Menghindar

1207 Kata

“Jawab!” bentak Ardika menekan rahangku dan memojokkan kepalaku ke sandaran kursi. Napasnya berderu menahan amarah. “F—farhan.” Aku memejamkan mataku menahan sakit dan menepis ketakutan yang mulai menghantuiku. Wajah Ardika tampak sangat marah, matanya memicingkan tajam dan dia mengeraskan rahangnya. Detik kemudian Ardika melepas paksa tangannya seraya berdecak kesal. Aku mengepal kedua tanganku saat mulai bergetar. Kemudian membuka mataku saat tanganku digenggam oleh Ardika. Namun, cepat aku menarik tanganku—enggan disentuh olehnya. “Kita pulang,” ujarnya. Sepertinya dia menyadari efek dari perlakuan kasarnya. Sepanjang jalan hanya keheningan yang menemani. Hingga kami tiba di apartemen, tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulutku dan Ardika. Tepat saat aku akan masuk ke dalam k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN