2 ✓Demi...✓

1491 Kata
"Tolong bilang kalau kamu cuma bercanda." Manda menyilangkan kedua lengannya di depan d**a, berdiri tepat di tengah pintu kamar Chelsea, cewek paling gila yang sialnya adalah merupakan sahabat karibnya. Jika saja ia tidak menyayangi Chelsea seperti Malika—kedelai hitam ayahnya yang dianggap seperti anak sendiri—ia pasti sudah akan menimpuk kepala gadis itu dengan batu atau palu. Supaya waras, tentu saja. Chelsea mengamati penampilannya di depan cermin. Kemeja putih yang dibalut dengan blazer biru tua serta bawahan rok span selutut dengan warna senada. Ia memutar tubuh untuk terakhir kali kemudian mencoba tersenyum lima jari. "Cantik," gumamnya pada diri sendiri. Hal itu membuat Manda memutar bola mata. "Keputusan aku sudah final, Manda Sayang. Hari ini aku lamar kerja di tempat kamu." "You must be kidding me." "Aku serius." "Demi apa Chel?" "Demi malaikat tampan yang kemarin aku lihat." Manda memejamkan mata sesaat sembari menghela napas. Tuhan, beri ia ekstra kesabaran untuk tidak menggeplak kepala gadis itu ... "Aku sudah bilang sama kamu kalau dia bukan malaikat. Namanya Bastian Abrizan Wirasena, pemilik sekaligus CEO di perusahaan tempat aku bekerja. Pak Bastian memang tampan, kaya dan punya segalanya. Bahkan 90 persen karyawan wanita di kantorku baik yang masih single, tunangan, menikah ataupun menjanda pernah punya perasaan suka padanya. Tapi Chelsea ... kamu harus tau kalau dia itu gay. Dan aku serius saat aku mengatakan dia benar-benar gay alias penyuka sesama jenis." "Halah, gosip murahan!" elak Chelsea cepat. Ia berbalik menatap Manda dan menudingnya. "Kamu pernah mikir kenapa ada gosip murahan kayak gitu?" "Ini bukan gosip, Chel! Pak Bastian memang benar-benar gay! Dia suka sama cowok alias makhluk yang mempunyai batang!" Chelsea mengibaskan tangan, tanda ia tidak ingin mendengar apapun itu lagi. Ia justru melanjutkan argumennya sendiri. "Karena dia nggak mau kalau sampai cewek-cewek mendekati dia dan menempelinya kayak lintah penghisap darah! Sebab itulah, ada gosip murahan kayak gitu. Alasan yang sangat jelas!" Chelsea mendongakkan dagu pongah. "Dan aku nggak akan kaget kalau gosip itu berawal dari mulut calon suamiku sendiri." "Hah? Calon suami yang mana?" "Ya itu, Pak Bastian. Calon suami aku itu. Cocok kan jika namaku kelak berubah jadi Chelsea Wirasena. Hihihi," kikik Chelsea dengan wajah merona merah. Manda mendengus, diam-diam mengutuk sifat gila dari seorang Chelsea. "Mimpi tuh nggak usah ketinggian! Kalau jatuh sakit!" kata Manda. "Lagian mustahil banget dia menggosipkan dirinya sendiri kayak gitu!" tambah Manda sambil mendecakkan lidah. Coba saja pikir. Kalau gosip itu memang berasal dari mulut Bastian sendiri, kenapa diantara ribuan gosip yang bisa dibuat, ia harus memilih gosip yang tidak keren seperti itu? Ayolah, Manda dan semua wanita yang pernah menyukai Bastian, gosip jika Bastian playboy dan suka gonta-ganti pasangan di ranjang lebih terdengar seksi. Dan tentu saja, lebih bisa diterima akal sehat. Tapi faktanya, Bastian memang penyuka sesama jenis. Manda bahkan tau beberapa mantan pria Bastian yang—sialnya—juga tak kalah tampan. Sampai-sampai terkadang Manda mengutuk pada Sang Pencipta, kenapa kebanyakan cowok tampan malah justru menyukai cowok tampan pula? Tidakkah Dia tau jika populasi kaum hawa di muka bumi ini lebih banyak dari pada kaum adam? Di mana letak keadilan kalau begitu? "Do'ain aku lolos ya, Manda Sayang ..." Rupanya Chelsea sama sekali tidak mendengarkan kalimat Manda. Gadis itu mencubit kedua pipi Manda gemas lalu segera keluar dari kamar, melewati Manda begitu saja. "Chelsea! Kamu bakalan menyesal dengan pilihan kamu ini!" teriak Manda, tidak mau menyerah. Ia segera menyusul sahabatnya yang sudah sampai pintu keluar. Sembari memakai high heels-nya yang berwarna hitam, Chelsea menyahut. "Nggak akan. Justru aku merasa dia adalah jodoh yang selama ini aku cari." Lalu membalikkan badan menatap Manda, matanya jelas-jelas menantang pada apapun yang ingin Manda lontarkan untuk mencegah kemauannya. "Dan aku akan membuktikan sama kamu kalau itu benar-benar sebuah gosip murahan," seringainya optimis sebelum meninggalkan Manda yang sedikit frustasi. *** Chelsea tau ia tampak bodoh saat ini. Bagaimana tidak? Penampilannya yang sudah cantik justru ia rusak sendiri dengan cara menganga lebar-lebar hingga hampir meneteskan air liur. Dan bagaimana tidak jika saat ini ia sedang berhadapan langsung dengan sosok malaikat yang ia jumpai kemarin?! Astagadragon ... Demi bulu da-danya Adam Levine! Alexa bahkan ingin berdiri saat ini juga dan langsung menerjang pada sosok pria yang dengan maskulinnya duduk beberapa meter di depan tempat ia berada. Di sebelahnya, Pak Bambang Herlambang—selaku kepala bagian HRD yang sedang mewawancarainya—tampak seperti kuman—alias—sama sekali tak tampak. Berbeda dengan Chelsea yang saat ini tampak blo'on dan i***t pakai banget, raut muka Pak Bambang justru terlihat pucat pasi. Mulutnya berkomat-kamit cepat seperti membaca mantera, sementara matanya melirik takut-takut pada sang atasan yang duduk tepat di sebelah. "Pak Bambang," Ucapan Bastian yang terdengar tegas dan berwibawa di telinga Chelsea membuat Bambang tergagap-gagap. Matanya membelalak lebar ngeri, sementara dahinya mengeluarkan keringat dingin sebesar biji jagung. Alamaaaakk... Ampun! teriaknya dalam hati. "I-iya, Pak Gai, eh, Pak Boss maksud saya," jawabnya sembari menepuk mulutnya sendiri. Dasar g****k! Bisa-bisanya salah manggil! Umpatnya dalam hati. "Perempuan lagi?" Bastian mengernyit, sangat heran dengan kelakuan Bambang. Bukannya dia parno atau apa, tetapi reaksi Bambang—dan sepertinya seluruh karyawannya yang berjenis kelamin laki-laki—ingin segera ngacir ketika berhadapan dengannya. Beberapa bahkan langsung berlari menghindar dengan terang-terangan sambil menunjukkan wajah ngeri yang luar biasa. Memang apa yang sudah ia perbuat? Apa ia pernah mengancam yang tidak-tidak seperti akan menembak, memutilasi atau membacok mereka? Bastian menggeleng. Seingatnya, ia adalah bos yang baik. Dan ia juga bukan seorang psikopat atau maniak yang suka melihat makhluk berdarah-darah. Atau mungkin ia bau ketek? Bau mulut mungkin? Alasan itu jelas lebih mustahil! Seorang Bastian Abrizan Wirasena selalu wangi setiap saat! Ia selalu memakai parfum mahal saat keluar rumah untuk bekerja dan ia juga tidak pernah lupa menggosok gigi pagi dan malam. Ia juga mandi dua kali sehari, jadi alasan bau badan juga terdengar mustahil. Bastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bahkan jika diingat-ingat, beberapa menunjukkan reaksi yang lebih ekstrim seperti mual, muntah, diare, pusing, pingsan di tempat bahkan mendadak menjadi biksu. Bastian tidak tau apa yang salah dengannya—atau apa yang telah ia perbuat jika ada—tetapi, ia yakin seyakin-yakinnya jika pasti ada sesosok kuntilanak yang sedang mengekor padanya dan ... Stop! Stop, Bastian! Enak aja makhluk setampan kamu diikuti kuntilanak! "I-iya, Pak," cicit Bambang dengan suara mirip orang tercekik. Badan besar yang tadi tampak gagah berwibawa ketika mewawancarai beberapa calon pelamar kerja sebelum Chelsea kini tampak mengkeret. Bastian menghela napas, menyambar selembar kertas yang berada di tangan Bambang. "Kamu tau kan jika saya hanya sedang mencari karyawan pria?" tanya Bastian dengan nada tajam yang tidak berlebihan. Pria itu membolak-balik lembaran data diri Chelsea tidak tertarik. "Apa perlu harus saya sendiri yang turun tangan untuk merekrut seorang karyawan?" "T-tidak, Pak! M-maafkan saya! Saya akan berusaha lebih keras lagi dan mencarikan anda seorang yang ..." "Tidak perlu! Kamu terlalu lambat. Saya sudah mendapatkan seorang manajer pemasaran baru untuk perusahaan kita atas rekomendasi seseorang yang bisa dipercaya," sindir Bastian atas kinerja Bambang selama ini. Wajah Bastian kian memucat, separuh dikarenakan rasa bersalah pada atasannya. "M-maaf, Pak." Bastian lagi-lagi menghela napas dalam lalu berdiri. Bambang pun dengan cepat mengikuti. Wajahnya menunduk dalam saat Bastian mengembalikan lembaran berkas lamaran kerja di tangannya. "Kalau begitu, saya permisi—" "Tunggu dulu!" Suara Chelsea tiba-tiba menyela. Dahinya berkerut dalam, sementara matanya menyipit tak senang. "Apa ini artinya saya tidak diterima bekerja di perusahaan ini?" "Sayang sekali, tidak," jawab Bastian tegas dan tanpa basa-basi, membuat Chelsea menganga di tempat. Rasanya seperti baru saja ia ditolak tanpa perasaan. Namun, bukan Chelsea namanya jika cepat menyerah. Karena ada sebuah kalimat sesat yang sangat Chelsea ingat sampai saat ini. 'Cinta itu diperjuangkan, dan bukan perjuangan namanya jika belum sampai titik darah penghabisan.' Maka dari itu, dengan cepat gadis itu berlari dan menghadang Bastian saat pria itu tepat akan keluar dari pintu. Bastian mengangkat sebelah alis. "Kamu—" "Tolong terima saya!" Tiba-tiba Chelsea menangkup kedua telapak tangannya di depan d**a. "Please, please, pleaseee... Saya janji saya akan bekerja dengan baik, tidak pernah terlambat, dan juga akan jadi karyawan yang paling jujur, baik, terpercaya dan setia! Pokoknya Pak Bastian, Bapak nggak akan pernah menyesal deh kalau mempekerjakan saya! Ya, ya, ya?" "Saya tidak butuh karyawan wanit—" "Terimakasih telah menerima saya! Besok, saya akan mulai bekerja!" Chelsea menyalami tangan Bastian tiba-tiba. Dan setelah membungkukkan badan, ia segera pamit undur diri. Sementara Bastian tercengang di tempat. Tidak sanggup berkata-kata. Apakah gadis aneh itu baru saja menerima dirinya sendiri untuk bekerja di perusahaan ini? *** O em ji, Semoga bahasanya cukup dimengerti ya sama kalian T_T (Entah kenapa aku merasa itu agak rumit dan bertele, sudah kucoba rombak tapi sulid wkakaka) tapi ya sudahlah! N O T E : PLAGIAT ADALAH PERBUATAN TERCELA. MENYEBARKAN PDF ILLEGAL DALAM BENTUK APAPUN SAMA DENGAN MENCURI. Think Smart! Be Smart Readers! Cerita ini akan dilanjutkan setelah OBSESSED tamat. Jadi, jangan lupa tekan tombol LOVE agar tidak ketinggalan kisah Chelsea yang mengejar cinta seorang Bastian. Jangan lupa berikan komentar yang membangun dan share jika mau~ Sekian dan terima cogan! Ehehehehe~ Sampai Jumpa! Penulis, Jihan Alezander.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN