DAT | Berhasil

1049 Kata
Memasuki minggu ke-enam, Asma mulai merasakan dadanya yang makin terasa berat. Puncaknya juga terasa begitu nyeri tanpa dirinya tau penyebabnya. Beberapa kali Asma harus berganti ukuran pakaian dalamnya karena volume dadanya yang terus bertambah. Dia sampai merasa malu sendiri dengan ukuran dadanya. Pagi ini, Asma bangun lebih awal dari biasanya. Langit masih gelap ketika gadis itu membuka kedua matanya. Bukan tanpa sebab Asma bangun ketika hari masih begitu pagi. Gadis itu terbangun karena merasakan rasa nyeri yang teramat pada dadanya. Kedua matanya yang sembab seketika terbuka lebar-lebar saat merasakan rasa sakit yang menderanya. Memaksakan untuk bangun, Asma terkejut saat mendapati baju bagian dadanya terlihat basah. Dengan d**a membuncah, Asma menyingkap baju yang dia kenakan ke atas. Dan lagi-lagi terkejut saat menemukan pakaian dalamnya juga basah. Asma memilih untuk melepaskan pakaian atasnya. Membuat dirinya kini bertelanjang d**a di atas ranjangnya. Iris bening gadis itu sontak membelalakkan dengan apa yang baru saja dia lihat. Dadanya yang terasa penuh hingga terasa nyeri, kini tampak mengeluarkan cairan berwarna putih dalam jumlah yang banyak. "Ya Tuhan.. i-ini.. " Asma kehilangan kata-katanya. Perasaan haru mulai melanda hatinya. Yang membuat gadis itu tanpa sadar meneteskan air matanya. "Akhirnya berhasil juga.. " desah Asma dengan senyum haru. Walaupun dadanya terasa nyeri, Asma tak dapat menutupi rasa senangnya karena program laktasi yang dia jalani berhasil. Dia sangat bersyukur karena dalam waktu enam minggu saja dia berhasil mengeluarkan ASI. Masih dengan rasa senangnya, Asma dengan perlahan kembali memakai pakaiannya. Rencananya dia akan membersihkan dadanya yang lengket di kamar mandi. Rumah Asma memang sederhana, namun ukurannya cukup luas. Rumahnya dilengkapi tiga kamar, ruang tamu, ruang bersantai dan dapur. Sedangkan untuk kamar mandi hanya ada satu di dekat dapur. Asma membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan hati-hati. Hari masih begitu pagi karena matahari masih belum muncul. Dia tidak ingin membangunkan Basuki, atau Dika yang berada di kamar pria itu. Semalam, Basuki memang meminta Asma menidurkan Dika di kamarnya saja. Dia sedang ingin tidur bersama putra mungilnya. Kembali ke Asma, gadis itu kini sudah berada di dalam kamar mandi. Asma menanggalkan semua pakaiannya dan menggantungnya di gantungan yang terpasang di belakang pintu. Gadis itu berdecak pelan saat melihat cairan putih itu terus keluar dari dadanya. Sepertinya Dika harus segera menghisapnya agar tidak membuang-buangnya secara percuma. Butuh perjuangan bagi Asma hingga sampai di titik ini. Dimana dia harus melewati berbagai rasa selama menjalani program laktasi. Dari rasa sakit dan nyeri yang dia rasakan setiap hari. Sampai rasa malu saat Basuki membantunya pumping. Bahkan pria itu juga pernah beberapa kali menghisapnya atas saran Dokter Juanda. Asma tak ingin memusingkan apa yang sudah terjadi. Dia lantas bergegas membersihkan dadanya yang terasa begitu lengket. Sekalian saja dia mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Tak membutuhkan waktu yang lama, Asma telah keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang lebih segar. Gadis itu sengaja tidak mengancingkan semua kancing bajunya karena akan melakukan pumping. Asma mendudukkan dirinya di kursi makan dengan kedua dadanya yang terekspos bebas. Setelah itu, dia mulai memasang selang pada salah satu dadanya yang terhubung dengan botol dot. Sesekali terdengar ringisan kecil yang keluar dari bibir gadis itu selama kegiatan memompa dadanya. Asma cukup merasa lega karena rasa berat pada dadanya mulai berangsur menghilang. Sepertinya hal itu terjadi karena volume ASI yang baru saja dia keluarkan. Gadis itu tak dapat menahan senyumnya melihat botol yang kini terisi cairan putih miliknya. Asma lalu membenahi pakaiannya dengan wajah berseri. Ketika Asma baru selesai membereskan peralatan pumpingnya, terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah dapur. Tanpa perlu menebak, dia sudah tahu siapa gerangan yang datang menghampirinya. "Kamu di sini ternyata." ujar sebuah suara berat milik Basuki. Asma mendongak dan bertemu pandang dengan iris gelap milik bapak sambungnya. Gadis itu tersenyum kikuk dengan wajah memerah melihat penampilan pria itu. Saat ini Basuki memang hanya memakai celana pendek saja. Dia membiarkan tubuh atasnya yang terbentuk terpampang bebas di mata Asma. Jangan lupakan rambutnya yang tampak berantakan karena baru bangun tidur. "Ada apa, Pak?" tanya Asma sembari menyelipkan helaian rambutnya yang terjatuh ke telinganya. Netra Basuki tertuju pada botol dot yang ada di atas meja. Lalu kembali menatap wajah cantik Asma. "Bapak mau mandi. Kamu bisa kan jaga adikmu dulu?" kata Basuki. Asma tentu saja langsung mengangguk. Dia bergegas pergi dari dapur untuk segera menemui Dika. Di sisi lain, Basuki mengernyitkan dahinya begitu melihat Asma langsung pergi dari hadapannya. Netranya kembali tertuju pada botol dot berisi cairan putih yang dia pikir adalah s**u formula. "Tch. Bisa-bisanya dia lupa membawanya." decak Basuki tak habis pikir. Basuki memilih untuk membiarkannya tetap di sana. Biasanya Asma memang mendiamkannya terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa panasnya. Selagi menunggu s**u formula itu hangat, Basuki memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi. Dia ingin membersihkan tubuhnya yang terasa lengket karena terkena ompolan Dika. Rasa dingin nan segar langsung dirasakan oleh Basuki saat air mengguyur seluruh tubuhnya. Pria itu terpejam menikmati sensasi menyegarkan pada tubuhnya yang terasa lebih ringan. Ketika kedua matanya terbuka lebar, iris gelap Basuki langsung tertuju pada sepasang pakaian dalam yang masih tergantung di gantungan yang berada di belakang pintu. Basuki sontak membuang wajahnya ke arah lain saat menyadari siapa pemilik pakaian dalam itu. Namun matanya justru terus tertuju pada benda keramat itu. Tenggorokan Basuki mulai tercekat dan dengan susah payah dia menelan ludahnya. Iris gelapnya tanpa sadar terus memperhatikan benda itu. "Ya Tuhan.. hanya melihat benda ini saja pikiranku sudah kemana-mana." Basuki menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menyadarkan diri. Setelah ciuman yang dia lakukan pada Asma tempo hari, pikiran Basuki memang mulai dipenuhi oleh gadis itu. Entah apa yang terjadi pada dirinya yang dengan lancang memikirkan anak sambungnya itu. Tak ingin lepas kendali dan berbuat yang tidak-tidak setelah tak sengaja melihat pakaian dalam Asma, Basuki lantas segera keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar. Masih dengan celana pendek yang dia kenakan sebelumnya, Basuki menyambar botol dot yang ada di meja dan membawanya menuju kamarnya. Bersenandung pelan, langkah kaki Basuki semakin dekat dengan kamarnya. Pria itu bisa melihat pintu kamarnya yang terbuka lebar dari tempat dia berdiri sekarang. Ketika dirinya baru saja sampai di ambang pintu, langkah kaki Basuki seketika terhenti. Netra gelapnya membelalak saat melihat apa yang ada di depannya saat ini. "Asma kamu.. " Basuki tampak begitu terkejut saat melihat Asma tengah menyusui Dika. Namun bukan hal itu yang membuat dirinya terkesiap. Melainkan cairan putih yang terus keluar dari puncak d**a sebelah kiri Asma. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN