CHAPTER 2 : TIDAK ADIL

1198 Kata
“Kak Lingga?” Belum sempat Aruna dan papanya menyelesaikan perdebatan itu, tiba-tiba Lingga muncul. Langsung menghampiri kamar Aruna. Di belakang Lingga, tampak Nirmala yang sengaja mengantarnya ke kamar Aruna. Begitu mendapat kabar dari Aruna, Lingga langsung memutuskan untuk datang ke rumah itu sekadar untuk memastikan lebih jelas lagi. “Apa sudah ada kabar dari Arsyla?” Aruna dan Indra tampak bungkam mendapat pertanyaan itu. Mereka tidak tahu harus bagaimana menyampaikan masalah yang sedang terjadi kepada Lingga. Sudah dapat dipastikan Lingga tidak akan menerima keputusan secara sepihak itu. “Ada apa? Syla baik-baik saja, kan?” Lingga menatap Indra dan Aruna secara bergantian. Sejak tadi malam, pria itu memang belum sempat berkomunikasi dengan Arsyla lantaran pekerjaan yang menumpuk. Ia tidak tahu jika Arsyla menghilang sejak tadi malam. Wajar saja jika ia terkejut mengetahui kabar buruk itu. “Apa terjadi sesuatu dengan Syla, Om?” Lagi-lagi Lingga melemparkan pertanyaan lantaran tak mendapat jawaban dari Aruna dan Indra. Aruna menatap Indra seolah-olah memberikan isyarat agar papanya memberikan penjelasan kepada Lingga. Tampaknya pria paruh baya itu langsung memahami maksud tatapan dari putrinya. Hal itu terbukti dari caranya yang tiba-tiba menarik napas panjang seolah-olah sedang berusaha menetralkan perasaan yang jelas terganggu karena kabar dari Arsyla. Ia kemudian melirik sejenak ke arah Nirmala, sang istri yang sedari tadi masih berdiri di belakang Lingga, sebelum akhirnya memfokuskan pandangan kepada calon menantunya. “Ada apa. Om?” tanya Lingga seolah-olah sudah bisa menangkap sesuatu yang tidak beres. Sementara itu, Nirmala yang sudah mengetahui lebih dahulu masalah yang tengah mereka hadapi tampak hanya menundukkan kepala. Ia tidak mampu menjelaskan apa pun pada Lingga tentang menghilangnya Arsyla. Memikirkan keberadaan putri sulungnya saja sudah membuat wanita paruh baya itu sangat khawatir. “Apa kalian ada masalah?” tanya Indra dengan tatapan penuh tanya. Ya, barangkali memang Arsyla dan Lingga sedang memiliki masalah, sehingga Arsyla memilih untuk pergi sebelum pernikahan itu berlangsung dan justru menjadikan Aruna sebagai tumbal.Indra pikir, tidak ada salahnya jika ia bertanya demikian kepada Lingga. Bukan bermaksud untuk mencampuri urusan mereka, melainkan untuk memastikan saja. “Tidak ada, Om.” Lingga menggelengkan kepala perlahan. Tatapannya tampak kosong seolah-olah masih belum mengerti ke mana arah pembicaraan calon papa mertuanya akan bermuara. “Terakhir kami berkomunikasi, kita masih baik-baik saja,” jelas Lingga sangat yakin. “Ada apa sebenarnya?” cecarnya penasaran. Tak ada pilihan lain. Indra pun menjelaskan masalah yang sebenarnya pada Lingga. Hal itu tentu membuat pria berusia 27 tahun itu sangat terkejut dan jelas saja ia langsung menolak keputusan yang dibuat secara sepihak itu. Bagaimana mungkin ia bersedia menikah dengan Aruna, sementara wanita yang dicintainya adalah Arsyla. Sedikit pun ia tidak pernah membayangkan jika rencana pernikahannya dengan Arsyla akan menjadi kacau seperti ini. Lantas, apa yang membuat Arsyla memilih untuk pergi meninggalkannya? Padahal, sebelumnya mereka tidak memiliki masalah apa pun. Apa ada yang salah darinya sampai Arsyla memilih untuk pergi? Begitu pikirnya. Setelah mendengar penjelasan dari keluarga Arsyla, Lingga pun memutuskan untuk meninggalkan rumah itu. Ia berniat untuk mencari Arsyla, karena tidak mungkin mengiakan begitu saja permintaan wanita itu tanpa penjelasan apa pun. Sungguh itu keputusan yang sangat konyol. “Kak!” Langkah Lingga terhenti mendengar namanya dipanggil, tepat saat ia baru saja keluar dari rumah itu. Ia sontak membalikkan badan. Entah sejak kapan Aruna mengikutinya. Ah, atau mungkin dirinya yang terlalu sibuk memikirkan Arsyla sampai tidak menyadari hal itu. “Kamu yakin nggak punya masalah apa pun sama Kak Syla?” tanya Aruna seraya menatap canggung. “A-aku harap kamu bisa menemukan dia dan memperbaiki masalah kalian. Aku nggak mau kalau harus menikah sama kamu, Kak,” imbuhnya seraya menunduk. Bukan menjawab, Lingga malah memperhatikan penampilan Aruna dari atas sampai bawah. Celana jeans panjang yang dipadukan kemeja kotak berwarna cream tampak membalut tubuh langsing Aruna. Ah, sedikit pun ia tidak pernah membayangkan akan menikah dengan wanita setengah laki-laki seperti calon adik iparnya. Tatapannya sedikit mengintimidasi seolah-olah sengaja ingin menunjukkan bahwa ia tidak sedikit pun menyukai Aruna. Hanya Arsyla wanita yang sangat ia cintai saat ini dan tidak ada satu pun yang bisa mengubah itu kecuali Tuhan, terlebih hanya dalam hitungan detik. Tidak. Tentu tidak semudah itu mendapatkan hatinya. Melihat penampilan Aruna saja ia merasa sedikit illfeel, bagaimana mungkin ia akan menikahi wanita itu? Aruna dan Arsyla adalah dua sosok yang sangat berbeda. Dari penampilan saja keduanya sangat bertolak belakang. Terlebih lagi dari karakter. Arsyla lebih feminin dan tentu lebih menarik perhatian Lingga. “Aku akan mencari Arsyla,” ucap Lingga dingin, lalu beranjak dari tempat itu tanpa membei penjelasan apa pun lagi pada Aruna. Bukan hal asing lagi bagi Aruna. Selama ini Lingga memang selalu bersikap dingin padanya. Padahal pria itu sangat romatis saat sedang bersama Arsyla. Ia hanya menghela napas pendek, lalu mengedikkan bahu. Berusaha untuk tidak peduli, meski sikap Lingga sedikit menyinggung perasaannya. Ya, ia juga cukup sadar diri. Mana mungkin Lingga mau menikahinya. Jadi, sebenarnya tidak ada yang perlu ia khawatirkan tentang pernikahan itu, karena sampai kapan pun ia tidak akan menikah dengan Lingga. *** Setelah tiga hari berusaha mencari Arsyla, Lingga tetap tidak menemukan wanita itu. Padahal acara pernikahannya akan berlangsung tiga hari lagi. Akhirnya, Lingga dan orang tuanya memutuskan untuk melakukan pertemuan khusus dengan keluarga Arsyla. Ia dan kedua orang tuanya datang langsung ke kediaman keluarga Gumilar, bermaksud membicarakan kelanjutan acara pernikahan yang sudah di ujung tanduk. Mereka sudah berkumpul di ruang tamu. Kedua belah pihak tampak duduk saling berhadapan dan mulai mencari jalan keluar atas permasalahan tidak sepele yang sedang mereka hadapi. “Aku tidak bisa kalau bukan menikah dengan Arsyla!” Lingga bangkit dari tempat duduknya. Ia menolak keras permintaan untuk menikah dengan Aruna. “Tapi Arsyla tidak ada, Lingga!” tukas Bayu Wardhana, papanya Lingga. Ia pun bangkit dari tempat duduknya, berusaha menahan Lingga yang seperti berniat akan meninggalkan rumah itu begitu saja. “Ya sudah, batalkan saja pernikahannya. Selesai, kan?” balas Lingga tidak peduli. Sementara itu, Aruna dan kedua orang tuanya hanya diam menyaksikan perdebatan itu. Tentu mereka merasa bersalah dan tidak enak hati lantaran masalah tersebut timbul dari keluarganya. Namun, apa yang bisa mereka perbuat selain meminta maaf dan menerima apa pun keputusan dari keluarga Wardhana. Sekali pun harus menanggung malu lantaran surat undang sudah tersebar ke seluruh kerabat dan relasi kerja, mereka tetap akan menerima dengan lapang. “Tidak bisa, Lingga. Kita akan menanggung malu kalau sampai pernikahan itu batal. Apa kata orang nanti?” tolak Bayu tak kalah tegas. “Bagaimana dengan pandangan rekan-rekan bisnis kita nanti? Kamu tahu ‘kan dampaknya akan seperti apa?” imbuhnya memberi pengertian. Bayu yang sejak awal memang sudah berteman baik dengan Indra, tentu sangat setuju dan bahagia saat mendengar putra-putri mereka memiliki hubungan khusus. Ia memang ingin sekali jika putra semata wayangnya menikah dengan salah satu putri dari sahabatnya itu. Ia pikir tidak terlalu jadi masalah siapa pun yang akan menikah dengan Lingga, selama masih dari keturunan keluarga Gumilar. Akan tetapi, tidak dengan Lingga yang justru menganggap masalah besar jika bukan Arsyla yang menjadi pasangannya di pelaminan nanti. “Hanya bisnis saja yang ada di pikiran Papa. Apa Papa tidak memikirkan perasaanku?” keluh Lingga seraya menunjuk dirinya penuh amarah. “Papa tidak mau mendengar alasan apa pun, Lingga! Ada atau tidak adanya Arsyla, pernikahan ini akan tetap berlangsung! Papa harap kamu mengerti.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN