"Aku akan menyelamatkanmu Kana," ujar Reins menggenggam kuat tangan Kanaya.
"A-apa maksudmu Reins?"
"Aku dan keluargaku akan datang nanti malam, kami akan melamar mu,"
Mata Kanaya membulat sempurna.
"Jangan gila Reins! lusa keluarga Hazardy akan datang melamar ku, mana boleh begitu Reins,"
Kanaya tertunduk lesu, beberapa hari ini berusaha melupakan hari dimana ia akan bertemu dengan mantan tunangan sepupunya Clarista, pria yang akan menikahinya bahkan belum ia kenal dan jumpai.
"Jadi kau lebih suka menikahi pria yang tidak kau kenal itu, bukankah Clarista bunuh diri karena bertunangan dengan pria itu, pria itu pasti orang jahat Kana, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi padamu, meskipun kau menganggap ku abang, aku yakin sebenarnya di hatimu yang paling dalam kau juga mencintaiku," ujar Reins dengan kepedean tingkat tingginya.
Mendengar kata-kata Reins malah membuat Kanaya ingin tertawa, pria itu sangat pede mengatakan hal itu.
Tetapi melihat keseriusan Reins tak mungkin Kanaya tertawa, apalagi yang dikatakan Reins ada benarnya, lebih baik menikah dengan seseorang yang kau kenal, bahkan hampir seumur hidupnya ia mengenali Reins.
"Tapi Reins, ini bukan pernikahan biasa, ini pernikahan bisnis, pernikahan yang akan menyelamatkan Perusahaan kakek dari ambang kebangkrutan,"
"Tenang saja Kana, aku dan keluargaku akan berjuang dan memberikan apa yang di minta oleh Kakekmu,"
Reins tersenyum, hatinya seperti ada yang menggelitik, ia tak menyangka hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba, meskipun ini agak sedikit lebih cepat dari perkiraannya, Reins yakin kedua orang tuanya akan memberikan mahar yang di minta oleh Antonio Taufan, bagaimana pun keluarga Reins adalah keluarga Pengacara yang sangat terkenal, Papanya memiliki banyak aset yang berharga, dan ia yakin kalau Papanya akan memberikan apapun untuk kebahagiaannya mengingat ia adalah Putra tunggal Keluarga Gantara.
Setelah pertemuannya dengan Reins bukan membuat hati Kanaya sedikit tenang justru ia sangat khawatir, sesampainya di rumah ia akan memberitahu kepada Kakeknya kalau Reins dan Keluarganya akan berkunjung kediaman mereka, ia sangat takut apalagi ini sangat mendadak, namun karena Reins terus memaksa, Kanaya terpaksa mengikuti keinginan Reins.
"Bagaimana ini? kenapa aku sangat takut," ucapnya pada diri sendiri.
Kanaya yang sedang menyetir bahkan tidak fokus dan menggigiti bibirnya sendiri.
"Tapi, apa yang dikatakan Reins benar, lebih baik menikah dengan seseorang yang kau kenal daripada menikah dengan orang yang bahkan kau tidak kenal,"
Kanaya mengacak-acak rambut barunya.
"Argh ...lakukan saja seperti perkataan Reins, mana tahu Reins dan keluarganya bisa menyelamatkan aku dari pernikahan sialan itu," batinnya.
Sesampainya dikediaman Taufan, Kanaya bukan langsung menuju kamarnya, ia berencana memberitahu kepada Antonio secepatnya.
Setidaknya mereka harus mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan Keluarga Gantara.
"Kenapa rumah sepi sekali?" batinnya.
Ia menaiki anak tangga menuju ruang kerja sang Kakek, jangan tanya lagi bagaimana keadaan hatinya sekarang, Kanaya bahkan bolak balik meremas jari-jarinya sendiri.
"Aku tidak boleh gugup!" ucapnya menyemangati diri sendiri.
Kanaya sangat yakin kalau sore ini Antonio pasti berada di ruang kerjanya, sang Kakek memang lebih suka berdiam diri di ruang kerja sembari menatap dalam-dalam foto mendiang istrinya yang tidak lain dan tidak bukan adalah nenek Kanaya.
Meskipun terlihat menakutkan, nyatanya Antonio sangat mencintai mendiang istrinya, Nyonya Annaila Taufan.
Setelah kematian sang Istri, Antonio semakin sulit di dekati kecuali Camelia putrinya dan Clarista cucu perempuan kesayangannya.
Tok tok tok ...
Jangan tanya bagaimana keadaan Kanaya sekarang, telapak tangannya bahkan sudah berkeringat.
"Masuk!" ucap seseorang dari dalam.
Kanaya menarik nafas sebelum menarik handle pintu itu.
Setelah pintu terbuka Kanaya melihat sosok sang Kakek yang sedang berdiri di dekat jendela besar itu dan menatap keluar.
Antonio berbalik dan melotot melihat Kanaya, tidak biasanya gadis itu mendatangi dirinya ke ruang kerja yang suasananya sangat menakutkan bagi Kanaya.
"Ada apa?" tanya Antonio, suaranya terdengar sedikit serak seperti orang yang habis menangis.
"Kenapa suara Kakek begitu?" batin Kanaya.
"Em ...ada yang ingin aku bicarakan dengan Kakek," ucapnya sedikit gugup.
"Duduklah!"
Kanaya berjalan ke arah kursi dan duduk dengan tenang.
Tidak satupun orang di rumah ini yang bisa bersikap sesuka hati bila di hadapan Antonio, Kanaya yang biasanya bersikap grasak grusuk langsung berubah menjadi gadis yang penuh martabat bila berhadapan dengan sang Kakek.
Antonio kini sudah berada berhadapan dengan Kanaya.
"Ka-kakek, Keluarga Gantara ingin bertemu Kakek nanti malam," ucapnya terbata-bata.
Antonio menatap tajam ke arah Kanaya.
"Sialan! seharusnya aku mengatakan ini dulu pada Mama, biar Mama yang mengatakan ini pada Kakek," gerutunya dalam hati.
"Untuk apa Keluarga Pengacara itu datang kemari?" tanya Antonio menyelidik.
Antonio tahu benar kedekatan Reins dan Kanaya, dan ia tahu apa tujuan keluarga itu tiba-tiba ingin datang ke kediamannya yang tenang ini. Kanaya pasti sudah memberitahukan rencana pernikahannya dengan Ethan Hazardy.
Namun bukannya marah, Antonio tersenyum sinis karena sudah merencanakan sesuatu untuk membuat Keluarga Reins itu malu.
Selama ini, Antonio tidak terlalu menyukai kehadiran Reins di rumahnya yang sesuka hati, walaupun Antonio tahu kalau hanya Reins saja teman Kanaya, namun tetap saja ia merasa risih melihat Kanaya yang terlalu dekat dengan Reins, bagaimana pun mereka berbeda jenis kelamin, tidak mungkin tidak memiliki ketertarikan satu sama lain, sebagai seseorang yang berpengalaman melewati kehidupan yang fana ini, Antonio tahu betul bagaimana Reins selalu menatap Kanaya, dan ia yakin kalau pria itu memiliki perasaan terhadap cucunya itu.
Tetapi karena permintaan Camelia, Antonio terpaksa membiarkan pria itu keluar masuk rumahnya untuk bertemu Kanaya.
"Em ...itu," Kanaya tampak berpikir apa ia jujur atau pura-pura tidak tahu dulu, kalau jujur takutnya Antonio akan langsung menolak permintaan itu.
"Itu Kek, aku juga tidak tahu sih," ujar Kanaya menggaruk dahinya yang sudah berkeringat.
Melihat gelagat Kanaya, Antonio semakin yakin. Ruangan yang begitu dingin membuat gadis itu tetap berkeringat, pasti ia sudah mengetahui sesuatu.
"Baiklah, suruh mereka datang nanti malam, dan suruh Mamamu untuk mempersiapkan makan malam bersama,"
"Yes!!" teriak Kanaya dalam hati.
Ia tak menyangka Antonio akan semudah itu menyetujui pertemuan keluarga mereka dengan keluarga Gantara mengingat selama ini keluarga mereka jarang berhubungan meskipun dulu sekali Harto Gantara pernah menjadi Pengacara Keluarga Taufan, namun karena Alfred pernah kalah menangani kasus Antonio, Antonio pun mengakhiri hubungan kerja sama itu.
Kanaya keluar dari ruangan itu dengan senyum sumringah, ia tak percaya semudah itu melakukannya, padahal selama ini permintaan kecil saja sangat sulit di kabulkan oleh Antonio.
"Pasti sekarang Kakek ingin mengambil hatiku, bagaimanapun ia sangat berharap dengan pernikahanku dengan Keluarga Hazardy, itu sebabnya ia begitu mudah menerima permintaanku, semoga saja apa yang dikatakan Reins terjadi, aku harap Kakek membatalkan pernikahanku dengan Keluarga Hazardy," ucapnya setelah menutup rapat pintu ruang kerja sang Kakek.