Bunuh Diri

1099 Kata
"Argh ...Tidak!!!" Evelyn berteriak sekuat tenaganya ketika melihat Putri semata wayangnya Clarista tergantung di dalam kamar, gadis malang itu sudah tegang tepat di atas ranjangnya sendiri. Entah sudah berapa lama gadis itu menjadi mayat. Mendengar teriakan Evelyn membuat keheningan rumah keluarga besar Taufan itu menjadi terusik, Antonio Taufan. Kepala rumah tangga di rumah itu yang tak lain dan tak bukan adalah kakek dari Clarista mendadak pingsan saat mengetahui cucu kesayangannya telah tiada. Di rumah besar dan mewah itu, memang tinggal dua keluarga, Putra dan Putri dari Antonio yaitu Alex Taufan dan Camelia Taufan. Alex Taufan memiliki Istri bernama Evelyn Hardy dan mereka memiliki Putri bernama Clarista Taufan. Sedangkan Camelia Taufan adalah seorang janda yang memiliki Putri bernama Kanaya Taufan, Yah Kanaya membawa nama belakang keluarga Ibunya karena Camelia di tinggalkan begitu saja oleh Suaminya yang berasal dari keluarga miskin, Antonio yang marah besar tak sudi bila Putri Camelia membawa nama belakang Ayahnya. Meskipun begitu terlihat jelas kalau Antonio lebih mencintai Clarista di banding Kanaya. Hari ini adalah hari penuh petaka bagi keluarga Taufan, baru sebulan Clarista bertunangan dengan Ethan, Pewaris dari Perusahaan besar, gadis itu malah mengakhiri hidupnya tanpa meninggalkan pesan. Suara tangisan sahut menyahut di rumah besar keluarga Taufan, terutama Evelyn atau yang biasa di panggil Tante Eve oleh Kanaya yang sudah kembali dari Amerika. "Tante Eve, Tante harus ikhlas, jangan terus menangis begini Tan, nanti Tante sakit," bujuk Kanaya tepat di samping peti jenazah Sepupunya Clarista yang sudah kaku itu. Evelyn memeluk erat Kanaya, wanita paruh baya itu memang sangat menyayangi Kanaya layaknya putrinya sendiri, apalagi usia Clarista dan Kanaya hanya berbeda dua tahun. "Tante gak tahu apa yang ada di pikiran Clarista, Tante gak bisa terima Nay kalau Clarista harus tiada dengan cara seperti ini," tangisnya begitu dalam hingga ia sudah sesenggukan. Kanaya sangat memahami perasaan Tante Eve, ia tahu betul bagaimana cinta seorang Ibu pada putrinya. Kanaya yang sedang menempuh pendidikan di Amerika itu terpaksa kembali ke Indonesia, gadis jenius itu mengambil jurusan ilmu Astronomi atau ruang angkasa karena kecintaannya terhadap dunia luar angkasa, gadis itu bercita-cita akan menjadi seorang peneliti di NASA. Kanaya hanya bisa berusaha menemani Tante Eve, ia bahkan tak sedetikpun pergi dari sisi Tante Eve. Ibunya, Camelia Taufan bahkan sangat bangga dengan putri semata wayangnya yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang Papa, namun selalu peduli pada semua keluarganya. Meskipun Camelia menyadari dengan jelas bahwa kasih sayang Papanya sangat berbeda antara Kanaya dan Clarista. "Kemana Tunangan Clarista Tan?" tanya Kanaya. Kanaya memang belum pernah bertemu dengan Tunangan Clarista, karena saat mereka bertunangan, Kanaya tidak sempat kembali ke Indonesia. Mendengar pertanyaan Kanaya membuat Tante Eve mendengus kesal. "Tante tidak suka dengan pria sombong dan dingin itu, ini semua karena kakek kalian yang memaksa Clarista bertunangan dengan si Ethan b******k itu!" bisik Evelyn, ia tak mau bila Antonio si Papa mertuanya yang begitu mendominasi di rumah itu mendengar umpatannya. "Mak-sud Tante apa?" tanya Kanaya yang ikut berbisik-bisik. Evelyn mendesah "Sebentar lagi pria itu pasti kemari bersama kakeknya, kau bisa melihat sendiri bagaimana kelakuan si Ethan itu," gerutu Evelyn. Kanaya yang masih bingung hanya bisa menganggukkan kepalanya. Kanaya sendiri menyadari kalau Clarista adalah gadis yang sempurna untuk menjadi istri seorang Pewaris. Clarista cantik dan anggun, gadis itu juga selalu terlihat modis dan juga pintar, berbeda dengan Kanaya yang selalu berpenampilan apa adanya, meskipun Kanaya juga memiliki kecantikan yang tak kalah dari Clarista, nyatanya gadis itu lebih suka mencepol rambut panjangnya dan lebih suka menggunakan sepatu kets dibandingkan heels. Setelah membawa Tante Eve ke kamar tidur untuk beristirahat, Kanaya berencana untuk menemui Ibunya, sejak tiba di rumah keluarga Taufan, Kanaya bahkan belum bertemu ibunya karena sibuk menghibur Evelyn. Jenazah Clarista pun akan di kubur besok siang. "Mama!" panggil Kanaya kepada wanita yang sudah mengandungnya selama sembilan bulan itu, wanita yang begitu tegar menjadi single parent. Camelia langsung memeluk tubuh putrinya, Camelia memang sedang sibuk di dapur membantu Pelayan menghidangkan minuman untuk para pelayat yang merupakan kerabat ataupun relasi bisnis mereka. "Bagaimana keadaan Tante Evelyn?" tanya Camelia. "Tante Eve sudah tidur Ma, sepertinya Tante Eve kelelahan karena terus menangis," Camelia mengangguk, ia tahu betul bagaimana perasaan Evelyn sekarang, kakak iparnya yang memiliki hati yang baik itu. Saat mereka sedang berbincang-bincang di dapur, terdengar suara riuk kegirangan para Pelayan wanita yang masih muda. "Tuan Ethan, si Pria tampan itu sudah tiba," ucap salah satu Pelayan di rumah Keluarga Taufan itu. "Kenapa kalian berisik?" tegur Camelia melihat para Pelayan malah bergosip. "Ma-af Nyonya, Tuan Ethan dan Kakeknya sudah tiba," jawab salah seorang Pelayan. "Ethan siapa Ma?" tanya Kanaya. "Tunangan Clarista, ayo kita temui," "Gak usah deh Ma, Kanaya lelah banget, mau mandi Ma," kekeh Kanaya. "Baiklah Nak, sebaiknya kamu istirahat, kamu sudah melewati perjalanan yang cukup panjang," "Siap Mama," ucap Kanaya setelah menyambar pipi sang Mama dengan kecupan manisnya. Camelia hanya tersenyum tipis melihat tingkah laku Putrinya yang masih kekanakan, meskipun usianya sudah mencapai 21 tahun, tapi Kanaya masih bersikap kekanak-kanakan, apalagi bila sedang bersama sang Mama. Kanaya yang sama sekali belum bertemu Tunangan Clarista sama sekali tak berniat ingin melihat pria yang di puja-puja oleh semua wanita di Kota itu, Ethan bukan hanya tampan, pria itu sangat kaya karena akan mewarisi sebuah Perusahaan besar, namun sikap dinginnya adalah minus dari pria itu. Kanaya melebarkan langkah kakinya menaiki anak tangga, kamarnya memang berada di lantai dua tepat di sebelah kamar sang Mama. Sesampainya di kamar, Kanaya langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur yang super empuk itu, sejak kecil ia memang sudah hidup enak di rumah kediaman Taufan, hanya satu yang membuatnya tak betah di rumah ini, yaitu perbedaan kasih sayang Kakek. Kakeknya sangat mencintai Clarista yang penurut, berbeda sekali dengan Kanaya yang ingin hidup bebas. Sambil melamun ia membayangkan bagaimana sekarang perasaan Kakeknya. "Sebenernya apa yang terjadi pada Clarista? kenapa gadis bodoh itu bisa melakukan hal gila seperti itu," ucapnya dalam hati. Sejak dulu, Clarista adalah alasan Kakek mereka yang tegas dan kadang sedikit pemaksa selalu tersenyum karena wajah mendiang Neneknya begitu mirip dengan Clarista. "Jangan bilang Clarista bunuh diri karena tidak ingin di jodohkan dengan si Ethan itu?" ucap Kanaya. Ia menggulingkan tubuhnya, lalu memangku dagu dengan tangan. "Tapi katanya pria itu sangat sempurna dan incaran para gadis di kota ini, lalu apa yang membuat Clarista harus mengakhiri hidup," Kanaya terus bertanya-tanya di dalam hati, setelah setahun pergi ke Amerika untuk menempuh pendidikan, Kanaya memang jarang mencari tahu apa yang terjadi di kediaman mereka. Menurut Kanaya, seharusnya Clarista merasa beruntung karena dapat menikahi pria dari keluarga kaya raya seperti Keluarga Hazardy. "Entahlah! aku tidak tahu harus bagaimana, aku hanya kasihan pada Tante Eve," gumamnya berusaha memejamkan mata karena kelelahan setelah melewati perjalanan udara selama berjam-jam .
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN