Bab 17. Meraba Diam-diam?

1043 Kata
"Pak Leo! Anda sudah bangun?!" Tanya Miyabi terkejut. Leo pun menyunggingkan senyuman mendengar itu. "Hm. Kenapa? Kamu kecewa, karena tak bisa meraba wajah saya secara diam-diam lagi?" Miyabi pun tersenyum kecut mendengar itu. Leo yang melihat itu pun tak tahan untuk tak mencium pipinya sekilas. "Lain kali jangan diam-diam lagi! Saya itu adalah milik kamu! Jadi kamu bebas meraba wajah saya kapanpun kamu mau!" Ucap Leo yang meraih tangan Miyabi, lalu menyimpannya di pipinya. Seketika Miyabi pun tersenyum. "Terima kasih ya, Pak Leo, terima kasih karena sudah hadir dalam hidup saya dan menjadi dewa penolong saya. Saya tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau Pak Leo tidak ada. Mungkin saya masih kebingungan memikirkan bagaimana caranya menyelamatkan ibu saya." Leo pun mencium tangan Miyabi. "It's okay, no problem. Selama itu bisa membuatmu tenang, apapun akan saya lakukan." Miyabi pun berhamburan memeluk Leo. Leo tersenyum melihat itu. Lantas membalas pelukan Miyabi. Entah keberanian apa yang merasuki Miyabi akhir-akhir ini. Semakin ke sini dia semakin berani untuk berinteraksi intim dengan Leo. Bahkan kini dia sudah tak malu-malu lagi untuk bermesraan dengan laki-laki itu. Seolah dirinya meyakini, kalau dia itu wanitanya Leo. "Hm, ya sudah. Kalau begitu kamu kembali istirahatlah! Saya akan mandi dan siap-siap ke kantor." Seketika Miyabi pun melepaskan pelukannya dan menatap Leo. "Lalu saya? Apa Saya gak ikut pergi juga?!" Leo tersenyum. "Takutnya kamu masih merasa lelah setelah aktivitas semalam. Dan lagi, takutnya lukamu juga masih belum sembuh." "Saya sudah tidak apa-apa kok, Pak Leo, lebih baik saya ikut ke kantor juga. Tapi sebelum itu, sepertinya saya ingin pergi ke rumah sakit dulu untuk melihat keadaan ibu saya. Tidak apa-apa, 'kan?" Leo mengangguk. "Hm, tidak apa-apa. Saya akan minta orang untuk mengantarkanmu ke sana!" Miyabi pun mengibas-ngibaskan tangannya. "Tidak, tidak! Tidak usah Pak Leo, saya pergi sendiri saja. Saya tidak ingin merepotkan Anda lagi." Leo pun menatap serius Miyabi, dan menarik dagunya. "Kamu itu wanita saya! Jadi mulai sekarang, kamu akan keluar dengan orang saya!" Miyabi membulatkan matanya mendengar itu. Apakah Leo benar-benar mengkhawatirkannya? Pikir Miyabi. Seketika senyuman pun tersungging di bibir Miyabi lalu dia pun mengangguk. "Baiklah, terserah Pak Leo saja kalau begitu." Leo pun tersenyum. "Hm, good!" Lalu melepaskan dagunya. "Kalau begitu mandilah! Saya akan meminta orang untuk menunggumu di luar." Miyabi kembali mengangguk. Lantas dia pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dia pun membersihkan tubuhnya. **** Setelah selesai bersiap Miyabi pun akhirnya pergi ke rumah sakit dengan seorang sopir yang merupakan orangnya Leo. Sementara Leo, laki-laki itu sudah pergi ke perusahaan bersama dengan Brandon. Brandon merasa terkejut saat mendapati atasannya itu tinggal bersama dengan Miyabi di apartemen. Namun sebagai bawahan, dia merasa tidak berhak untuk mempertanyakan status mereka. "Saya harap kamu merahasiakan ini dari siapapun, Brandon. Jangan sampai ada orang yang tahu, kalau saya dan Miyabi memiliki hubungan. Dan awasi siapapun yang berinteraksi dengan Miyabi. Jangan sampai Miyabi mendapatkan masalah lagi seperti sebelumnya! Saya tugaskan kamu untuk terus mengawasinya!" Brandon mengangguk menanggapi itu. "Baik, Tuan Leo." **** Sementara itu Miyabi, akhirnya mobil yang mengantarkannya pun tiba di halaman rumah sakit. Dia pun bergegas pergi masuk ke dalam setelah lebih dulu berpamitan kepada sopir tersebut. Dia sungguh tidak sabar ingin melihat kondisi ibunya. Sebelumnya orangnya Leo sudah mengabarkan kepadanya kalau ibunya itu sudah siuman. Dan Miyabi pun terlihat begitu senang mendengar kabar tersebut. **** Sementara itu di ruang rawatnya Yumna, Yumna sedang berbicara dengan kedua putrinya, Sherly dan Vivian. Rupanya diam-diam Sherly dan Vivian pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ibu mereka. Mereka pergi ke sana secara diam-diam tanpa sepengetahuan Wilson ayah mereka. "Vivi kangen banget sama Mama! Vivi senang akhirnya bisa melihat mama siuman," ucap Vivian sambil memeluk ibunya itu. Yumna pun tersenyum mendengarnya. "Mama juga senang akhirnya bisa melihat kalian. Tapi di mana kakak kalian Miyabi? Kenapa dia tidak ikut datang?" Tanya Yumna. Seketika Vivian dan Sherly pun saling menoleh satu sama lain dan menggeleng-geleng kepala. "Kami tidak tahu Ma, sejak kemarin kami tidak melihat kak Miyabi. Sebelumnya dia bilang kalau dia akan bekerja di perusahaan barunya, tapi sejak itu dia tidak ada pulang ke rumah. Kami juga tidak tahu dia di mana," ucap Sherly. Yumna pun nampak terlihat khawatir mendengar itu. "Ya ampun, lalu di mana kakak kalian itu? Apakah dia baik-baik saja saat ini?" Gumam Yumna di sela kekhawatirannya. Vivian pun menggenggam tangannya. "Sepertinya kak Miyabi tidak berani pulang karena sebelumnya dia dipukuli oleh papa. Mungkin itu juga alasannya kenapa dia tidak pulang semalam." Yumna terkejut mendengar itu. "Apa?! Papa kalian memukuli Miyabi lagi?! Kenapa? Apa alasan dia memukuli Miyabi? Apakah Miyabi melakukan kesalahan?" Sherly dan Vivian pun saling mengedikkan bahu mereka masing-masing. Seketika Yumna pun menghela nafas gusar mendengar itu. Entah apalagi kesalahan Miyabi kali ini. Hingga membuat suaminya itu marah kepada putrinya itu, pikir Yumna. Ini bukan kali pertama suaminya itu melakukan kekerasan terhadap Putri sulungnya. Semua itu sudah terjadi bertahun-tahun lamanya. Bahkan sejak Miyabi masih kecil. Dan Yumna sungguh merasa menyesal karena tidak bisa melindungi putrinya itu. Karena setiap kali Miyabi mendapatkan perlakuan buruk dari suaminya, hanya dirinya lah yang akan melindunginya dan berusaha untuk melerai keadaan. Namun kali ini dia tidak melindunginya, Karena pada saat kejadian, dia saja masih belum siuman. Yumna pun sungguh menyesali itu. Hingga kemudian Miyabi pun datang. Seketika perhatian semua orang pun teralihkan kepadanya yang tiba. Vivian tersenyum melihat Kakak kesayangannya itu. Lantas dia pun berhamburan ke pelukan Miyabi. "Kak Miyabi!" Teriak Vivian sambil berlari ke arah Miyabi. Miyabi pun mendekap adiknya itu dengan penuh kerinduan. "Vivian, Kakak tidak menyangka kalau kalian di sini, Kakak pikir kalian tidak akan ke sini," ucap Miyabi sambil menoleh ke arah Sherly. Sherly pun turut menghampiri Miyabi. "Sebenarnya kami datang ke sini secara diam-diam Kak, karena papa melarang kami untuk datang ke sini. Dia meminta kami untuk fokus sekolah dan kuliah saja." Miyabi pun menatap sendu perkataan Sherly tersebut. "Benar kata papa! Kalian fokus sekolah dan kuliah saja. Biarlah mama menjadi urusan Kakak!" "Tapi tadi pada saat kami datang ke sini, kami tidak mendapati Kakak di sini. Yang ada hanyalah seorang pria yang berdiri di depan pintu kamarnya mama. Siapa orang itu? Dan, ke mana Kakak pergi? Kenapa Kakak tidak menjaga mama di rumah sakit? Kakak juga tidak pulang ke rumah. Lalu ke mana Kakak semalam?" Seketika Miyabi pun terdiam mendengar pertanyaan Sherly tersebut. Dia bingung harus menjelaskan bagaimana kepada adiknya itu. Bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN