20. Kehidupan Baru Agras

2002 Kata
“Tak ada hak istimewa untukmu. Kau reinkarnasi pahlawan atau tidak, hakmu tetap sama seperti murid penyihir lainnya.” Kalimat itu terus terngiang di pikiran Agras. Agras tak pernah meminta hak istimewa pada laki-laki tua yang akhirnya ia tahu bernama Destron. Laki-laki tua berambut ikal putih itu yang saat di meja makan memandangnya dengan air muka yang tak bersahabat dan seolah memandang sesuatu hal yang sangat menyebalkan. Setelah Olsho pulang ke Tron, Laika mengatakan bahwa ketua Destron ingin bertemu dan berbicara dengannya. Laika sudah menyiapkan baju yang cukup bagus untuknya, sesaat setelah bersalin ia pun menemui Destron di ruangannya, bukannya mendapatkan sambutan yang baik Destron malah mengatai-ngatainya dengan banyak hal. “Aku pikir reinkarnasi selanjutnya, seorang laki-laki yang hebat atau remaja yang tumbuh dengan kekuatan yang luar biasa, ternyata hanya anak kecil, kurus dan seperti tak diberi makan oleh orangtuanya.” “Aku juga tak pernah meminta untuk menjadi reinkarnasi selanjutnya, hidup tenangku jadi berantakan hanya karena sebuah mimpi aneh.” Agras berani menjawab saat itu, ia pikir ucapan Destron berlebihan. Sebagai pemimpin ia tak bersikap baik, layaknya seorang yang memiliki pemikiran dan jabatan yang tinggi. “Banyak orang yang ingin berada diposisimu saat ini dan kau bisa berkata begitu? Tak tahu terima kasih,” ujar Destron lagi. “Kau orang lain mau, kenapa entitas aneh yang kalian sebut roh pelindung itu tak memilih yang lain atau kakek sendiri,” kata Agras. “Siapa yang kau sebut kakek?” Destron mendekati Agras, mengangkat tubuh kecilnya keatas menggunakan sihir sejajar dengan Destron. “Entitas aneh itu yang membuat dunia ini merasa terlindungi.” Agras kaget dengan respon mengerikan dari Destron itu, ia tak ketakutan hanya terkejut saja. Entah sudah berapa banyak orang yang pernah ia temui dulu yang pernah beradu mulut dengannya. Destron tak semenakutkan ayah Emili ketika marah, ia tak ingin beradu ucapan dengan ayah Emili karena dirinya adalah calon menantu dan juga pegawai. “Duniamu, bukan duniaku,” kata Agras. “Seandainya aku mati apa yang akan terjadi? Aku siap untuk itu. Jika aku mati tak mungkin secepat itu mendapatkan penggantinya, satu banding ribuan bahkan ratusan ribu manusia yang akan menggantikan.” Agras terus saja lantang menjawab ucapan Destron. Entah mengapa seolah ia bisa meluapkan segala amarah yang ada dalam dirinya, yang selama hampir tiga tahun ini terpendam karena ia tak tahu harus mengatakan apa pada siapa, kini ada sasaran yang harus ia maki-maki, meskipun itu tak sopan karena Destron orang tua, bahkan mungkin lebih tua dari usia kakeknya saat masih hidup dulu. Destron mengendurkan intensitas sihirnya, lalu menurunkan Agras secara perlan. Ia tahu itu sebuah ancaman dari seorang anak kecil, meskipun ia sebenarnya tak begitu percaya bahwa anak sekecil itu bisa berbicara dengan lantangnya seolah semua kata sudah tersusun dengan rapi, seperti banyak pemikiran dan masukan yang ada dalam otaknya hingga ia bisa mengatakan itu. Dalam hidupnya yang hampir menginjak usia 70 tahun itu, sudah dua kali Destron mengurus dua orang reinkarnasi pahlawan, yang pertama adalah seorang laki-laki dari Tablos bernama Ikarun. Reinkarnasi itu di pilih Roh penjaga alam semesta selatan, Destron dan para penyihir lainnya cukup sulit mengurusnya karena ia gagu dan begitu lemah meskipun tubuhnya tinggi besar. Meskipun begitu akhirnya sekitar lima tahun Ikarun bisa menenangkan dunia dari marabahaya yang diciptakan seorang penyihir hitam paling terkenal di Earthonius. Setelah reinkarnasi kedelapan itu Destron berharap selanjutnya akan jauh lebih baik, tapi ternyata malah seorang anak kecil yang bahkan langsung dipilih Roh penjaga alam semesta timur. Dalam kerisauan Destron itu tiba-tiba suasana berubah, ruangan tempat mereka berpijak menjadi gelap gulitan dan air menyebar kemana pun, seolah keduanya sedang berada di dalam samudra. Destron menahan napasnya, ia tak merasakan sihir apapun di dalam sana, hingga ia sadar bahwa Agras pun telah menghilang. “Destron...” sebuah suara menggema diseluruh tempat itu, suaranya begitu menusuk telinganya. Destron tahu suara ini, salah satu Roh penjaga alam semesta berbicara padanya. Kemudian setelah suara itu keluar sesosok kura-kura raksasa yang besarnya melebihi sebuah kastil. Roh penjaga Utara, itu baru pertama kalinya Destron bertemu dengannya, suaranya lebih menyakitkan dari milik sang naga abadi. “Kau tetap saja belum bisa menjaga ucapanmu dari reinkarnasi yang kami pilih, apa seharusnya kami saja yang menghabisi raja iblis itu yang artinya juga menghancurkan duniamu.” Destron terdiam mendengarkan omongan itu, ia tahu ia salah dengan omongannya pada Agras karena telah mengumpatnya dan tak memberi sambutan yang baik padanya. “Aku hanya ingin memancingnya dengan rasa takut dan kebencian, agar kekuatan alaminya keluar, wahai sang penguasa samudra,” ucap Destron, tak semua suara keluar dari tenggorokannya, ia tercekat dan ketakutan. Jika bisa terlihat mungkin ia gemetar. “Tugasmu hanya membimbingnya, sihir yang kau gunakan juga dari kami. Aku bisa saja mengambilnya, tapi aku tak sejahat itu,” sambung Sang Penguasa Samudra. “Bimbing anak itu, kau akan tahu bahwa entitas yang jauh lebih kuat dari alam semesta lain yang mengirimkan kedunia ini, Agras sebenarnya telah mati lama.” Setelah itu, sosok, suara dan air-air itu menghilang. Destron menarik napasnya dengan berat dan terasa lega, ia memegang lehernya agar udara masuk kedalam kerongkongannya. Sedangkan Agras terdiam melihat Destron yang basah dan seperti ketakutan, ia bingung harus melakukan apa, karena tak tahu. Dengan gerakan tangannya Destron meminta Agras untuk berlalu pergi dari ruangannya. Agras tanpa berbicara apapun ia pun keluar dari sana dan meninggalkan Destron, meskipun ia bingung dengan apa yang terjadi pada laki-laki tua berambut ikal putih itu, padahal sebelumnya ia begitu sombong dengan omongan yang meninggi. Agras berjalan melewati lorong-lorong kastil untuk menuju kamarnya, dari arah depan ada Laika yang berjalan mendekatinya. “Hai, apa yang terjadi? Apa pembicaraan kalian sudah selesai?” tanya Laika begitu dekat dengan Agras. “Bosmu begitu galak, ia memarahiku, kasar sekali,” kata Agras menjawab pertanyaan Laika. “Kau jujur sekali, tapi memang begitulah perangainya,” ujar Laika. “Kau masuklah kekamar setelah aku berbincang dengan Ketua aku akan mengajakmu berkeliling Lumiren.” “Baiklah, dan hati-hati Bosmu sedang kurang piknik. Dia bisa memakanmu,” ucap Agras. “Ha-ha, jika dia mau dia bisa memakanku sejak lama, lagi pula dia Vegetarian,” kata Laika. Agras mengangkat alisnya kemudian berlalu pergi meninggalkan Laika, begitu juga Laika yang kemudian berjalan menuju ruangan Destron lagi. Laika sedikit penasaran dengan apa yang terjadi pada keduanya hingga membuat Agras mengatakan bahwa Destron sangat galak. *** Saat Laika sudah berada di ruangan. Destron sudah bersalin, lantai yang awalnya basah kini sudah kering meskipun rambut ikal putihnya masih sedikit lembab akibat air yang menutupi seluruh tubuhnya. Destron masih bisa membayangkan apa yang terjadi padanya ketika berbicara dengan Sang Penguasa Samudra tadi, ia dihadapkan pada pilihan antara mati atau hidup penuh dengan ketakutan. Ia pastinya tak memilih keduanya. “Kemana anak itu?” tanya Destron pada Laika. “Bukankah Anda memintanya untuk keluar dan kekamarnya,” ujar Laika menjawab pertanyaan Destron itu. “Jaga anak itu dengan baik, beri dia pengawal jangan sampai ada sesuatu yang menyebabnya mat atau minimal ia sakit,” kata Destron. Laika mengangguk paham. “Agras tadi sempat mengatakan bahwa Anda sedang dalam kondisi yang tak baik, ada apa?” ucap Laika diakhiri dengan tanya. “Kau tak perlu tahu, jika aku katakan pun kau tak akan mengerti. Tugasmu hanya menjaganya dan meyakinkan bahwa tak akan terjadi hal yang menyebabkan ia mati.” Mendengar ucapan itu Laika kembali mengangguk. Setelah itu mereka pun membahas apa yang harus dilakukan dengan Agras, termasuk bagaimana pelatihan yang cocok untuk anak sekecil itu, karena selama ini mereka tak pernah mengajar seorang reinkarnasi pahlawan yang berasal dari anak kecil, karena pasti akan berbeda dengan anak-anak penyihir lainnya di sana. “Kapan dua anak itu datang untuk bersama dengan Agras?” tanya Destron kemudian. “Kemungkinan beberapa bulan dari sekarang, kedua anak itu masih latihan di tempat berbeda,” jawab Laika atas pertanyaan Destron. “Salah satunya masih di gereja dan satunya di Kota Loth.” “Kau urus kedatangan mereka dan jangan sampai saat mereka datang kemampuan Agras belum ada kemajuan sama sekali, anak itu yang akan memimpin dua lainnya untuk menemui Raja Iblis itu,” kata Destron. Laika mengangguk mengerti apa yang dikatakan Destron itu. “Bawa anak itu berkeliling agar ia siap dengan latihan berat yang akan ia jalani.” Setelah mendengarkan hal itu Laika pun berlalu pergi dari sana, meninggalkan Destron seorang diri yang kemudian duduk di kursi kerjanya sambil memandang hamparan pepohonan di belakang kastil yang cukup banyak rimbun. Destron masih memikirkan apa yang terjadi padanya setelah berbicara dengan roh penjaga alam semesta utara yang baru pertama kali ia temui, ia masih membayangkan perasaan takut yang bergetar dalam dirinya, ini baru pertama kalinya ia merasakan hal itu karena selama ini sebagai seorang pelindung Valgava ia merasa menjalankan semuanya dengan baik, tapi setelah berbicara dengan Agras, sang penguasa samudra lansung datang untuk menegurnya, apalagi saat ia tahu ada hal yang janggal. Sang penguasa samudra mengatakan bahwa ada entitas lain yang ikut andil dalam tubuh Agras, anak itu sebenarnya sudah mati lama tapi karena sebuah hal Agras masih hidup sampai saat ini, Destron harus mencari tahu hal itu ia harus mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Tentang siapa Agras dan apa maksud sang penguasa Samudra itu. Terhubung dengan roh penjaga alam semesta bukanlah sebuah hal mudah, ia tak bisa menguras tenaganya untuk berbicara pada sebuah dunia lain, berbeda jika ia berbicara lewat dunia jiwa yang bisa ia lakukan kapan saja. Membuka pintu dunia roh akan menghabiskan banyak sihirnya dan bisa saja hingga membunuh tubuhnya jika terlalu lama. Saat Destron masih termenung di sana, tiba-tiba sebuah panggilan dari dunia jiwa masuk, ia pun masuk kedalam dunia jiwa lewat pintu meditasi. Seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam dengan tudung yang dibuka menampakkan dirinya, orang itu cukup lama tak ia lihat beberapa puluh tahun mungkin ada, sejak mereka berpisah dahulu. “Destron, kakakku,” ujar seseorang itu yang tak lain Zaheer. “Zaheer,” ucap Destron sedikit terkejut, bahwa yang datang adalah Zaheer adik seperguruannya dulu saat belajar sihir dengan Ayios. “Apa yang kau lakukan di sini?” “Pertanyaan dan air muka terkejutmu seolah tak menyambutku dengan baik, kau bisa memelukku atau menanyakan kabarku, bukan,” kata Zaheer pada Destron. “Setelah puluhan tahun baru kali ini kau datang padaku, apa yang kau minta? Perlindungan di kotamu?” tanya Destron. “Aku datang bukan untuk meminta bantuanmu, karena kotaku aman dan damai tak ada masalah apapun, aku mendatangimu karena aku ingin menyakan kabar cucuku, ibunya sangat khawatir,” ucap Zaheer. “Cucumu, siapa? Sejak kapan cucu dari seorang penyihir dan ketua sekte hebat mau menempatkannya di kota tua ini,” tanya Destron lagi. “Agras itu cucuku, reinkarnasi dari pahlawan selanjutnya.” Destron lagi-lagi terkejut mendengar pertanyaan dar Zaheer itu, ia tak menyangka bahwa Agras adalah cucu dari Zaheer seorang ketua sekte Kasota dan salah satu penyihir terhebat yang pernah ada, bahkan jika sihirnya beradu dengan sihir Zaheer kemungkinan sebuah bencana besar akan terjadi. “Kenapa kau tak mengatakan sejak awal?” “Apa Isaac tak memberitahumu? Padahal aku sudah berpesan untuk menjaga cucuku padanya,” rungut Zaheer. “Dia hanya mengatakan padaku bahwa anak itu dari Tron, tapi ia tak bilang jika itu cucumu,” kata Destron. “Sekarang kau tahu, jaga dia sampai bisa mengalahkan Raja Iblis, jika ada sesuatu yang kurang dari tubuhnya, aku akan hancurkan kota tuamu beserta kenanganmu di sana.” Setelah mengatakan ancaman itu pada Destron, Zaheer menghilang begitu saja dari hadapan Destron dan ia pun kembali kedunia myata. Keadaan semakin sulit, Destron akhirnya menerima kenyataan bahwa Agras bukan sekedar reinkarnasi dari seorang pahlawan, tapi ia juga cucu dari seorang ketua sekte dan pastinya Agras memiliki kekuatan hebat yang tersimpan, kekuatan dari keturunan luar biasa, apalagi saat Destron tahu bahwa ayah Zaheer dulu pernah hampir menghancurkan Loth serta Tron saat ia tahu bahwa Ibu Zaheer mati akibat sebuah kudeta perebutan kekuasaan di kerajaan Valgava. Kini cucunya bersama dengannya, di kota tempat tinggalnya, apalagi Zaheer sudah mengancam bahwa akan melakukan sesuatu jika Agras mengalami kesakitan sedikit saja. Mencari masalah dengan Zaheer ataupun Isaac bukan lah hal yang baik, setelah sekian lama tak bertemu pastinya kekuatan Zaheer sudah meninggkat sangat cepat, apalagi Zaheer kini menjadi pelindung kota Kasota.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN