19. Pencemaran Anak Bangsa

1150 Kata

"Barat." Di saat malam tiba, saat 'malam' seketika menjadi momok kecanggungan di antara keduanya sejak 'malam itu', malam kemarin lebih tepatnya. Posisi tidur Nirwana telantang kaku, Barat pun menatap lurus ke plafon kamar serba pink ini, terpaku. Entah kenapa malah jadi begitu. "Hm?" Barat balas dengan gumaman. Dia letakkan dua tangan di bawah kepala sendiri, menjadikan bantalan, membuat bagian ketiaknya terekspos, tetapi Barat tak peduli. Toh, dia pakai piama lengan panjang. "Aku boleh tanya-tanya?" Soalnya, baik Barat maupun Nirwana masih sama-sama belum disambangi rasa kantuk. Mereka masih kuat terjaga, tetapi selain rebahan di kasur, keduanya tidak punya pilihan lain. Ritual kemarin malam yang membuat Nirwana meringis-ringis saat berjalan rupanya menjadi faktor utama tubuh ingin

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN