Dilema Berat

1297 Kata

Pada akhirnya Silvana menyerah dan melepaskan cengkramannya dari Jiyya. Gadis itu menghela napasnya dengan berat sambil kemudian kembali menjatuhkan kepalanya ke kasur Jiyya dengan tangannya dia taruh diatas perut seolah sedang menekan dirinya sendiri dengan itu. “Entahlah, aku hanya tiba-tiba saja menjadi sedikit khawatir. Maksudku aku dan Pak Leon—” “Kau kecolongan? Apa kau berpikir kau sedang hamil sekarang makanya kau sampai absen tiga hari?” Jiyya kontan menyela, dia menatap Silvana lekat-lekat. Pancaran sorot mata yang penuh kecemasan dapat Silvana temukan dari sahabatnya. Dia benar-benar khawatir pada Silvana. Ya, Jiyya memang selalu seperti itu terhadapnya terlepas dari cara bicaranya yang memang kadang kasar dan menyinggung. Tapi itu memang gaya gadis itu. Silvana hanya menut

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN