang dan duduk di sisi ranjang, dia mencoba mengontrol emosinya, Haris menghela nafas panjang, tangannya meremas rambutnya dengan keras karena kepalanya berdenyut hingga membuat kepalanya terasa berat. Dia memejamkan matanya sejenak, laku berkata dengan pelan sembari menahan nafas. "Apakah diammu ini, membenarkan kenyataan bahwa kau telah menemukan pria lain yang mampu membuatmu bahagia? Pria yang jauh lebih muda. Jujur saja padaku, aku akan mempertimbangkannya, karena aku tak mungkin menahanmu sementara kau tersiksa denganku. Selama ini aku berusaha yang terbaik untuk rumah tangga kita, meski aku sadar, pernikahan kita bukan atas dasar cinta. Tapi aku menghargai kalimat sakral yang aku ucapkan sebagai bentuk ijab qabul…” Haris menarik nafas panjang, lalu menghem