Bab 10 Debaran Hati

1037 Kata
Berjalan perlahan, Raya merasa lega setelah mobil Morgan sudah pergi dari sana. Dia tidak tahu jika berada si pelukan Morgan tampak membuatnya nyaman tapi debaran jantungnya tak bisa dia hindari saat berdetak kencang tadi. "Apa yang terjadi denganku, padahal tadi aku sedang mendapat hal buruk terjadi padaku?" gumam Raya. "Anda pulang malam sekali Nona Raya?" pertanyaan dari Pak Andri penjaga panti memgejutkan Raya yang sedang berbicara sendiri. Dia tidak menyangka jika ternyata sudah sampai di panti meski hanya berjalan kaki saja. "Hmm, iya Pak. Ada lembur tadi," angguk Raya canggung. "Wah, Nona sudah bekerja sampai lembur malam seperti ini ya. sebaiknya Anda bergegas masuk angin malam tidak baik untuk anda!" seru pak Andri dengan ramah. "Baiklah Pak, terima kasih kalau begitu saya masuk terlebih dahulu," angguk Raya. Pak Andri melihat Raya memasuki gerbang, dia mencoba untuk memperhatikan sekitar berharap tidak ada seseorang yang berniat buruk kepada Nona Raya terutama Panti Asuhan. Baginya seorang gadis seperti Raya adalah sesuatu hal anugerah bisa memiliki Putri seperti dia, dibandingkan dirinya yang selama ini tidak pernah mendapatkan sapaan dari putrinya sendiri dan menganggap Raya seperti putrinya yang tinggal jauh disana. Saat Raya berjalan masuk ke tempat tinggalnya dia melihat Princess duduk masih terjaga, terlihat ia mengkhawatirkan dirinya gadis kecil itu memeluk Raya dengan sangat erat. "Ya ampun, ternyata kamu belum tidur maafkan aku tadi ada sesuatu hal yang harus aku lewati terlebih dahulu, baru bisa pulang." Raya merasa bersalah ketika dia membiarkan Princess seorang diri hingga larut malam. Apalagi sesuatu hal terjadi kepada dirinya setelah apa yang dilakukan oleh Albert kepadanya. "Apakah kau sudah makan?" tanya Raya Dibalas anggukan oleh Princess, Raya tersenyum tipis dia mengacak lembut rambut gadis kecil itu hingga menggendongnya. "Sebaiknya kau bergegas tidur tidak baik bagi dirimu terjaga di jam-jam seperti ini. Aku akan membawamu ke tempat tidur!" seru Raya dibalas anggukan oleh Princess hingga dia menidurkan gadis kecil yang memang sudah tidak tertahan rasa kantuknya. Dia tersenyum tipis setelah melihat Princess sudah tertidur pulas dalam sekejap. Raya terpikirkan lagi tentang apa yang dilakukan oleh kekasihnya memperlakukan dia dengan sangat kasar. Hingga membuat dia tampak tidak menyukai Albert lagi. Namun Raya tidak menyangka jika seorang Morgan menolongnya di saat yang tepat. "Jika tidak ada dia, mungkin sesuatu hal buruk akan terjadi kepadaku dan membuatku tambah kecewa kepada pria itu. Benar-benar sesuatu yang sangat membuatku kecewa ketika berniat untuk melakukan hal seperti itu kepadaku. Tapi kenapa dia mengatakan ingin memastikan aku seorang gadis atau bukan? Ada apa dengannya?" gumam Raya. Dia terpikirkan tentang hal yang dikatakan oleh Albert hingga turun dari atas tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi membersihkan tubuhnya yang memang belum dibersihkan. Setelah pulang dari pekerjaan dan malah pergi ke sebuah bar untuk menerima ajakan dari teman-temannya saat dia selesai membersihkan tubuhnya. Sebuah panggilan telepon dari seseorang membuat dia terkejut, saat dering ponselnya berbunyi di dalam tas kerjanya. Raya tahu siapa yang akan menghubunginya ketika dia pergi begitu saja dari pesta penyambutan untuk dirinya. "Ya ampun, nona muda kau pergi begitu saja padahal pesta ini adalah milikmu. Kenapa kau malah menghilang di saat-saat yang kami tunggu?" pertanyaan dari Nadira membuat Raya terdiam hingga mengangkat sebelah alisnya. "Apakah kamu pernah mengatakan sesuatu kepada Albert?" Tanggapan dari Raya malah berbalik bertanya kepada Nadira, membuat gadis itu tertegun, dia mendengar sangat jelas pertanyaan dari Raya ketika dia memilih tempat yang sepi untuk melakukan panggilan telepon kepada temannya itu. Mengingat di dalam bar adalah hal yang tidak mungkin untuk bisa mendengar dan menelpon seseorang. "Apa maksudmu, aku sama sekali tidak berbicara dengan Al?" balas Nadira. Raya mengerutkan dahinya dia terpikirkan jika hal yang tidak mungkin jika Nadira memberitahu kepada Al bahwa Raya memiliki seorang putri hingga hal lainnya. Raya terdiam tidak menjelaskan apapun kepada Nadira hingga membuat gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi kepada Raya. Apalagi pertanyaan dia begitu banyak ketika Raya bahkan tidak ada di dalam pesta. "Kenapa kau malah diam, ada apa? Kau bertanya tapi tidak lagi berbicara?" gerutu Nadira. Raya tertegun, dia mencoba untuk menjelaskan kepada Nadira saat ini. Tapi dia urungkan dan berniat untuk membicarakannya esok hari "Sebaiknya besok kita bicarakan, saat ini aku sangat lelah dan juga sesuatu hal terjadi kepadaku hingga aku harus pulang saat itu juga. Maafkan aku meninggalkanmu begitu saja," jelas Raya "Sesuatu hal terjadi kepadamu, sebenarnya ada apa kok membuatku penasaran saja? Apakah suatu hal terjadi kepadamu?" tanya Nadira, dia tampak khawatir saat mendengar ucapan Raya "Ya, besok aku akan menjelaskannya dan memberitahumu. Oh ya, apakah di sana ada Tuan Morgan, kalian undang?" tanya Raya. "Tidak sama sekali, untuk apa kami mengundangnya? Bukankah itu Pesta kita lagi pula, hal yang tidak mungkin bagi dirinya datang ke pesta kecil seperti yang kita adakan," jawab Nadira. Raya mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Nadhira dan dia terpikirkan bahwa Morgan kebetulan berada di sana. Tapi Raya juga tidak mempercayainya ketika seseorang berada tepat di sana, saat dia membutuhkannya. "Dan itu adalah hal yang tidak mungkin bagi diriku bertanya kepadanya," ucap Raya. Dia bergegas berjalan pergi hingga mengenakan pakaian dan merebahkan tubuhnya panggilan telpon dari Al tampak begitu membuat Raya kesal, hingga dia melempar ponselnya ke sembarang tempat di atas tempat tidu. Dia juga tidak menginginkan untuk berhubungan lagi dengan pria seperti Al yang sudah mencoba untuk menyakitinya terutama melecehkan dirinya. "Dia hanya pria kurang ajar yang tidak sadar diri dengan kepercayaan dirinya memperlakukanku seperti itu," ucap Raya. Dia memilih untuk merebahkan tubuhnya setelah menyimpan ponselnya di atas meja dan bunyi senyap, dia lakukan di ponselnya hingga mencoba untuk tertidur saat itu juga. Namun hal yang sama sekali tidak Raya duga ketika dia terpikirkan hingga sekilas wajah Morgan, tampak begitu jelas dihadapannya saat dia memeluk pria itu dengan wajah tampan dan rupawan, ketika mereka bersitatap satu sama lain. "Tadi kenapa ada pria cantik dan tampan seperti dia sampai membuat jantungku berdetak sangat kencang ketika memperhatikannya," gumam Raya. Dia melihat langit-langit kamar sembari bayangan wajah Morgan nampak jelas diingatkannya, juga Morgan terlihat begitu lembut memperlakukan dirinya terutama saat menolongnya dari perlakuan Albert. Namun Raya terpikirkan kembali nasib Albert jika dia mencari masalah dengan Morgan. "Bukankah dia atasannya? Apakah sesuatu hal akan terjadi kepada Al jika dia turun tangan sendiri?" Raya memikirkan segala hal yang akan terjadi yang dia duga-duga. Namun dia cukup puas, jika semua itu terjadi kepada Albert yang mencoba untuk menyakitinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN