Syaniah menatap sesuatu yang berada dalam genggaman tangannya dengan perasaan sulit mempercayainya. Sesuatu itu Syaniah dapatkan dari kurir pengantar barang pagi ini ketempat kerjanya.
"Tidak mungkin! Ini pasti salah ..." ucapnya sambil menggeleng tak yakin.
Syaniah sontak meremas sesuatu yang berada dalam genggaman tangannya tersebut yang ternyata adalah sebuah undangan pernikahan. Ada nama sahabatnya yang tercantum dalam undangan pernikahan itu dan memicu emosinya terpancing marah. Sehingga gadis itu pun bangkit dari meja kerjanya lalu dengan terburu-buru menyambar kunci mobilnya dengan cepat.
"Aku harus memastikan hal ini pada Keysa!"
Syaniah berjalan keluar dari gedung tempat kerjanya dengan cepat langsung saja menuju tempat kerja sahabatnya, Keysa. Syaniah langsung saja menuju gedung yang biasanya dijadikan lokasi atau tempat sewaan melangsungkan acara pernikahan yang Keysa dan timnya tangani.
Setelah sampai di sana dengan tak sabarnya Syaniah langsung melangkah masuk gedung tanpa ragu dan langsung menanyakan keberadaan Keysa kepada resepsionis.
Informasi mengenai Keysa yang sedang tidak berada ditempatnya membuat Syaniah kebingungan. Seingatnya hari ini adalah jadwal sahabatnya itu bekerja, lantas kenapa dia tak berada di tempat kerjanya saat ini dan menurut info yang didapatkan olehnya Keysa sedang cuti kerja?
"Mencari Keysa?" Tanya Manda yang melihat Syaniah yang tampaknya keingungan.
Syaniah mengangguk, "Hm, ya. Apakah kamu tahu Keysa ada di mana saat ini?"
"Keysa tidak masuk kerja hari ini, dia mungkin sedang berada dirumahnya beristirahat sebelum hari pernikahannya yang mungkin sangat menguras tenaga," beritahu Manda menjelaskan dengan lugas menyebabkan kening Syaniah mengerut.
Keysa sudah mengetahui semua ini dan tidak memberitahu dirinya?
Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa sahabatnya itu jadi seperti ini dan kenapa malah baru mengiriminya undangan lewat kurir dan bukannya memilih mengatakannya secara langsung sejak lama?
Syaniah menggelengkan kepalanya tak percaya pada dugaan yang ada dalam kepalanya. Satu hal yang pasti, Syaniah tak meyakini semua yang terjadi ini adalah rencana yang coba Keysa sembunyikan darinya, sebab Syaniah sangat mengenali sahabatnya itu.
Semua ini pasti rencana dari keluarga tirinya Keysa, ya itu pasti.
Dengan segera Syaniah pun merogoh teleponnya lalu menggubungi Keysa dan lantas menanyakan keberadaan Keysa. Setelah mengetahuinya dengan segera Syaniah menuju ke tempat yang Keysa beritahu.
□ □ □
Syaniah mengerutkan dahi, kaget menemukan sesuatu yang aneh di rumahnya Keysa. Ada banyak pria yang terlihat seperti bodyguart berseragam serba hitam sedang berjaga disekitaran rumah Keysa dan sepertinya di bagian dalam rumah juga ada. Hal itu mengakibatkan Syaniah makin keheranan saja dan tak ayal jadi sedikit meringis merinding sedikit takut melihatnya.
Namun, karena tekat Syaniah sudah bulat. Syaniah pun tetap masuk ke dalam rumah untuk menanyakan pertanyaan yang sedang mondar-mandir dalam kepalanya.
Diruang tengah ada Ibu dan saudari tiri sahabatnya Keysa. Kedua wanita itu tampak masih ramah kepadanya, tapi terlihat aneh dengan senyumannya yang sulit untuk dibaca.
Selang beberapa menit duduk di sofa setelah dipersilahkan, Syaniah mendengar sebuah isakan pilu yang menyayat hati. Isakan itu sangat Syaniah kenali dan sontak saja membuatnya tak ingin lama-lama aa meladeni dua orang keluarga tiri sahabatnya itu.
Suara tersebut juga telah serta merta menyebabkan Syaniah jadi cemas apalagi suara itu tanpa melihat empunya pun sudah Syaniah amat kenal sebagai suara milik Keysa milik sahabatnya.
"Aku tak mau menikah! Hikkksss-Hikkksss ... dan aku bukan isteri juga milik siapapun. Aaarrgghh!!" Teriak Keysa sambil mengerang frustasi.
Syaniah sontak dengan cepat berlari menuju asal suara tersebut. Kemudian menemukan keadaan sahabatnya itu begitu mengenaskan. Penuh air mata yang terus saja mengalir keluar dari pelupuk matanya yang telah bengkak dan memerah.
Menyebabkan Syaniah tak diam saja dan dengan prihatin langsung saja memberikan pelukan hangat guna menenangkan Keysa. Syaniah tak menduga hal ini, tapi dia tahu sekarang dalang dari Syaniah begini merupakan ulah Riana dan Ibu tirinya Keysa.
"Tenanglah, Keysa. Jangan begini, jika kamu tidak mau menikah, maka aku akan membantumu kabur dari tempat ini."
"Hikksss ... tidak, Syaniah. Kabur tidak akan mencegahku menikah dengan Arkan."
"Apa maksudmu, Keysa??"
Keysa menghapus air matanya kasar mencoba tegar lalu menceritakan semuanya dengan suara serak.
"Aku sudah menikah dengan Arkan. Dia sudah menjadi suamiku di mata hukum, hikss ... aku bahkan sudah menjadi milik Arkan sepenuhnya. Laki-laki itu telah memiliku, setelah membeli diriku layaknya barang dari Ibu tiriku, hikkss ..."
"Apa!" Syaniah tak percaya. Sungguh kelakuan kedua orang keluarga tiri Keysa benar-benar keterlaluan mereka sudah kelewat batas. "Ini nggak bisa dibiarkan, kita harus menuntut mereka!!" Sambung Syaniah mengeram marah.
"Menuntut bagaimana? Aku bahkan sudah membubuhkan tanda tanganku sebagai persetujuan akan hal itu, aku bahkan tanpa sadar sudah setuju mereka menjual diriku sendiri Syaniah ...." Air mata Keysa kembali mengalir tanpa dapat dicegah.
Sementara itu Syaniah yang kegeraman tak dapat menahan amarahnya lagi segera melepaskan pelukan Keysa dan beranjak menemui kedua keluarga Keysa yang belakangan ini terlihat baik dan ternyata semua itu cuma bagian dari rencana busuk mereka. Oh, ternyata inilah udang dibalik batu kebaikan dua orang tersebut sebelumnya.
"Sialan, kalian berdua! Dasar biadab!!" Amuk Syaniah sambil setengah berlari menghampiri dua yang yang sudah menyakiti sahabatnya.
Langsung saja menjambak rambut Riana yang saat itu sedang tidak sigap dan kini hanya bisa meringir sakit.
"Hentikan, Syaniah!! Apa yang kamu lakukan kepada putriku? Lepaskan tanganmu, rambutnya bisa rontok ...." Ibu Tiri Keysa tampak begitu cemasnya.
Syaniah yang sudah dikuasai amarah tak mendengarkannya dan Keysa yang mengikutinya dari belakang hanya menangis tak ingin mencegahnya. Biarlah jambakan sahabatnya jadi balasan atas kejahatan dua orang itu, meskipun hasilnya takkan sebanding dengan apa yang dirasakannya sekarang ataupun tidak bisa mengembalikan apa yang sudah terjadi.
"Hentikan, Syaniah. Aku bilang hentikan!!" Perintah Ibu Tiri Keysa sambil mencoba menyingkirkan Syaniah dari putrinya.
Tidak bisa. Syaniah yang sudah dikuasai amarah melihat sahabatnya diperlakukan semena-mena layaknya barang yang diperjual belikan membuatnya lebih kuat dari yang seharusnya. Riana bahkan merasa rambutnya seakan mau lepas saja dari kepalanya.
"Kamu terus saja meminta hentikan, lalu bagaimana dengan Keysa? Kalian tidak berperasaan, tega sekali menjualnya selayaknya barang!!! Apa kalian bisa menghentikan itu dan mengembalikan semua yang terjadi, hahh?!!" Syaniah menjeda kalimatnya melihat reaksi yang wanita paruh baya itu berikan dan Riana yang terus saja menjerit kesakitan. "Tidak, kalian tidak akan mau melakukan hal itu. Karena kalian lebih menyukai uang, tapi jangan salahkan aku yang juga lebih menyukai menjambak rambut Riana seperti ini ketimbang diam saja membiarkan kalian senang menikmati hasil pikiran sampah kalian ...."
"Aaarrggh! Sakit ..." Teriak Riana tak tahan ketika Syaniah makin menguatkan jambakan pada rambutnya.
Ibunya yang melihat itu ikut merasa kesakitan dan mencari akal. Akhirnya tangan yang berusaha melepaskan tangan Syaniah rambut putrinya dia lepaskan, tapi wanita paruh baya itu bukannya pasrah melainkan berniat mencari jalan keluar. Tangan keriput yang biasanya membelai panuh cinta uang, kini dengan terpaksa beralih menarik rambut Keysa sama halnya seperti yang Syaniah lakukan kepada Riana.
Namun, belum juga sederet kalimat dia ucapkan untuk mengancam balik Syaniah. Suara bas juga tegas dari arah belakang menghentikan dirinya.
"Lepaskan tangan kotormu dari rambut isteriku!"
*****