Meski hatinya sakit, Rahayu tetap hormat pada perempuan tua yang kini duduk di hadapannya. Yang menyakiti hatinya Narendra dan Anjani. Bukan Ibu berwajah teduh yang melahirkan Anjani ke dunia ini. Ya, sepulang dari pemakaman, seorang istri dengan luka di hatinya ini kini bertandang ke rumah Anjani. “Nak Yayu. Tumben sekali, baik-baik saja, kan?” Belum sempat menjawab, telaga di matanya luruh membelai pipinya yang lembut. “Ada yang salah? Astagfirullah, nak Yayu, Wanita hamil itu harus bahagia. Tidak boleh bersedih, kasihan anak-anakmu.” Rahayu semakin tergugu, kilatan demi kilatan kejadian seperti sebuah belati yang terus menghujam hati. Hingga berdarah dengan luka yang entah ada obatnya atau tidak. “Bu.” Rahayu terisak. Tangannya yang kurus menghapus air mata dengan tisu. “Aku gak