Leon kini melupakan urusannya untuk mengganti kopi baru untuk Silvana. Pria itu tiba-tiba saja sudah bergerak untuk menyerangnya, melepas kerinduan yang dia tahan sejak lama. Silvana membuatnya tidak tahan. “Silvana.” Leon menyebut namanya. Leon menggunakan ibu jarinya untuk membelai salah satu tulang pipi mahasiswi cantiknya itu dengan penuh perasaan. Mereka berdua saling menatap. Kata-kata yang tak terucapkan membakar mereka dalam sebuah kebutuhan untuk menuntaskan birahi sebagai dua insan yang kehausan. Sekali lagi pria itu menekan bibirnya pada bibir Silvana untuk mengungkapkan banyak hal yang akhir-akhir ini benar-benar mengganggu dirinya. Silvana sendiri menyambutnya dengan penuh gairah yang sama. Entahlah ini seperti mereka berdua memang pada dasarnya sudah saling merindukan.