Prolog
Tinggal di perumahan sepi, belajar di sekolah elite, memiliki banyak fasilitas dan pengawal pribadi, tapi sayang, dia kurang kasih sayang dari orangtua. Hidupnya hanya dipenuhi dengan warna hitam dan putih. Ya, seperti itulah kehidupan Rain, kehidupan yang membuatnya tidak paham bagaimana dunia luar.
Semakin memahami bagaimana hidupnya, ia mulai bangkit untuk mewarnai. Ia memilih untuk hidup di luar, belajar hidup tanpa didampingi para pengawal, dan memulai lembaran hidupnya yang baru, yang jelas sangat berbeda dengan kehidupan ia sebelumnya.
Siapa sangka dia malah menemukan teman baik yang bisa membawanya lebih mengenal Islam. Tidak hanya itu, ia pun mulai mengenal bagaimana karakter manusia di bumi ini dan mengenal apa itu cinta dan pengorbanan. Kehidupannya terasa jungkir balik, banyak sekali hal baru yang ia rasakan, hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya dan sangat jauh dari ekspektasinya. Ia akan memulai petualangan baru, tentang apa itu pertemanan, saling mengikhlaskan, orang-orang dengan latar belakang beragam, apa itu kelas sosial, percintaan, mental, dan masih banyak hal lainnya.
Ternyata benar yang dikatakan ayah dan ibunya, semakin ia mengenal bagaimana dunia luar, bagaimana hidup jauh dari orangtua, maka ia pun akan mengenal berbagai macam rasa di hatinya. Namun ia sangat bersyukur, apa yang menjadi pilihannya dapat memberikan banyak pelajaran hingga ia bisa memetik beragam hikmah manis dari proses yang ia lalui, yang jelas saja jauh dari kata mulus-mulus saja.