Pagi sekali, Raya bersiap lagi untuk pergi mencari pekerjaan. Di sela hari berganti, Raya masih berusaha untuk mencari pekerjaan. Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Selama kita masih semangat untuk meraihnya. Itu yang Raya tanamkan setiap kali ia mencoba untuk kembali mencari pekerjaan.
"Kamu sudah bangun Princes? Jangan lupa sarapan ya! Semua sudah ada, kamu hanya perlu mengambilnya sendiri! Maaf ya Sayang, aku harus mencari pekerjaan untuk kita. Jadi kamu baik-baik di rumah," jelas Raya menghampiri Prince yang sudah menginjak usia 6 tahun.
Begitupun dengan Raya yang masih saja mencoba untuk mencari pekerjaan, bahkan seluruh perusahaan di kota sudah ia telusuri hanya untuk mendapatkan sebuah pekerjaan. Namun tak kunjung dapat, meski seperti itu, tidak menyurutkan semangat Raya yang memang ia sambi di sela waktunya sebagai penulis yang cukup terkenal sekarang.
Meski tak sepopuler penulis lain yang penghasilannya sudah ratusan juta. Namun Raya masih bersemangat dan bisa mencukupi untuk kehidupannya bersama Princes yang kini sudah melekat seperti putrinya sendiri.
Setelah memastikan Princes baik-baik saja, mempersiapkan makannya juga sudah di sediakan oleh Raya dengan sangat baik. Dia juga menitipkan anak itu kepada penjaga panti. Kali ini Raya keluar dari panti asuhan berjalan menelusuri trotoar hingga dia sampai di halte bus. Hanya butuh menunggu waktu beberapa menit bus jurusan ke kota sudah berhenti tepat di hadapannya.
Raya ikut masuk dengan para penumpang lain ke dalam bus dan duduk di kursi paling ujung, di mana tidak ada jangkauan orang lain yang berebut kursi paling depan. Hari ini, Raya berencana untuk untuk datang ke perusahaan yang tidak jauh dari tempat dia tinggal.
"Semoga saja hari ini keberuntungan menyertaiku. Aku sudah mulai bosan mencari pekerjaan keberbagai tempat dan sepertinya belum ada jodoh untuk ku dalam pekerjaan," gumam Raya.
Seorang pria di samping Raya mendengar gumaman Raya, dia menatap tajam ke arah gadis dengan pakaian rapinya seakan-akan dia meremehkan gadis yang ada di sampingnya itu.
"Hai Nona, kau akan pergi melamar pekerjaan dengan pakaian kumuh mu seperti ini?! Aku yakin perusahaan kecil pun tidak akan pernah mau untuk menerima mu," ucap pria itu.
Raya hanya mengacuhkan ucapan pria itu dan memilih memalingkan wajahnya tanpa mencoba untuk menanggapi ucapan pria itu.
"Huh! Dasar wanita sombong seperti mu tentunya tidak akan memiliki kesempatan untuk bekerja di perusahaan manapun. Apalagi dengan raut wajah acuh mu sama sekali tidak ramah. Benar-benar membuat ku bosan," gerutu pria itu lagi.
Raya sudah terbiasa menanggapi cemoohan orang-orang di sekitarnya, termasuk orang yang sama sekali tidak ia kenal mampu untuk merutukinya.
Sesampai di halte bus berikutnya, Raya turun dia terpaksa berjalan kaki hanya mampu menaiki bus satu kali dengan uang sakunya yang pas-pasan.
"Kalau saja upah ku sudah di bayar, mungkin aku akan makan enak setidaknya satu bulan sekali. Tapi, hari ini aku terpaksa harus menahan sarapan ku jika ingin bertahan hidup," ucap Raya.
Dia tetap berjalan menelusuri tepian jalan hingga tepat sampai di sebuah perusahaan yang menjulang tinggi tampak para karyawan di sana sudah mulai berdatangan.
"Sepertinya aku tidak terlambat. Semoga saja jodoh ku lebih tepatnya pekerjaan ku akan ada di perusahaan ini!" Raya terlihat bersemangat hingga dia ikut serta masuk bersama dengan para pelamar lainnya.
"Hey! Apa kau mau mengajukan lamaran ke sini?" tanya seorang wanita, dia berpakaian sama dengan Raya mengenakan baju melamarnya.
Di balas anggukan oleh Raya, gadis itu tersenyum bersemangat kali ini setelah dia merasa hanya seorang diri untuk melamar kali ini.
"Awalnya aku merasa gugup karena tidak ada teman untuk melamar. Tapi, saat aku melihat kamu berdiri di jalanan sana, rasanya aku memiliki satu harapan dan benar saja. Kamu akan menjadi teman pertama ku jika aku bekerja di sini," ucap gadis itu.
"Perkenalkan, aku Raya." Raya mengulurkan tangannya berkenalan dengan Nadira.
"Aku Nadira ... Senang berkenalan dengan mu, Raya." Balas Nadira.
Cukup lama mereka menunggu di gerbang setelah para karyawan masuk ke dalam akhirnya mereka di perbolehkan untuk masuk dan mengikuti interview yang memang di perusahaan itu sedang menerima pekerja baru.
Ada sekitar 10 orang melamar di sana. Saat mereka menunggu beberapa menit di sebuah ruangan kosong tanpa ada tempat duduk di sana hanya ada satu orang masuk ke ruangan itu.
"Aku umumkan hari ini. Kami hanya menerima seorang OB untuk di perusahaan. Mungkin kalian pikir kami membuka lowongan untuk pekerjaan yang layak. Tapi, setidaknya sebagai OB juga adalah sebuah pekerjaan yang memiliki artinya tersendiri. Apakah kalian akan tetap melanjutkan melamar?" tanya pria berjas warna abu-abu terlihat begitu ramah.
Hampir semua para pelamar saling membicarakan satu sama lain. Mereka tidak terima tentang lowongan kali ini. Pekerjaan yang sama sekali tidak sepadan dengan pendidikan mereka. Tapi Raya berjalan maju seorang diri, dia bersedia untuk menjadi seorang OB di perusahaan itu.
"Kamu mau menjadi seorang cleaning service, Nona?" tanya Nya.
"Iya, Tuan," angguk Raya.
"Saya juga, Tuan!" seru Nadira ikut maju berdiru di samping Raya.
"Yang lainnya tidak ada?" tanya Pria itu lagi.
Tidak ada yang menjawab dan mereka mundur tak berniat melamar lagi. Pria itu tersenyum tipis dan melihat kearah Raya dan Nadira yang bersedia.
"Baiklah, intervew kalian berdua selesa. Karena besok kantor libur, kalian datang lagi lusa. Nanti akan ada bagian divisi yang akan mengarahkan ruangan kerja kalian. Aku rasa di bagian marketing pemasaran kalian cukup bagus," ucap Pria itu lagi.
Mendengarnya bukan hanya Raya yang terkejut tapi mereka yang menolak tawaran pria itu menyesal karena menolak ucapannya. Hanya ada Raya dan Nadira yang di terima dan mereka kembali dengan tangan kosong.
"Astaga Ra! Untung aku mengikuti jejakmu. Jika tidak, aku sudah bosan melamar ke berbagai perusahaan," seru Nadira dengan perasan bahagianya.
"Syukurlah, aku juga sudah hampir prustasi karena ongkosku hampir habis melamar kesana kemari," balas Raya.
"Kau mau makan? Aku traktir kamu hari ini!" ajak Nadira.
"Kenapa?" tanya Raya.
"Karena kamu keberuntunganku!" seru Nadira bersemangat.
"Ada seperti itu?" tanya Raya tidak percaya.
"Ada ... Ayo!" Nadira menarik tangan Raya keluar dari tempat perusahaan yang baru saja menerimanya dan pergi ke kantin tidak jauh dari perusahaan media disana.
Tanpa pikir panjang Raya mengikuti kemana Nadira mengajaknya. Bagi dia, selama ada hal baik yang dapat dia dapatkan berteman dengan siapapun adalah hal yang baik baginya. Makan di sebuah tempat makan di tengah-tengah banyaknya orang yang juga menikmati pasar, membuat Raya tahu jika dia menyukai berada di tempat itu. Raya teringat akan Princes yang dia tinggal di rumah. Terpikirkan juga untuk membawakan makanan untuk gadis kecil itu nanti.
"Selamat makan!" seru Nadira setelah pelayan menyajikan makanan pesanan mereka hingga melahapnya dengan semangat.
Raya hanya tersenyum dengan teman barunya, dia cukup beruntung hari ini dan ikut menikmati traktiran makan dari Nadira.