23. Searching III

1004 Kata
Saki, Sanka, dan Randra kini sudah berada di ruang tamu rumah Profesor Jula. Mereka sedang menyimak arahan yang Profesor Jula berikan sekarang. "Kalian akan bergerak tengah malam. Cukup sulit untuk menemukan perbatasan itu. Kalian mungkin akan membutuhkan beberapa hari, atau mungkin berminggu-minggu. Saya sudah coba mencari beberapa kali, tapi hasilnya nihil. Tidak ada petunjuk yang saya dapatkan, walaupun sedikit." jelas Profesor Jula panjang. "Prof, jika Profesor saja susah untuk mencarinya, bagaimana kita? Mungkin itu akan lebih lama dan sulit, Prof." ucap Saki setelah mendengarkan penjelasan Profesor Jula. Menurutnya, seorang profesor seperti manusia di depannya saja kesulitan untuk mencari perbatasan, apalagi dia dan kedua kawannya yang tidak tahu apa-apa. "Tenang, entah karena apa, saya berfirasat jika kalian pasti akan menemukan perbatasan itu. Kalian berusaha saja dulu, perihal gagal atau tidaknya, itu urusan nanti. Paham?" Profesor Jula dengan tersenyum memberi semangat pada mereka. "Hemm, sepertinya ini akan sulit." gumam Randra. Profesor Jula mendelik, dia memukul kepala Randra dengan spidol besar yang sedari tadi ia pegang. "Prof!" Randra mengkerut, dia tidak suka jika yang lain menyentuk kepalanya tanpa seizin darinya. "Apa?! Barusan aku bilang, perihal gagal atau sulit itu urusan nanti. Sekarang, kalian fokus untuk mencoba dulu. Jika kalian gagal, kalian coba lagi. Apa susahnya?!" Profesor Jula berbicara dengan cepat dan kencang. Saki terkekeh, mengulum senyumnya ketika mendengar perkataan profesor tua yang ada di hadapannya itu. "Baik Prof. Kita akan berusaha. Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" Saki bertanya mimik seriusnya. "Pertanyaan bagus! Sekarang, kalian pulihkan tenaga kalian dulu. Sebab kalian akan memulai penjelajahan kalian nanti malam." balas Profesor Jula semangat. Saki, Sanka, dan Randra mengangguk. Mereka saling melirik, lalu dengan serempak beranjak dari duduknya. Mereka melangkah menuju stop kontak yang tersedia di rumah Profesor Jula. Dengan segera, kabel pengisi baterai sudah tersambung ke tubuh mereka masing-masing. Profesor Jula melebarkan senyumnya, dia merasa senang dengan semangat 3 kawan ini. Dia berharap, jika nanti, semuanya akan berjalan lancar. Karena, dia ingin kembali ke dunianya. Dia ingin bergaul dengan manusia lainnya lagi. Dia ingin kembali ke rumah sederhananya. Dia hanya ingin kembali. "Semoga kalian membawa kesejahteraan untuk semuanya." gumam Profesor Jula sangat berharap. *** Saki dan kedua kawannya kini sedang bersiap. Mereka sudah mengisi baterai mereka hingga penuh. Jadi, mereka tak perlu risau hingga waktu yang cukup lama. "Sudah ganti baju kalian?" Profesor Jula muncul diambang pintu. "Yes, Prof. Kita juga sudah siap!" jawab Saki serius. "Bagus! Sekarang, kita bersiap untuk berangkat." Saki melirik kedua kawannya. Dia melihat Sanka, kawannya yang satu itu entah kenapa terlihat gugup. Dan hal itu, Saki pikir itu jarang terjadi. Sanka, dia M-Robot yang selalu siap dengan keadaan apa pun. Tapi sekarang, dia melihat jika Sanka terus-terusan bergerak gelisah. Jangan tanya bagaimana Randra, dia adalah M-Robot paling santai yang pernah Saki temui. Randra dengan senyuman khasnya selalu melihat jam tangan kulit berwarna coklat tua di pergelangan tangan kanannya. Saki tidak tahu, kenapa kawannya yang satu itu terus-terusan melihat jam tangan cantiknya. "Aktifkan kendaraan kalian! Ikuti saya dan jangan sampai lengah!" instruksi Profesor Jula. "Baik Prof!" ketiga kawan itu dengan serempak menjawab kencang. Saki, Sanka, dan Randra mengaktifkan SWG-nya masing-masing. Mereka segera menyusul Profesor Jula yang telah lumayan jauh di depan mereka dengan CWG-nya yang berwarna biru tua. "Jangan lengah! Fokus untuk mengikuti ku saja!" teriak Profesor Jula menyembulkan kepalanya di kaca samping mobil. "Siap Prof!" jawab mereka bertiga. Saki tersenyum puas. Sebentar lagi, dia akan menjelajah. Dunia baru yang dia pikirkan sejak lama, sekarang akan tercapai sebentar lagi. "Ibu, jangan terkejut kalau aku berhasil menemukan dunia baru ...." gumam Saki menatap langit. Saki terus tersenyum lebar. Dia tidak sabar untuk memulai penjelajahan ini. Dengan kecepatan penuh, Saki menyusul CWG milik Profesor Jula dan meninggalkan kedua kawannya di belakang. "PROFESOR!! PERJALANANNYA MASIH JAUH KAH?" Saki bertanya dengan berteriak. Profesor Jula sangat cepat mengendarai CWG nya. "NO SAKI! SEBENTAR LAGI KITA AKAN SAMPAI!!" balas Profesor Jula dengan berteriak juga. "Yes!" mendengar hal itu, Saki dengan semangat bergumam dengan tangan kanan yang mengepal erat. "SAKII!!!" dari belakang, Randra berteriak sembari menambah kecepatannya dengan Sanka. "Berisik! Ingatkan pada kawanmu agar jangan berteriak seperti itu!!" Profesor Jula dengan wajah garang menyuruh Saki. "Tapi, tadi Profesor juga berteriak 'kan?" tanya Saki dengan wajah bingungnya. "Itu, itu beda! Sana cepat peringati kawan-kawanmu!" Profesor Jula dengan gelagapan menjawab pertanyaan Saki. Saki mengangguk, dia kemudian berbalik dan melesat cepat ke arah kedua kawannya. Sesampainya dia di hadapan mereka, Saki dengan kencang memukul kepala Randra dan Sanka. Sanka mengernyit, "Kau lupa Saki? Kita robot, kita tidak punya rasa sakit." ucap Sanka menyadarkan Saki. Saki yang lupa akan hal itu berdecak kesal. Dirinya memang sudah diberi tahu oleh Profesor Jula, bahwa mereka tidak punya rasa sakit. Berbeda dengan manusia, manusia punya rasa sakit. Profesor bilang, memukul dengan tenaga seperti tadi bahkan bisa membuat kepala mereka berdarah. Waktu itu, Saki, Sanka, dan Randra bingung. Mereka tidak tahu apa itu darah. Lalu Profesor Jula menjelaskan, bahwa darah adalah cairan penting yang harus dimiliki oleh manusia. Saki juga ingat, Profesor Jula bilang, tanpa darah manusia bisa saja meninggal. "Seberapa beda kita dengan manusia, ya?" gumam Randra yang didengar oleh kedua kawannya. "Entah. Siapa yang tahu. Tapi mungkin, nanti kita akan tahu itu, Ran." balas Sanka membuat Randra manggut-manggut paham. "Hemm, benar juga." sahut Saki menimpali. "AH! IYA!! Aku lupa tujuanku memukul kepala kalian ...." Saki tiba-tiba berteriak lalu terkekeh pelan. "Apa memangnya?" tanya Sanka. "Jangan berisik, bo*oh!! Profesor bisa-bisa tidak akan menunjukkan jalannya jika kalian terus-terusan berisik seperti tadi." balas Saki dengan agak kesal. Sanka dan Randra hanya mengangguk-angguk saja. Mereka terlihat tidak peduli akan hal itu. Dahi Saki mengkerut kesal, "Yang serius! Jangan sampai, hanya gara-gara suara kalian, penjelajahan itu malah tidak jadi kita lakukan. Aku sangat tidak menginginkan hal itu! Jadi, patuh saja apa yang diucapkan oleh Profesor Jula, paham?!!" ucap Saki panjang dengan nada tegasnya. "Baik Saki. Kita juga mengerti." jawab Sanka mengulum senyumnya. "Bagus. Dan, sepertinya kita telah tertinggal jauh oleh Profesor Jula. Sebaiknya kita bergegas sekarang." setelah mengucapkan hal itu, Randra dengan kecepatan tinggi melesat menuju arah CWG milik Profesor Jula. "Cepat Sanka!" Saki berbalik, dia menarik lengan Sanka agar mengimbangi laju SWF-nya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN