Semakin Sakit

1553 Kata
Hari sudah menjelang sore, ketika Laura terlihat keluar dari salah satu unit apartement dengan rambut yang terlihat masih basah dan seulas senyum di bibirnya. Wajah duka nya telah berganti dengan wajah bahagia. Wanita itu seolah telah kembali menemukan kekuatan dan semangatnya untuk menghadapi semua persoalan hidupnya. "Aku mampir ke butiknya Clara dulu ah, beberapa waktu hari yang lalu dia ada posting barang baru kayaknya," ucap Laura. Wanita itu lalu bergegas masuk ke dalam mobilnya, melajukan kendaraan roda empat itu meninggalkan basement apartemen menuju ke sebuah butik ternama. Setelah sampai ke tempat tujuannya, Laura kemudian memarkirkan mobil di depan butik lalu bergegas turun. Wanita itu melangkah ke dalam butik dengan dagu terangkat dan gayanya yang terlihat berkelas. "Selamat sore Bu Laura," sapa beberapa pegawai butik dengan ramah. "Selamat sore. Mana bos kalian? Ini, koq tumben pada kosong begini?" tanya Laura serayak menunjuk ke beberapa patung dan atalase yang terlihat kosong. "Eh, Laura. Ceria banget wajah kamu sore ini, kayak habis menang lotre saja?" Seorang wanita cantik dengan penampilan anggun dan lemah lembut datang menghampiri Laura. "Biasa saja. Jadi nyonya Arfa itu memang harus selalu ceria, rugi dong kalau tidak happy dan ceria," jawab Laura dengan gaya bahasanya yang tinggi. "Ngomong-ngomong, butik kamu koq terlihat banyak yang kosong barangnya Ra, memangnya kamu sudah tidak mampu beli barang buat isi butik kamu ini apa?" Laura bertanya sambil kembali mengedarkan pandangan matanya mengamati seisi butik milik Clara. Laura kemudian mendekat ke arah etalase yang biasa di gunakan Clara untuk memajang beberapa tas branded merek terkenal dari luar negri. Clara hanya tersenyum samar menanggapi ucapan Laura. Wanita cantik itu perlahan mendekat dan berdiri di samping Laura. "Bukannya aku tidak mampu mengisi butikku lagi Laura, masih banyak pesanan yang belum aku antarkan ke pelanggan istimewaku, karena sebagian barang masih dalam proses dan sebagian lagi masih dalam perjalanan. Kamu jangan pura-pura enggak tau deh," sahut Clara dengan tersenyum penuh arti. "Oh iya, koq kamu enggak pakai tas dan sepatu keluaran terbaru yang limited edition kemarin, tumben? Apa kamu mau ambil sisa tas yang ada saja?" tanya Clara kemudian. "Maksud kamu?" tanya Laura dengan dahi mengerut. "Kamu enggak usah pura-pura kaget gitu dong Laura. Bikin aku berdebar saja," sahut Clara dengan tersenyum penuh arti. "Beneran, aku memang enggak tau Ra. Memangnya ada apa sih?" tanya Laura semakin penasaran. "Yang borong semua barang di butik aku kan suami kamu, Mas Arfa. Bukannya dia beli semua barang-barang itu buat kasih kejutan ke kamu ya? Sampe warna dan detail ukuran saja Mas Arfa semua lho yang kasih tau. Dia juga pesen beberapa lingeri mahal. Uuh, so sweet banget sih," ujar Clara, serayak menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil tersenyum manis. Deg Laura langsung terdiam mendengar keterangan Clara. "Pasti mas Arfa membelikan barang-barang itu untuk wanita j*la*g kesayangannya," batin Laura. "Suami kamu romantis banget ternyata, aku jadi iri," lanjut Clara dengan wajah cerianya. Sementara Laura, darah wanita itu kembali mendidih mendengar penjelasan dari Clara, apalagi wanita itu tau, untuk siapa Arfa membeli semua barang-barang itu. Perlahan tapi pasti, Aleena mulai mengambil satu persatu apa yang menjadi milik Laura selama ini. "Tapi aku sempat kepikiran juga sih, koq ukurannya tidak sesuai dengan tubuh kamu Laura, terus warnanya juga bukan warna favorit kamu. Aku pikir kamu diet lagi sampai ukuran tubuh kamu berubah. Hahaha." Clara kembali berucap dengan di iringi suara tawa. "Sialan kamu Clara, sepertinya kamu sengaja menertawakan nasibku saat ini," gerutu Laura di dalam hati. "Hei, koq malah bengong sih?" tegur Clara dengan lembut. "Oh i-itu, eemm, Mas Arfa memang sengaja membelinya untuk di bagi-bagikan kepada keponakan dan sepupu-sepupunya yang cewek. Mas Arfa kan memang suka gitu, hobi kasih hadiah ke saudara-saudaranya," sahut Laura, pura-pura tenang dan bersikap biasa saja. "Waaah, hebat suami kamu ya Laura, sampai hapal sama ukuran pakaian dalam keponakan dan sepupu ceweknya. Pake pesan lingeri buat mereka lagi. Salut aku. Hahaha," ucap Clara sambil kembali tertawa. Laura hanya bisa diam dengan perasaan terluka, melihat Clara yang seolah sedang menertawakan nasibnya saat ini. "Berarti waktu itu keluarga besar Mas Arfa kumpul semua di penthouse dong ya? Soalnya Mas Arfa kemarin minta semua barang dan perlengkapannya di kirim ke sana," ucap Clara, setelah puas tertawa. "Oh, ee, i-iya," jawab Laura dengan gugup. "Kamu kenapa sih Laura, koq kayak gugup gitu? Perasaan dari tadi gelisah aja ya?" tanya Clara, dengan pandangan menilisik ke arah Laura. "Ee, eng-enggak, aku enggak apa-apa koq," sahut Laura, mencoba tenang. "Kamu jadi mau ambil sisa tas yang ini? Biarpun sisa ini juga bagus lho," ujar Clara dengan tersenyum manis. "Oh, tidak. Aku tidak mau barang sisa. Bukan selera aku. Aku tadi hanya sekedar melihat-lihat saja karena heran lihat butik kamu koq kosong melompong kayak mau bangkrut," jawab Laura dengan nada sinis. "Kamu tenang saja, besok butik aku sudah penuh lagi. Kamu jangan sampai kalah saing sama keponakan dan sepupu kamu ya, masak mereka saja yang di belikan sama Mas Arfa, kamu enggak pernah. Hihihi." Laura langsung mengepalkan kedua tangannya mendengar perkataan Clara. Rasa sakit yang di rasakannya beberapa hari ini, semakin menjadi begitu melihat Clara tertawa mengejeknya. Dan kenyataan pahit yang baru saja di ketahuinya, semakin membuat Laura bertekad untuk menghancurkan Aleena dengan caranya sendiri. "Aku udah bosen di beliin barang sama Mas Arfa, jadi sekali-kali, biar mereka yang di belikan sama mas Arfa. Aku mah tinggal gesek aja beres," sahut Laura dengan enteng. "Ya iyalah, nyonya Arfa gitu loh. Kalau itu mah aku percaya deh," sahut Clara serayak mengacungkan dua jempolnya keatas. "Kamu enggak usah kuatir, besok bakal aku borong semua barang-barang terbaru kamu," sahut Laura dengan penuh percaya diri. "Siyaap nyonya Arfa. Dengan senang hati kami akan melayanimu," sahut Clara dengan tersenyum lebar. "Ya udah Ra, aku pulang dulu. Lama-lama mata aku gatel lihat butik kamu isinya tinggal barang sisa," ucap Laura dengan nada mengejek, kemudian bergegas keluar dari butik tersebut. "Baiklah nyonya Arfa, hati-hati di jalan," seru Clara serayak melambaikan tangannya. "Selamat bersenang-senang," lanjut Clara di dalam hati. Sementara itu Laura kembali melajukan mobilnya membelah jalan raya. Sesekali wanita itu menyapukan pandangannya ke sekeliling jalan, hingga tiba-tiba saja wanita itu menghentikan laju mobilnya secara mendadak, begitu pandangannya menangkap sosok wanita yang sangat di bencinya beberapa hari ini. "Bukankah itu adalah wanita j*la*g si pelakor? Mau apa dia ke kafe itu? Sepertinya dia sedang sendirian. Ini kesempatanku untuk membuatnya jera dan pergi dari sisi mas Arfa," gumam Laura. Wanita itu kemudian bergegas turun dari mobil, dengan sebuah seringai di sudut bibirnya. "Hei, Laura!" Laura sedikit berjengit, begitu mendengar suara seseorang memanggilnya dari arah belakang. Dan begitu wanita itu membalikkan tubuhnya, sebuah senyum langsung terbit di wajahnya. "Jenny! Sandra! Aaa, tidak di sangka ketemu kalian di sini," seru Laura sambil menghambur ke dalam pelukan dua sahabat dekatnya itu. "Kamu semenjak menjadi nyonya Arfa jadi sombong banget sih, nggak pernah mau lagi kumpul-kumpul sama kita-kita," ucap Jenny sambil melepas pelukannya di tubuh Laura. "Iya nih, payah ah si Laura. Sepi tahu geng kita tanpa kehadiran kamu," imbuh Sandra. "Maaf, aku enggak bermaksud ninggalin kalian, tapi aku harus berusaha menjadi sosok istri yang baik di depan Mas Arfa, kalian paham kan maksud aku," sahut Laura. "Iya, iya, kami faham koq Lau, yang penting kamu enggak lupa sama agenda kumpul-kumpul kita yang sebulan sekali itu," sahut Jenny. "He em, biarpun cuma sebulan sekali kami bisa menikmati traktiran dari nyonya Arfa, enggak masalah deh, yang penting di traktir, dari pada enggak," ucap Sandra, yang langsung di sambut gelak tawa oleh Laura dan Jenny. "Kamu ini ya San, traktiran mulu mikirnya," sahut Jenny. "Kebetulan sekali ada Jenny dan Sandra di sini, aku bisa memanfaatkan mereka untuk memberi pelajaran kepada wanita pelakor itu," ucap Laura di dalam hati. "Tentu dong. Aku enggak akan lupa sama acara yang satu itu, rugi kalau enggak ikut. Kalian tenang saja, selagi ada nyonya Arfa, mau jalan-jalan ke mana juga kalian aman. Kecil kalau cuma traktir kalian jalan-jakan," sahut Laura dengan nada bangga. "Waaah, nyonya Arfa kita emang is the best," ucap Sandra serayak mengacungkan dua jempolnya. "ngomong-ngomong kamu mau ke cafe ini Lau?" tanya Jenny. "Iya, aku lagi mau memberi pelajaran sama wanita pelakor yang ada di dalam Cafe itu," jawab Laura dengan wajah gusar. "Hah! Pelakor? Yang bener?" tanya Jenny dan Sandra berbarengan dengan nada terkejut sekaligus tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. "Terus buat apa sih aku berbohong? Wanita jalang itu sudah berusaha merebut Mas Arfa dari sisi aku. Kalau kalian tidak percaya nih, lihat buktinya," ucap Laura seraya menunjukkan sebuah video kepada Jenny dan Sandra. "Astaga, ternyata penampilannya yang tertutup seperti itu hanya sebagai kedok untuk menutupi keburukannya," ucap Jenny dengan wajah geram begitu melihat video Aleena yang sedang dibopong oleh Arfa. "Aku paling jijik lihat wanita munafik seperti ini. Sepertinya kita memang harus membeli pelajaran kepada wanita ini Lau," timpal Sandra dengan berapi-api. "Ya udah yuk, kita samperin aja ke dalam. Udah enggak sabar aku," ucap Laura, kemudian bergegas masuk ke dalam kafe. "Kamu tenang saja Lau, pemilik Cafe ini salah satu teman aku. Aku bisa minta tolong sama dia untuk mengusir wanita itu," ujar Sandra sambil mengikuti Laura masuk ke dalam kafe. "Kita beri pelajaran dulu biar kapok, setelah itu kita usir dia," sahut Jenny. Begitu masuk ke dalam kafe, ketiga wanita itu langsung menghampiri Aleena yang sedang menunggu kedatangan seseorang sambil menikmati minumannya. Dengan cepat Laura meraih gelas jus di hadapan Aleena, lalu ... Byyuurrr Laura langsung menyiramkan segelas jus buah naga milik Aleena tepat di atas kepala wanita tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN