Meet Him

1130 Kata
Evelyn menatap pantulan dirinya di cermin. Sungguh, dia tak percaya kalau itu adalah dirinya sendiri. Bukan mau sombong atau kepedean, tapi Evelyn merasa dirinya sangat cantik sekali sekarang. Itulah kenapa dia tak percaya kalau seseorang dalam cermin itu adalah dirinya sendiri. Ya, Evelyn sudah selesai dipermak habis-habisan oleh pegawai salon. Dia mendapatkan pelayanan eksklusif dari ujung rambut sampai kaki. Rambutnya yang agak kasar kini terlihat sangat lembut dan cantik. Kuku tangannya yang semula polos kini sudah terlihat cantik karena dipoles. Wajahnya yang biasanya natural tanpa make up kini sudah dipoles make up hingga Evelyn tak mengenali dirinya sendiri. "Bagaimana? Apa kamu puas dengan hasilnya?" Karina berjalan mendekati Evelyn yang masih mengagumi pantulan dirinya sendiri di cermin. "Ini sangat menakjubkan. Aku seperti orang yang berbeda," ucap Evelyn kagum. Karina terkekeh geli mendengar penuturan polos Evelyn. Ah, dia jadi sadar sesuatu. Evelyn masih berusia 20 tahun, masih sangat muda. Jarak usianya dengan Alan sangat jauh. Tapi, Karina akan memastikan penampilan Evelyn agar terlihat lebih dewasa. Jangan sampai orang-orang sadar kalau Alan membawa seorang wanita muda di acara reuni nanti. "Pakai ini. Sebentar lagi Alan akan datang ke sini. Kita akan berangkat bersama," ucap Karina. Dia menyerahkan sebuah paperbag pada Evelyn yang diterima Evelyn dengan bingung. "Aku tunggu di depan ya. Mereka akan membantumu memakai gaun itu," ucap Karina. Setelah mengatakan itu, Karina pun pergi dari sana. "Ayo, Bu. Kita bantu," ucap salah satu pegawai salon. Dia mengambil paperbag yang diserahkan oleh Karina pada Evelyn. Lalu dia mengeluarkan sebuah gaun berwarna navy yang sangat indah. Mata Evelyn langsung melotot melihat gaun tersebut. Ya Tuhan. Dia harus memakai baju seksi itu? Yang benar saja! *** Evelyn lagi-lagi menatap pantulan dirinya di cermin. Sekarang, dia sudah memakai gaun indah berwarna navy yang disiapkan oleh Karina untuknya. Selain indah, gaun itu juga berkilau. Evelyn sebenarnya kurang suka gaun itu karena memperlihatkan bahu beserta punggungnya. Namun, dia juga tak bisa menolak. Tak apa. Demi uang agar dia bisa bayar utang. Rambut Evelyn diikat tinggi-tinggi dan dibuat bergelombang di bagian ujungnya. Dia juga sudah memakai perhiasan yang juga disiapkan oleh Karina. Dan lihatlah, sekarang dia memang tak terlihat seperti gadis berusia 20 tahun. Usianya terasa bertambah karena penampilannya sekarang. "Mari, Bu. Mereka sudah menunggu." Salah satu pegawai salon mengajak Evelyn untuk segera keluar dari sana. Evelyn mengangguk dan berjalan pelan. Dia memakai high heels setinggi tujuh centimeter, dan Evelyn berusaha sekeras mungkin agar jangan sampai jatuh. Perlahan, pintu terbuka. Evelyn berjalan keluar dari ruangan tersebut. Decakan kagum dari Karina yang pertama Evelyn dengar. Wanita itu langsung menghampiri Evelyn dan tak henti memuji Evelyn yang terlihat sangat mengagumkan sekarang. "Alan, lihatlah. Gaun yang kamu pilih sangat cocok untuk Evelyn," ujar Karina. Evelyn melihat ke depan, dan ada dua pria di sana. Entah mana yang bernama Alan, karena dua-duanya menampakkan raut wajah yang sama datarnya. Namun, jujur saja mereka berdua sangat tampan. Ya Tuhan. Evelyn merasa terpesona melihat mereka dengan sikap dinginnya. "Ayo kita berangkat. Acaranya akan dimulai sebentar lagi." Salah satu dari pria itu berkata. Karina tersenyum dan mengangguk. Dia lalu berjalan meninggalkan Evelyn dan menggandeng lengan pria yang berbicara barusan. Sekarang Evelyn tahu mana pria bernama Alan, karena yang satu lagi merupakan pasangan Karina. "Evelyn, kita bertemu di sana nanti." Karina berucap sebelum pergi lebih dulu. Evelyn menatap kepergian Karina dengan senyuman kecil. Kemudian dia hanya berdiri saja di sana, karena bingung harus melakukan apa. Alan menatap Evelyn dalam diam. Matanya memicing, memperhatikan wanita muda itu dari atas ke bawah beberapa kali. Alan ingat jelas wajah Evelyn yang dia lihat di foto biografi yang dikirimkan oleh Zara. Dan wajah difoto itu sangat berbeda dengan aslinya sekarang. Oh tentu saja. Di foto itu, Evelyn tak memakai apa-apa, sangat natural. Beda dengan sekarang yang memang sengaja dipermak agar terlihat lebih dewasa dari usianya. Alan berjalan mendekati Evelyn yang terlihat gugup dan bingung. Alan sungguh tak percaya kalau dia akan mengajak seorang wanita berusia 20 tahun ke acara reuninya. Ya, semoga saja tak ada yang menyadari kalau usia Evelyn jauh di bawahnya. Alan mengulurkan tangannya ke arah Evelyn. Evelyn menatapnya dengan bingung, kemudian menerima uluran tangan Alan dengan ragu. "Dengarkan saja apa yang aku katakan. Tak perlu berusaha berbaur dengan yang lain dan jangan bicara dengan orang lain." Alan berkata dengan suara rendahnya yang membuat Evelyn merinding. "Ba-baik." Evelyn membalas dengan suara pelan. Alan menatapnya beberapa saat, kemudian menarik pelan Evelyn agar mengikuti langkahnya. Mereka berjalan keluar dari salon dan menghampiri mobil mewah Alan yang terparkir rapi di depan salon. Alan membuka pintu mobil lalu memberi kode pada Evelyn untuk masuk. Setelah Evelyn masuk, Alan menutup pintunya. Kemudian dia berjalan memutari mobil dan masuk ke dalamnya juga. Dia duduk dibalik kemudi, dan Evelyn duduk di sampingnya. Selama di dalam mobil, Alan maupun Evelyn sama-sama diam. Tak ada obrolan apapun hingga suasana terasa sangat hening dan canggung bagi Evelyn. Jantungnya berdegup dengan kencang, karena merasa gugup. Dia tak bisa berhenti menerka acara reuni seperti apa yang akan dia hadiri. Melihat penampilan Alan sekarang, juga Karina beserta pasangannya tadi membuat Evelyn yakin kalau yang hadir pasti bukan orang-orang biasa sepertinya. Oh tentu Evelyn juga ingat penampilannya sekarang yang memang terlihat mewah. Itu mengartikan, kalau acara reuni yang akan dihadiri pasti berisi orang-orang kaya dari kalangan atas. Memikirkan itu membuat Evelyn merasakan mulas. Bagaimana jika dia membuat kesalahan? Bagaimana jika dia bersikap bodoh dan kampungan? Ya Tuhan. Evelyn berharap dia bisa menjaga sikap dengan sangat baik agar tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan banyak orang. Setelah beberapa menit di perjalanan, mobil Alan pun memasuki parkiran sebuah hotel bintang lima. Evelyn semakin grogi dan gugup, dan Alan menyadari itu. Sekarang Alan baru terpikir, kalau dia salah karena menerima tawaran dari Zara untuk mengajak Evelyn ke acara ini. Evelyn pasti asing dengan acara seperti ini. Namun, tak ada waktu untuk menyesal. Acara sebentar lagi akan dimulai dan Alan tak mungkin mencari wanita lain. "Tenang dan jangan gugup. Jangan jauh dariku atau Karina. Jangan sampai tersesat juga," ucap Alan. Tanpa bicara apa-apa, Alan meraih tangan Evelyn dan melingkarkan ke lengannya. Sekarang, posisinya Evelyn menggandeng lengan Alan, dan jujur saja Evelyn merasa tak nyaman. Mereka lalu berjalan beriringan masuk ke dalam hotel, tempat acara reuni tersebut di laksanakan. Mata Evelyn melihat sekeliling, dan dia tak menemukan sosok Karina. "Acaranya di lantai 13." Alan berucap. Evelyn hanya diam saja mendengar itu. Pantas saja Karina tak terlihat. Pasti wanita itu sudah berada di atas sana. Mereka pun masuk ke dalam lift dan Alan langsung menekan tombol 13. Evelyn mendongak, menatap jarum lift yang menunjukkan angka lantai. Setelah beberapa saat, akhirnya lift berhenti. Pintunya terbuka dan Alan pun langsung menarik Evelyn agar keluar dari lift. Dan rasa gugup Evelyn semakin menjadi-jadi saat melihat banyak orang di sana yang berpenampilan mewah dan elegan. Ya Tuhan. Semoga dia tak melakukan kesalahan. Semoga dia bisa menguasai diri dengan baik di acara orang-orang kaya ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN