“Jangan bercanda, lo!” seru Aron. Aska mengusap kasar wajahnya, menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. “Lita bener-bener benci sama gue, gimana kalau dia yakitin dirinya sendiri saat tau gue ngelamar dia,” ucap Aska, wajahnya benar-benar terlihat tidak bersemangat. Aron menghela nafas. “Lo itu harus berjuang. Awal emang benci, tapi namanya udah pernah cinta, pastituh cinta tumbuh lagi. Apalagi kalian pernah ena-ena sebelumnya.” Ini suasana sedang serius, tapi mulut Aron kenapa tidak bisa dikontrol. Aska melotot, sumpah demi apapun dia ingin sekali nampol mulut Aron. “Lo itu! Ini serius! Napa bahas kekl gituan!” kesal Aska. Aron tersenyum. “Lah, emang iya ‘kan!” Masih saja ini anak bicara sesuka dia. “k*****t lo!” umpat Aska. “Lagian kalian masih kecil udah berani banget kek gitua