Kantor General Hight Corp.
Di ruang Direktur Utama, Raziel sedang sibuk mengurus beberapa dokumen terakhir sebelum dia kembali ke Mansion. Di tengah kesibukannya, mata batin Raziel tiba-tiba mendengar panggilan Gladys. Antara ragu dan khawatir, Raziel merasa kalau Gladys saat ini memang sedang dalam keadaan bahaya.
Ada apa dengan gadis itu saat ini?
Apakah secepat ini mereka bergerak!
Perasaan cemas dan khawatir singgah begitu saja di fikiran Raziel. Laptop yang menyala segera dia tutup, tanpa fikir panjang dia beranjak dari kursi dan bergegas keluar dari ruangannya.
Tok.. Tok..
Sebelum Raziel keluar, Allard masuk untuk memberikan dokumen. Dia merasa heran ada apa gerangan dengan Raziel?. Baru kali ini dia melihat kecemasan dan kekhawatiran dari Raziel yang selalu menunjukkan sifat dingin.
"Tuan, Apakah telah terjadi sesuatu. Mengapa anda terlihat begitu cemas?".
"Allard, Aku baru saja mendengar panggilan Gladys, Dia saat ini pasti dalam keadaan bahaya. Aku akan pergi sekarang juga". Raziel tidak memperdulikan Allard, dan melangkah pergi begitu saja.
"Yang Mulia tunggu! Jangan melakukan tindakan yang gegabah. Anda adalah Raja sekaligus Pemimpin dari Bangsa Vampir. Jika Identitas anda terkuak oleh bangsa lain apalagi di depan manusia, itu akan berdampak pada Kerajaan. Aku harap Yang Mulia memikirkan hal ini juga".
"Diam kau Allard! Aku tidak ada waktu untuk berdebat denganmu. Jika bangsawan atau Klan lain yang merencanakan ini, semua yang aku usahakan akan sia-sia. Roshalia tengah menungguku disana, seharusnya kau lebih paham itu!. Aku tahu apa yang haris ku perbuat. Lagi pula aku ada cara tersendiri untuk menutupi Identitasku dari mereka, kau tidak perlu khawatir".
"Baik Yang Mulia, saya mengerti". Allard tahu, untuk saat ini percuma menasehati Raziel yang sedang terpancing emosi. Dia hanya bisa mengiyakan semua perkataan Raziel.
"Aku ada pekerjaan untukmu, Perintahkan mata-mata kita untuk mencari tahu siapa dalang yang merencanakan semua ini. Jika ini dari salah satu Bangsawan Kerajaan Regnand, kumpulkan semua bukti dan serahkan semuanya padaku!". Perintah Raziel.
"Baik Yang Mulia, titah anda akan saya laksanakan!". Jawab Allard membungkukkan badan.
'Berani membawa pergi Gladys! Sepertinya mereka benar-benar belum mengerti akibat dari melawan dan memancing amarahku'.
Raziel berdiri dengan menutup mata, dia menadahkan tangannya dan membacakan mantra. Dari tangannya muncul hewan kelelawar yang siap menuruti perintah majikannya.
Chit.. Chit.. Chit..
"Cari dimana Gladys berada!". Perintah Raziel.
Kelelawar yang berada di tangan Raziel seketika terbang keluar ruangan.
Demi menjaga Identitasnya, Raziel tidak menggunakan kekuatannya. Dia keluar dari kantor menuju area parkir khusus untuk mengambil mobilnya.
Chit.. Chit..
Di tengah perjalanan, kelelawar yang Raziel perintahkan mencari Gladys terbang mendekati mobilnya. Kelelawar tersebut memandu arah kemana para penculik membawa Gladys pergi.
Tiba tidak jauh dari Kelelawar berhenti, terdapat sebuah Villa tak berpenghuni. Didepan Villa terlihat ada 2 mobil pick up dan beberapa penjaga di depan Villa.
Raziel keluar dari mobil, dia memantau dari kejauhan keadaan sekitar.
"Mendekatlah ke Villa, cari tahu apa yang terjadi di sana!". Perintah Raziel pada kelelawarnya.
Chit.. Chit..
Hewan tersebut terbang mendekati Villa. Tidak lama kemudian, kelelawar tersebut kembali dan memberitahukan kalau Gladys sedang di sekap di sebuah ruangan. Di dalam juga terdapat beberapa penjaga, dan beberapa dari mereka adalah dari Clan Vampir.
"Sampaikan pada Roland, Ini perintah dari Pemimpin Klan, minta dia untuk datang ke tempat ini. Ada beberapa dari rakyat Regnand yang mencoba membelot!". Perintah Raziel.
Chit.. Chit..
Si kelelawar mengiyakan dan terbang untuk menyampaikan pesan dari Raziel.
Tidak buang-buang waktu lagi, karena mereka dari Klan Vampir. Mereka pasti salah satu dari anak buah dari Bangsawan di Regnand. Raziel langsung saja mendatangi Villa tersebut.
"Hei, siapa kau! Beraninya muncul seorang diri didepan kami!". Cegah penjaga pintu yang melihat Raziel berjalan kearah Villa.
"Aku hanya ingin menjemput wanita yang kalian sekap. Jika kalian masih menyayangi nyawa kalian, sebaiknya jangan menghalangiku!". Kata Raziel, dia menatap tajam kedua penjaga pintu hingga membuat mereka gemetar.
Raziel meneruskan langkahnya, pintu Villa terbuka dan terlihat beberapa orang sedang bersiaga untuk melawan. Orang yang memerintahkan mereka pasti menyadari cepat atau lambat Raziel akan datang. Meski mereka menghadang didepan pintu, Namun Raziel tidak memperdulikan mereka.
"Berhenti! Nyawa wanitamu ada ditangan kami. Jika kau melangkah satu kali lagi, maka aku tidak segan-segan untuk melenyapkan nyawa wanitamu!".
"Diam!!". Tegas Raziel. "Sudah ku katakan, jangan memancing AMARAH ku!".
Srring…
Raziel mengeluarkan kekuatannya, dia melempar semua orang yang menghalanginya hingga terpental jauh.
Ukhuk.. Ukhuk…
Seketika mereka terluka hingga mengeluarkan darah. Di Kerajaan Regnand bagi mereka yang hanya rakyat biasa, tidak ada yang mengetahui seperti apa sosok Pemimpin mereka. Hanya orang-orang tertentu dan petinggi Kerajaan yang mengetahui Identitas dari Pemimpin mereka.
"Kurang ajar, siapa kau sebenarnya? Kau pasti salah satu dari Klan Vampir kan? Katakan siapa namamu, aku pastikan Ketua dari Bangsawan kami akan melenyapkanmu saat ini juga!". Kata salah satu dari mereka.
Raziel tidak menanggapi pertanyaan mereka dan langsung menuju ruangan dimana Gladys di sekap. Tiba di sebuah ruangan yang sedikit gelap, Raziel membuka pintu. Didalamnya terlihat Gladys tengah terbaring pinsan di atas ranjang. Sesaat perasaan sesak memenuhi hati Raziel, dia mengangkat Gladys dalam pangkuannya dan memeluknya.
"Gladys, apa kau terluka? Maaf.. Aku baru menyadari panggilanmu dan datang terlambat. Setelah ini, akan ku pastikan kau tidak akan terluka". Kata Raziel penuh kelembutan, dia mencium kening Gladys.
"Di.. Rektur Raziel, apa itu kamu?" Tanya Gladys lirih, Perlahan dia membuka mata dan menggerakkan tangannya. Gladys tersenyum melihat Raziel ada didepan matanya.
"Direktur, mengapa kamu terlihat begitu sedih. Apa aku telah membuatmu khawatir?". Tanya Gladys, dia yang melihat kekhawatiran di wajah Raziel seketika mengubah sudut pandangnya pada Direkturnya itu. Raziel yang selalu bersikap dingin dan acuh mampu menyiratkan kekhawatiran membuat Gladys berfikir Raziel tidaklah seperti yang di bicarakan.
Ssst…
Raziel menutup mulut Gladys dengan jari Telunjuknya. "Diamlah, aku akan membawamu keluar dari sini".
Kedua jarak mata yang begitu dekat, membuat Raziel dan Gladys saling pandang. Tatapan yang begitu dalam seolah membawa mereka ke sebuah tempat lain di mana hanya ada mereka berdua yang sedang saling bersama.
'Ya Tuhan.. Apa dia benar-benar si sombong dan angkuh itu? Mengapa dia bisa berubah sifat secepat ini. Padahal barusaja di kantor dia membullyku habis-habisan. Dan sekarang dia menyelamatkanku bak PANGERAN!. Gladys.. Sadarlah, masih ada Steven yang menunggumu!'. Batin Gladys beradu. Dia terus memperhatikan wajah Raziel dengan senyum simpul menghiasi wajahnya.
Tok.. Tok..
Ketukan pintu seketika membuyarkan lamunan mereka, Raziel dengan cepat memalingkan wajahnya kearah pintu. Dari arah pintu datang Roland dan beberapa orang yang dia bawa untuk investigasi. "Tuan, maaf mengganggu, Saya hanya ingin melapor. Mereka telah kami tangkap, selanjutnya.. Apa perintah anda?". Tanya Roland.
"Bawa mereka kembali untuk di interogasi. Untuk saat ini, jangan sampai ada yang tahu tentang kejadian kali ini. Sisanya kau tahu apa yang harus dilakukan".
"Baik Tuan!". Roland dan beberapa orangnya keluar.