Menyusahkan

1861 Kata
Setelah lebih dari dua jam perjalanan. Dari kota bogor ke jakarta. Kini mereka telah sampai tepat di apartemen milik Akbir. Niatnya mau mengantar Veve kerumahnya. Tapi Raga tidak tega jika harus meninggalkan Veve sendiri. Karena orang tua Veve sedang tidak ada dirumah. "Menyusahkan saja. Bagaimana kalau kita dituduh orang jahat? " tanya Akbir dengan nada tinggi. Dia enggan untuk menerima usulan Raga agar Veve ikut menginap di apartemenmya. "Ayolah Bir. Ini sudah malam, dirumah Veve tidak ada orang. Lagian ini apartemen. Oarng-orang juga akan masa bodoh walau Veve menginap disini. Kau juga bisa bilang dia adhikku" Kata Raga mencoba menjelaskan. "Baiklah terserah kau saja. Cepat kau bangunkan anak itu" "Ve.. Ve.. Veve bangun.. Sudah sampai! " Raga membangunkan Veve yang sudah terbang ke alam mimpi dengan sedikit mengguncangkan tubuh Veve. "Ve bangunlah..!!" Ucap Raga lagi.. Tapi sepertinya Veve enggan sekali untuk bangun. Akbir yang mulai jengah dengan situasi ini. Langsung mengambil sebotol air mineral di dasbor mobilnya. Byyurrrr!!!... "Hah..hah.." Veve gelagapan karena tiba-tiba ada yang mengguyurnya air. Dia sampai terbatuk-batuk karena airnya masuk dalam hidung. Sedangkan Raga menganga tak percaya atas apa yang baru saja diperbuat oleh sahabatnya itu. "Kasar banget sih sama cewek" Protes raga dengan mata melotot. hey..! itu sepupunya yang paling unyuk di perlakukan kayak anjing. pake di guyur air segala. "Biarin!" Ketus Akbir. 'Bener-bener Pms nih orang' gerutu Raga dalam hati Dengan kasar Veve mengusap wajahnya yang basah kuyup. Dia keluar dari mobil dengan membanting pintunya keras hingga menimbulkan suara. "Kau bisa merusak mobilku!" Ucap Akbir tak terima pintu mobilnya dibanting. "Kau bisa menghilangkan nyawaku! "Teriak Veve tak mau kalah. "Apa yang kulakuan?" Tanya Akbir santai. "Kau mengguyurku air tepat dihidungku. Kalau aku mati gimana? " Kata Veve kesal. " Well.. Raga yang mengguyurmu. Bukan aku" Jawab Akbir masih bersikap santai. "Aku tidak membawa botol air. Lihat!" Kata Akbir sambil menunjukkan kedua tangan kosongnya. "Tangan Raga basah.. Berarti dia yang mengguyurmu. Mungkin dia saat membuka tutup botol tangannya tertumpah air." Tambahnya lagi yang sontak mendapat tatapan melotot dari Raga. Veve memandang Raga mendelik. "Bu.. Bukan aku Ve.. Dialah orangnya." Elak Raga yang tak mau disalahkan. Ini memang konyol.. Akbir yang berbuat tapi, Raga yang disalahkan. Veve melihat kedua pria dihadapannya sambil memberengut kesal. Untung pakainannya tidak basah karena tertutup jas Akbir. "Kalian berdua harus aku laporkan pada komnas HAM. Ini termasuk pelanggaran berlapis. Pertama, kalian menganiyaya anak kecil. Kedua, perencanaan pembunuhan." Kata Veve kesal berjalan memasuki apartemen meninggalkan kedua pria itu. "Haha.. Pelanggaran berlapis!" Ulang Akbir terkekeh. Pletakk!!! "Aawww" Ringis Akbir kala mendapat jitakan dikepalanya dari Raga. "Kau ini salah tak mau mengaku salah! " Kesal Raga. Tapi Akbir hanya menanggapinya dengan cengengesan yang menampilkan deretan gigi putih dan rapinya. "Tutup tuh mulut kalau tak mau gigimu aku congkel sekarang juga" Sinis Raga sembari berlalu menyusul Veve. Akbir hanya mengedikkan bahu acuh. "Baru tau kali ini.. Yang memiliki apartemen malah ditinggal sendiri" Ucapnya bermonolog. Kini mereka bertiga sudah sampai di Apartemen Akbir. Walau harus ada kejadian yang menyusahkan. Veve tersesat ke arah lain. Memang salah sendiri. Belum tau tempatnya malah jalan duluan. "Kau tidurlah dikamar sana, Aku dan raga akan dikamar sebelah"Ucap Akbir menunjuk sebuah kamar. "Baiklah aku akan tidur om. Baybay.. " Ucap Veve melenggang pergi. "Waalaikumsalam waroh matullohi wabarokatuh" Jawab Akbir sengaja mengeraskan suaranya. Dasar anak jaman now. Mau pergi tidak mengucap salam. Sinar mentari nenembus kulit seorang gadis yang sedang tertidur lelap. Tampak ia menggeliat dan mengerjapkan matanya beberapa kali menyesuaikan penglihatnnya. Gorden berwarna biru langit sudah terbuka lebar sehingga sinar matahari menerbos seluruh tubuhnya. Siapa yang membukanya? Batin gadis itu yang tak lain adalah Veve. Veve terlalu lelap dalam tidurnya hingga dia baru bangun jam 8 pagi. Perlahan dia bangun dari tidurnya. Dia langsung melotot ketika matanya bertemu pandang dengan mata hitam lekat milik Akbir. Kini tampak Akbir berdiri tepat didepan ranjang sambil berkacak pinggang. Tak lupa juga tatapan mata tajamnya mengarah tepat di manik mata Veve. "Jam segini baru bangun eh? " Tanya Akbir sinis. "Aku mengantuk sekali" Jawab Veve yang berusaha santai. Tersadar dengan apa yang dilakukan. Akbir langsung melepas kontak matanya. Dia mengalihkan pandangannya keluar jendela. "Cepat mandi dan turun untuk sarapan. Kutunggu 15 menit" Ucap Akbir tegas. "Bilang saja om mau aku memasak kan? .. Tenang saja. Aku akan memasak untuk om.. Memang jaman sekarang orang membantu minta imbalan" Gerutu Veve melenggang pergi. Akbir menghela nafasnya pelan "Aku bicara apa, dia jawabnya apa.. Tidak nyambung." dengusnya. Setelah lebih dari 20 menit akhirnya Veve selesai membersihkan diri. Ia dengan segera menuju ke dapur. Disana dua orang pria telah menunggunya dengan secangkir kopi dihadapan masing-masing. Raga tampak santai dengan ponsel ditangannya. Sedangkan Akbir tampak sinis melihat kedatangan Veve. "Terlambat lima menit tiga puluh sembilan detik" Ejek Akbir. Veve mendengus kearah Akbir. Kenapa dia selalu salah dihadapan Akbir? Pikirnya. "Kau menyuruhku untuk masak kan? Tenang saja.. Aku yang akan memasakkanmu masakan yang paling enak! " Ucap Veve sombong. Akbir menaikkan sebelah alisnya" Benarkah? " Tanyanya tidak yakin. "Tenang saja.. Masakan ala Veve adalah masakan yang terbaik jaman now! Aku tidak yakin saja pria jutek sepertimu bisa memasak makanan." Kata Veve angkuh berjalan membuka lemari es. Veve memang hobi sekali dalam hal memasak. Setiap hari diwaktu luang pasti dia akan menyempatkan diri untuk memasak. Entah itu untuk sarapan, makan siang atau makan malam. Dan tidak perlu diragukan lagi bagaimana rasa masakannya.. Ya.. Kalian pasti tau jawabannya. Tidak karuan. Ingat! Rasanya Tidak karuan. Tapi dia dengan seribu rasa percaya dirinya yang tinggi menganggap masakannya adalah masakan paling enak. Sudah! Tidak bisa diganggu gugat pemikirannya itu. Raga hanya terkekeh melihat tingkah adhik sepupunya itu. Dia membiarkan adhiknya bertingkah sesuka hatinya. Seraya menyeruput kopi ia mengalihkan perhatiannya kembali pada ponsel. Sedangkan Akbir mengamati setiap gerak-gerik gadis remaja itu. Veve bekerja amat rapi. Veve terlihat senang kala dia memasak. Menu yang dipilihnya kali ini adalah Ham and chese crapes. Petama dia membuat adonan crepes terlebih dahulu. Akbir yang mengetahui Veve akan membuat crepes, ia berniat membantu. "Mana biar aku yang buat!" Katanya sambil merebut adonan yang dibawa Veve. "Hai om kembalikan..kalau om yang buat aku yakin nanti akan gosong." Sungut Veve kesal. Dia paling tidak suka kalau saat memasak ada yang mengusiknya. "Adonanmu kurang cairan! " Ucap Akbir menunjuk adonan. " Tidak.. Ini sudah benar. 4 butir telur dengan 300 ml air dan 250 tepung." Kata Veve. "Aku yakin adonanmu bantat." Ucap Akbir sinis kembali duduk ditempatnya. Mood Veve sudah menurun kala mendengar ucapan Akbir yang sok itu. Dia membuat Crepes dan isiannya dengan bersungut-sungut. Terdengar suara tawa dari belakangnya yang tak lain disebabkan oleh dua pria bersahabat itu. "Bung.. Apa kau punya karet? " Tanya Raga dengan suara dikeraskan. "Kurasa punya. Buat apa?" Jawab Akbir juga dengan nada dikeraskan juga. "Buat nguncir bibir orang yang bibirnya monyong.. Hahaha" Jawab Raga dengan tawanya yang meledak. "Kayak paruh bebek" Timpal Akbir yang juga tertawa. Veve yang merasa bahwa dirinya sedang dijadikan bahan lelucon pun tak terima, ia mengomeli keduanya seraya berkacak pinggang. "Kalian berdua memang benar-benar pria menyebalkan. Sudah baik aku mau memasak untuk kalian. Seharusnya kalian bertrimakasih kepadaku. Kapan lagi aku mau memasak untuk pria tidak tau untung seperti kalian. Kalian juga tidak akan bisa merasakan makanan enak ala Veve Veronica Arcintya." Jelas Veve panjang lebar dengan bernada angkuh. "Well.. Kurasa, rasanya akan membuatku muntah," Ucap Akbir sinis melirik raga. "Mungkin" Jawab Raga juga melirik kearah Akbir. "Huftt kalian benar-benar pria yang menyebalkan." Geram Veve mengambil Crepes dan menata dipiring kedua pria itu dan terakir di piringnya sendiri. "Kalau tidak mau makan ya terserah kalian, aku bisa menghabiskannya sendiri" ucap Veve melihat kedua pria itu yang hanya diam. "Wanita perut karet" Sinis Akbir. "Wanita perut tong" Timpal Raga. "Wanita perut tangki" Akbir mencibir lagi. "Wanita bermulut buaya" Raga juga tak henti-hentinya mencibir. Veve ingin membuka mulutnya untuk protes. Tapi belum sempat ia mangap, ia sudah disela oleh cibiran Akbir. "Wanita bermulut singa" Karena geram Veve melempar sendok dan garpunya kearah kedua pria itu tepat dibagian tubuh masing-masing. Itu berhasil membuat kedua pria yang sejak tadi mencibir diam seketika. Veve mendekatkan piringnya dan mulai memakan makanannya dengan tangan. Tak peduli lagi walau dia belum mencuci tangannya. Dia terlalu lapar dan terlalu kesal karena ocehan Akbir dan Raga. Sedangkan Akbir dan Raga tertawa terbahak melihat Veve yang geram sambil memakan Crepesnya dengan tangan. "Dih jorok"Cibir Akbir. Tapi Veve sama sekali tak menimpali ocehan Akbir. Dia fokus memakan hasil masakannya. Ketika dapat 3 suapan dia baru menyadari kalau rasanya aneh. Ini berisi daging ham dan chesee, tapi kenapa rasanya aneh sekali. Batinnya sendiri. Akbir yang mengetahui ekspresi Veve sudah mengerti seketika. Raga yang memakan makanannya pun juga berhenti kala merasakannya. "Crepes dengan banyak gula. Rasanya aneh dan tidak enak" Kritik Akbir sombong. "Jangan asal bicara. Ini enak. Bahkan kau belum memakannya "Ucap Veve tidak terima. "Aku tak perlu memakannya hanya untuk mengetahui bagaimana rasanya" "Kau ini seperti seoarang Chef saja. Huh.. Bahkan kau untuk memegang sause pan saja ku yakin tidak bisa " Akbir mulai memakan makanannya. Satu suapan saja dia sudah meletakkan sendoknya "Adonannya bantat. Seharusnya 4 telur dengan 250 gr tepung dan 375ml cairan, bukan 300ml. Adonan Creapes bila dipadukan dengan keju maka tak akan cocok bila diberi gula, dan ini terlalu banyak mustard sehingga rasanya aneh, kurang merica dan kebanyakan garam. Sungguh makanan paling horror yang pernah ku makan" Komentar Akbir yang terdengar santai sambil mengelap tangannya. Veve tercengang mendengar penuturan Akbir. Bagaimana Akbir bisa tau kalau kebanyakan mustard?. Memang tadi Veve kebanyakan menambahnya, tapi bukan ukuran yang banyak, hanya kelebihan setengah sendok saja. Tapi kenapa lidah Akbir begitu peka?. Akbir bangkit dari duduknya. "Raga, bersiaplah kita akan berangkat ke tempatku 15 menit lagi, juga mengantar gadis itu pulang." Kata Akbir berlalu pergi. Raga hanya mengangguk mengiyakan. Dia sedang menunggu di ruang tengah bersama Veve. Mendengar derap langkah Raga menengok kearah Akbir yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Tapi dia bingung. Kenapa Akbir berpakaian seperti itu. Bukankah dia hanya akan memantau? Tanyanya dalam hati. "Sudah siap! Ayo berangkat! " Titah Akbir. Veve yang sedari tadi fokus pada ponselnya kini menengokkan kepalanya. Dan begitu tercengangnya dia ketika melihat Akbir. Rasanya dia terlalu shock hingga mulutnya menganga lebar. Pipinya juga memerah seperti yujin crab karena menanggung malu. Bagaimana tidak malu kalau dia tercyduks sebagai orang sok pintar dan sombong dalam hal memasak. Karena dia yakin sekarang kalau Akbir adalah seorang Master Chef. Terlihat dari pakaian yang dikenaka Akbir. Double breasted jacket berwarna merah dengan lengan bergaris hitam, juga nectie hitam yang dikenakannya lengkap dengan kain penutup kepala ala Chef. Veve menepuk jidatnya sendiri. Sekarang dia benar-benar malu sudah merendahkan Akbir dengan mengatakan kalau Akbir tidak akan bisa memegang sause pan. Tapi nyatanya.. Jangankan sauce pan. Semua alat masak mulai dari yang ringan hingga berat pasti Akbir menguasainya. Pantas saja lidahnya begitu peka. Veve berucap gugup sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "A.. ayo ki.. kita pergi. Mami sudah mencariku." ucapnya gugup dengan pipi yang masih memerah menahan malu. Raga terkekeh melihat semua itu. Sekarang dia tau. Kalau Akbir hanya berniat membuat malu adiknya. Memang Akbir seorang Master Chef. Tapi hari ini dia hanya berniat memantau. Lalu kenapa memakai pakaian Chef kalau bukan untuk membuat malu Veve. Akbir tersenyum kemenangan. Dia tau kalau Veve sekarang sangat malu. Terlihat jelas dipipi Veve yang memerah padam. "Skak!" Batinnya sinis.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN