Dress Code

1224 Kata
Raisa menjawab semuanya dengan perlahan dan penuh dengan ketenangan. “Jadi, Pak. Saya mau pergi café punya Arum, nantinya saya berangkat sendiri naik taksi. Ya pake pakaian normal lah, Pak. Alcohol? Enggak ada kayaknya tapi gak tau. Di sana banyak temen temen. Lagian bapak jangan khawatir, saya bakalan pulang dalam keadaan bersih dan gak akan bau alcohol sama sekali. Nantinya saya gak akan menginfeski bapak ataupun Kenzo kok.” Karena Raisa berfikir kalau Juan melarangnya melakukan itu karena dirinya akan membawa alcohol pulang. tapi tidak begitu, Juan was was kalau calon istrinya ini nanti digaet oleh sosok lain. “Jangan pulang lewat dari jam 10 malam.” “Pak! Cinderella aja nyampe jam 12 masa saya nyampe jam 10 malam.” “Yaiyalah, peraturan dari saya itu. kalau Kenzo kebangun gimana? Kamu mau tanggung jawab? Kan kamu pengasuhnya. Kalau kamu gak pulang sebelum jam 10 yaudah, saya gak akan kasih kamu izin buat keluar.” Juan melonggarkan dasi yang dia pakai. “Jangan lupa ingat apa yang saya bilang loh. Pikirkan baik baik juga. Kalau kamu lewat jam 10 pulangnya, kamu punya banyak titik lemah yang bisa saya sentuh, Raisa.” Kemudian Juan kembali ke kamarnya, meninggalkan Raisa yang mengepalkan tangannya kesal. Namun ekpresi itu segera dia ubah saat Kenzo keluar dari kamar dan memeluk kakinya. “Tante…,” ucapnya seperti itu. “Iya, Nak? Kok bangun?” Raisa berjongkok terlebih dahulu untuk menggendong Juan ke pangkuannya kemudian memberikan kecupan di pipi. “Udah nyenyak bobonya?” “Tadi denger suara Papa.” “Iya Papa udah pulang, lagi ke kamar lagi mandi kayaknya.” Baru juga Raisa mengatakan itu, Juan membuka pintu kamarnya dan mengatakan, “Raisa, air sama bajunya belum kamu siapin.” Raisa benar benar seperti ibu rumah tangga, dirinya menurunkan Kenzo terlebih dahulu. “Tunggu ya.” juga mematikan kompor sebelum masuk ke kamar Juan. Juan ingin ikut ke dalam bersama dengan Raisa, tapi anaknya menatap sambil menyipitkan mata. Jadi dia datang untuk mengusak rambut itu kemudian berbisik, “Kenzo diem sebentar ya.” “Papa mau apain tante?” “Nggak ngapa ngapain, Papa takut Tante malah pilihin baju yang aneh buat Papa.” memberikan kecupan di pipi sang anak sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana. Masuk ke kamar dan melihat Raisa yang sedang menyiapkan pakaian untuknya. “Bapak gak akan kemana mana kan? Saya mau pilihkan baju tidur buat bapak.” Nada yang ketus membuat Juan sadar kalau sosok ini tengah menahan amarah terhadapnya. Namun dia sendiri bingung harus bagaimana, jadi Juan hanya berdehem kemudian mengatakan, “Sampai jam 11 tidak apa apa. Soalnya besok kita bakalan berangkat ke Bandung. Saya takut kamu kecapean, Raisa. Please pahami saya.” Senyuman Raisa mengembang, jam 10 itu pesta baru dimulai. Kalau jam 11…. Memang sama saja sih, tapi setidaknya Raisa merasa kalau dirinya akan lebih puas. “Besok ke Bandung? Saya harus tetep pura pura jadi pacar bapak?” “Gak pura pura gak papa kok. Saya ikhlas. Gimana?” “Ih apaan sih, Pak.” “Ini demi kebaikan kamu. Kan nanti senin kamu mau menghadap ke Pak Iwan, yakin gak mau saya bantu?” Menelan salivanya kasar. “Yaudah besok kita berangkat. Saya mau siapin baju saya dulu buat dibawa ke sana.” “Bukan Cuma baju kamu, tapi baju saya dan juga Kenzo. Kita baru balik ke Jakarta lagi nanti minggu sore.” Saat Raisa membalikan badannya, dia kaget dengan Juan yang sudah berdiri di depannya. Membuat wajah Raisa hampir menabrak d**a pria itu. “Aduh, Pak! Munduran kenapa!” “Ya, siapin baju saya juga buat besok.” “Emang besok kita jam berapa berangkatnya?” “Pagi, Sayang. kamu budge apa gimana ini ya?” Juan jadi gemas sendiri, yang membuat Raisa segera menepis tangan pria yang hendak mencubit pipinya dengan gemas. *** Sebelum pergi ke café tempat Arum melakukan pembukaan, Raisa menyiapkan dulu pakaian untuk Kenzo. Memilah pakaian santai mengingat mereka akan berlibur. Raisa sedikit takut karena harus mengaku sebagai pacar dari dekan fakultasnya itu. dia enggan juga, takut nantinya malah jadi berkepanjangan. Namun apa boleh buat dikarenakan dirinya membutuhkan Juan, takut pada Juan. “Tante…,” panggil bocah lucu tersebut. “Kata Papa ayok makan malam dulu.” “Gak papa, Kenzo sama Papa duluan aja. tante masih packing buat besok kan mau berangkat.” “Kenzo mau sama Tante, mau mam disuapin Tante.” Anak yang manja, Raisa terkekeh melihat bagaimana anak itu merengek. Tapi dia harus buru buru, belum lagi dia harus mandi dan berdandan. “Duluan aja ya, minta sama Papa dulu yang suapin. Okey?” “Raisa, cepetan kamu makan malam dulu.” suara Juan yang dingin, penuh penekanan dimana mirip saat berada dalam ruangan kelas. Raisa berdecak, tidak suka jika Juan sudah menggunakan kekuasaannya untuk hal ini. Raisa menggendong Kenzo dan makan maalam di sana bersama dengan Juan juga. “Kamu nanti sakit, saya khawatir sama kamu.” Juan berucap demikian. “Cie Papa khawatir sama Tante ya?” “Iya, kan Tante yang asuh Kenzo. Kalau nanti Tante sakit, Kenzo mau nyari pengasuh baru?” Anak itu menggelengkan kepalanya dan memeluk Raisa. “Mau sama Tante Ica aja.” Raisa tidak mengatakan apapun, dia menyuapi Kenzo dan juga dirinya sendiri. Setelah selesai dan membereskan piring di meja, Kenzo langsung memakan camilannya sambil menonton televise. Sementara Juan masih berada di sana, menatap Raisa yang membereskan piring. “Bapak mau dibuatkan apa? Mau sesuatu?” “Raisa….” “Pak jangan mulai,” ucap Raisa dengan kesal. “Saya mau berangkat ini. kenzo gak papa ya gak saya tidurin malem ini? Soalnya temen temen saya udah pada berangkat. Saya belum mandi, belum dandan.” Karena kasihan, Juan akhirnya menghela napas dan mengangguk. “Tapi nanti kamu pulangnya harus jam 11.” “Iya, Pak. Makasih banyak.” Raisa segera menyelesaikan pekerjaan mencuci piringnya dan melangkah pergi dari sana setelah selesai. Juan yang memberitahu pada anaknya kalau Raisa akan keluar untuk sebuah urusan, yang mana membuat Kenzo langsung mengerucutkan bibir tidak senang. “Jangan khawatir, bentar lagi dia jadi milik kita,” gumam Juan pada dirinya sendiri. Dia memilih menemani sang anak di sana, menonton televise sambil memakan camilan. Mengabaikan tugasnya sebagai dekan yang menumpuk, Juan ingin menikmati waktu bersama dengan anak kesayangannya ini. Sampai ketika Raisa selesai berdandan, sosok itu keluar dari sana dengan pakaian yang agak seksi dan juga dandanan yang agak tebal. “Itu Tante Ica?” tanya Kenzo dengan terkejutnya. “Raisa, ganti baju. Itu terlalu terbuka.” Raisa menggelengkan kepalanya. “Gak mau! Ini baju baru. aku mau pake ini ke sana. udah lama mau pamer sama Arum.” “Saya bilang ganti, Raisa, itu terlalu terbuka. Nanti kamu masuk angin.” “Kan saya bawa jaket, Pak.” “Tante ica cantik kok, Pa,” ucap Kenzo secara tiba tiba. “Cocok bajunya.” “Tuhkan, Kenzo aja setuju. Bapak emang gak punya selera fashion kayaknya,” ucap Raisa mendekat pada Kenzo dan mengecup pipinya. “Jangan nakal ya, Tante pulangnya malem jadi tidur duluan aja. besok kita ke bandung sama sama. Oke?” “Oke.” Raisa bergegas pergi sebelum Juan berkomentar lagi. Sementara pria yang ditinggalkan itu menjambak rambutnya sendiri merasa frustasi melihat Raisa yang melangkah pergi dengan pakaian seperti itu. bagaimana jika dia memikat pria lain di luar sana? dan bagaimana jika dirinya mengundang hasrat lelaki dengan pakaian terbuka seperti itu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN