“Papa bohong!” Sehan masih berteriak di depan Pram yang sudah lemas. Sama halnya dengan Sehan, pria itu juga mencemaskan keadaan sang putri. Pram tidak menghubungi Saskia sama sekali sejak gadis itu memutuskan keluar dari rumah. Dan ketika ia melihat video yang dikirimkan Bu Rosa tempo hari, ia juga tidak menelepon gadis itu. Ia takut amarahnya yang meluap-luap akan tidak terkontrol. Namun, sekarang apa yang harus ia lakukan? “Papa enggak bohong, Sehan. Papa—” “Aah, sudahlah, Pa. Kali ini, Sehan benar-benar kecewa sama Papa.” Sehan berlalu usai mengatakan hal demikian. Sementata Pram membuang tubuhnya ke kursi kerjanya. Ia tak menyangka jika Sehan akan sangat marah seperti ini. Ia tahu, mereka tidak sepenuhnya salah. Mereka berhak saling suka karena bukan saudara kandung. Namun, Pram