Bab 8 Mengagumi

1131 Kata
Pagi yang cerah dan sejuk, menemani mereka yang berjuang mengais rezeki di hari dimana Raya juga mendapatkan panggilan telpon mendadak dari perusahaan tentang rapat mendadak yang akan di lakukan ja 8 pagi. Untuk sampai di kantor, Raya membutuhkan waktu 1 jam termasuk lajuan bus yang cukup cepat tanpa hambatan padat jalanan. Gadis itu duduk di kursi barisan ketiga, cukup banyak penumpang lain yang juga hendak pergi ke tempat kerja. Raya menghela nafas lega mengingat dia sudah menyediakan sarapan untuk gadis kecilnya di rumah dan juga pakaiannya. Raya juga sudah menyiapkan air hangat untuk mandi Princess. Dia tersenyum tipis, setiap kali mengingat tingkah Princess yang semakin memahami kondisinya, hingga gadis kecil itu daat melakannya seorang diri, terkecuali memasak. Meski penasaran, ada hal apa yang terjadi di perusahaan hingga ada rapat dadakan yang mengharuskan dia datang sepagi saat ini. Sepanjang perjalanan, Raya hanya memperhatikan artikel perusahaan di ponselnya yang sempat di kirim oleh teman divisinya tentang pemasaran. Terutama pesan dari Albert yang sudah resmi jadi kekasihnya. Dia memberitahu Raya tentang rapat dadakan begitupun dengan informasi dari temannya. "Mendadak seperti ini?" gumam Raya, melihat pesan di balik ponselnya. Raya teringat kembali akan manager barunya yang meminta rapat dadakan di adakan. Dia tahu jika hal itu akan terjadi setiap kali bos utama ada. Sesampai di perusahaan, Raya mempercepat langkahnya. Namun dia terkejut saat dirinya malah menabrak seseorang yang tidak seharusnya dia usik. "Astaga Raya ...." Raya terkejut saat mendengar dan melihat seruan Albert tidak jauh darinya. Namun yang dia tabrak adalah tuan Morgan yang berdiri tepat di hadapannya dengan pandangan yang tidak bisa di artikan. "Astaga, kenapa kau tidak meneriakiku sebelum aku menabraknya!" gerutu batin Raya menatap Albert yang tersenyum tertahan melihat Raya. "Kau ...." "Maaf, Tuan. Saya tidak melihat Anda tadi!" seru Raya, dia menyela ucapan Morgan, bergegas berdiri dan meminta maaf. "Hmm." Morgan mengangkat sebelah alis mendapati ucapan Raya. "Tuan, rapat sudah akan di mulai!" seruan seorang wanita muncul dari arah belakang Raya membuyarkan kecanggungan antara Raya dengan direkturnya. Raya masih menganggap Morgan hanyalah seorang manager, padahal dia sudah di beritahu jika Morgan pemilik perusahaan. Melihat Morgan dan Albert pergi melewati dirinya, Raya tersenyum tipis membalas gelengan kepala Albert hingga dia melihat mereka sudah tak terlihat lagi. Tapi dia teringat akan rapat yang juga akan dia ikuti hari ini. Raya bergegas berlari, masuk ke dalam ruang kerjanya. Namun dia terkejut saat mendengar letusan sambutan dengan manik-manik penyambutan dari teman satu divisinya tampak ceria menyambutnya. "Selamat ya Ra! Kamu sudah dapat promo menjadi ketua divisi dan akan mengatur bagian divisi kami!" seru Nadira. "Hah, kau yakin?" tanya Raya. "Bodoh, tentu saja. Lihat mading disana! Namamu nampak jelas dan kamu harus mentraktirku hari ini!" seru Nadira. Raya terperangah melihat namanya ada di bagian atas akan tanggung jawab di anggota divisinya. Terpampang jelas disana namanya. "Dari sekian nama orang di divisi kita, apa benar ada aku?" tanya Raya. "Kau ini! Bukannya senang malah mempertanyakan hal yang seharusnya kau lebih yakin akan jabatan ini!" pukulan tangan Nadira di kepala Raya tampak nyata membuat Raya menoleh ke arah temannya itu. "Aku dapat gaji gede Nad!" seru Raya tertawa kegirangan memeluk Nadira. "Tanggapanmu itu tidak terlambatkan?" tanya Nadira dalam pelukan Raya yang bahagia melompat-lompat memeluk temannya. "Nona Raya Nafisha, silahkan menemui direktur dengan resume baru Anda!" seruan seorang sekretaris menghentikan gelak tawa Raya membalas anggukan darinya. "Ada apa ya?" tanya Raya. "Ck, sana pergi!" dorong Nadira menyuruh Raya bergegas menwmui direktur. "Kau ini, tidak pernah mau menjawab pertanyaanku," gerutu Raya. Raya keluar dari ruang kerjanya dan menghampiri ruang rapat keberadaan Direktur Utama termasuk ada kekasihnya Albert juga di sana. Namun setelah memastikan Raya datang, Albert pergi berpamitan dari sana sehingga membiarkan raya hanya berdua saja dengan atasannya. "Apakah anda memanggil saya, Tuan?" ranya Raya setelah memastikan Albert keluar dari ruangan itu. Rapat singkat yang dilakukan oleh Morgan dengan para pekerjaannya tampak terlihat singkat bagi Raya. Setelah dia masuk ke dalam ruang kerjanya Morgan. mempersilahkan Raya untuk duduk dikursi dibalas anggukan oleh Raya. Dia merasakan bahwa Morgan terlalu ramah untuk seorang pemilik perusahaan besar baginya. "Apakah anda tahu jika anda mendapatkan tugas baru Anda?" tanya Morgan. "Iya , Tuan," angguk Raya sebagai jawaban dari pertanyaan Morgan. "Baiklah, mulai saat ini kau hanya diperbolehkan melapor kepadaku dan tidak diperbolehkan untuk melapor semua hal kepada atasannya yang lainnya. Hanya ada aku yang boleh melihat kinerja kerjamu," tegas Morgan. "Baik Tuan, saya akan melakukannya dengan sepenuh hati dan melakukannya yang terbaik," angguk Raya. Morgan hanya tersenyum tipis menanggapi jawaban dari Raya, meski dia ingin sekali menanyakan sesuatu hal namun dia urungkan ketika dia mengingat sesuatu dan merasa bahwa Raya tampak begitu dekat dengan Albert disana. "Apakah kau ...." Morgan berhenti menggantikan pertanyaannya ketika dia mengingat hal yang tidak mungkin bagi dirinya, untuk bermulai tanyakan hal pribadi kepada Raya di jam bekerja. Raya hanya terdiam mencoba untuk mendengarkan ucapan Morgan kembali. Namun tidak dilakukan oleh pria itu. Meski sempat mengerutkan dahinya memahami apa yang dikatakan oleh Morgan, hingga dia memilih untuk berpamitan dan keluar dari ruangannya. Berdiri tepat didepan pintu ruangan Morgan, Raya mengerutkan dahinya terpikirkan tentang segala hal yang terjadi antara dia dengan Morgan memang bukanlah hal kebetulan. "Bagaimana, rasajya mendapatkan sebuah jabatan?" tanya Albert berjalan menghampiri Raya. "Kau tahu ini adalah hal yang terbaik di dalam kehidupan ketika baru bekerja 2 tahun saja sudah mendapatkan sebuah jabatan yang cukup menggiurkan bayarannya?" balas Raya. Albert hanya menggelengkan kepala mendengar Raya begitu bahagia dengan upah yang akan dia dapat. "Kenapa kau begitu senang setiap kali mendengar bayaranmu meningkat, apakah kau memiliki sesuatu hal yang membutuhkan biaya lebih?" tanya Albert. "Hei ... Tentu saja aku membutuhkan hal itu. Wanita mana yang tidak memerlukan dan tidak menginginkan upah yang begitu tinggi untuknya,' protes Raya. "Bukan hal itu Ra, tapi hanya saja kenapa jika kamu memang membutuhkan uang lebih. Kenapa tidak meminta kepada ku?" ucap Albert. "Kau tahu sendiri, aku bukan tipe seorang wanita yang membutuhkan seseorang untuk aku mintain hanya sekedar kebutuhan ekonomi. Aku bisa mendapatkannya tanpa harus meminta," jelas Raya. "Bukankah aku kekasihmu? Ra, sebaiknya jika kamu menginginkannya?" tegas Albert. "Apa maksudmu, aku masih mampu mendapatkan hal yang kuinginkan tanpa harus meminta kepada seseorang," tegas Raya. "Kau benar-benar membuatku kesulitan untuk memperlakukanmu!" Albert pergi begitu saja dengan perasaan kesal dan Raya yang meremehkan dirinya. "Ada apa dengan dia? Kenapa dia terus-terusan marah-marah di hadapanku?" gumam Raya. Dia pergi begitu saja dan tidak menyadari jika ada seseorang di balik pintu mendengarkan percakapan antara Raya dengan Albert. Tidak percaya jika masih ada seorang wanita yang memiliki sebuah prinsip kuat sehingga dia hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk menghidupi dirinya. Tanpa mencoba untuk mencampurkan mantan seorang pria di dalam prinsip hidupnya. "Wanita yang sangat menarik," ucap Morgan. Dia memperbaiki pakaiannya dan kembali duduk di kursi kerjanya terfokuskan dengan segala hal yang ada di hadapannya. Meski sesekali, Morgan tersenyum tipis mengingat ungkapan dan ucapan cara bicara Raya yang dia dengar.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN